ADHE’ PESEHNA CONG

ADHE' PESEHNA CONG

Sambil menangis, simbah tua itu berkata, “Adhe’ pesehna Cong!” Matanya berlinangan air saat menerima paket korma yang dibawa oleh Tim Peduli Tetangga unit Perkebunan Ex Belanda Afdeling Mumbulsari. Dia adalah nenek tua, berusia 104 tahun, kalau saya tidak salah ingat. Jelasnya, dia sudah tua sekali, dan tidak bisa berbahasa Indonesia.

“Adhe’ peseh Cong!” Katanya lagi. Artinya kurang lebih, “Saya tidak punya uang, Nak!” Ya Allah, dikira korma yang kami sodorkan kepadanya untuk dijual. Padahal itu adalah hadiah dari kami. Terang saja, kami sampaikan bahwa korma itu bingkisan hadiah.

Alhamdulillah, kami diantar oleh petugas perkebunan yang memang fasih berbahasa Madura dan paham betul kondisi masyarakat yang ada di wilayah kebunnya. Mereka adalah masyarakat miskin yang tidak punya rumah dan tanah. Rumah mereka adalah pinjaman dari kebun. Sedangkan tanah punya negara. Mereka numpang hidup di tempat tersebut.

Sebut saja Pak Cip, petugas yang memandu kami keliling pemukiman miskin kebun karet PTPN Jember Afdeling Mumbul. Ia sebagai penerjemah dan perantara antara kami dengan warga. Begitu tahu bahwa nenek itu salah paham, Pak Cip langsung meluruskan. “Korma itu hadiah, tidak dijual! Tidak usah mbayar!” Saya sendiri tidak tahu bahasa Maduranya apa untuk kalimat panjang ini.

Begitu tahu korma itu adalah hadiah, air mata si Nenek semakin semburat. Air mata yang ini berbeda dengan air mata sebelumnya. Kalau yang tadi ia menangis karena sedih tidak punya uang untuk membayar korma, kini air mata yang kedua adalah air mata bahagia.

Ya Allah, Nenek ini hanyalah satu dari sekian hamba-Mu yang kami temui. Semoga Engkau beri kekuatan dan istiqomah kepada kami untuk tetap punya sikap peduli terhadap saudara kami.

Salam Kami,

Tim PPT Mumbulsari/Projada

VERSI ASLI KISAH PROJADA

Sepenggal Kisah, Projadda Peduli Dhuafa

Hari selasa ,18 Ramadhan1438 H /13-juni-2017 M, Petugas  berbagi peduli dhuafa,  bergerak lagi  menyusuri jalan kecil menuju daerah terpencil,  dengan ditemani Guide profesional, bp.Cipto yang tahu betul daerah sasaran diinginkan  pihak Projadda.

Begitu sampai di daerah T B  (target Berbagi), mulailah petugas , melangkahkan kaki untuk masuk kerumah-rumah  reot sangat sederhana yang di huni  oleh  kakek-kakek tua &  janda-janda tua dhuafa.

Begitu melihat keadaan dari dekat, petugas mulai terenyuh, dengan berusaha menahan perasan iba,  membawa bingkisan berupa kurma & amplop berisi uang seadanya.

Petugas mencoba berusaha untuk menjelaskan kehadirannya, namun betapa kaget bahkan semakin kasihan melihat kondisi yang serba kekurangan, tiba-tiba  Pak Tua berkata: “Tak ndik peseh’ engkok cong’ (Tidak punya uang saya nak)

Dia mengira bingkisan tersebut harus dibeli.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.