Al-Imam Muslim rahimahullah, Ulama Besar dari Kota Naisabur (Khurasan)

Khurasan menurut bahasa Persia berarti negeri matahari timur. Negeri ini memiliki peran penting dalam sejarah peradaban Islam sampai dikatakan oleh Ibnu Qutaibah: “Penduduk Khurasan adalah para pejuang dalam medan dakwah serta terkenal dengan kepahlawanannya (dalam medan jihad).” Negeri ini memiliki beberapa kota besar seperti Naisabur (Iran),  Herat (Afghanistan),  Balkh (Afghanistan) dan lain-lain.

Para pembaca yang berbahagia!

Naisabur merupakan kota yang indah dan banyak menghasilkan buah-buahan. Pada masa khalifah ‘Abbasiyah,  kota ini merupakan kota yang sangat terkenal dengan pendidikan,  kebudayaan,  perdagangan dan arsitektur bangunannya. Kota ini pernah diguncang gempa pada tahun 540 H dan dihancurkan oleh laskar Mongol pada tahun 618 H. Sekitar 1 juta rakyat Naisabur menjadi korban pembantaian laskar Mongol.

Di masa kini kota Naisabur terletak di propinsi Khurasan (sekarang masuk wilayah Iran). Kota Naisabur berjarak 432 mil dari arah timur Teheran (ibukota Iran). Dari kota inilah terlahir para ulama terkenal semisal Abu ‘Ali Al-Husein bin ‘Ali An-Naisaburi,  Asad bin Al-Furat,  Yahya bin Yahya,  Ahmad bin Nashr,  Abu Bakar Al-Baihaqi dan Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj.

Mengenal Profil Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj

Nama beliau adalah Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kausyadz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Kunyah beliau adalah Abul Husain.

Al-Qusyairi adalah penyandaran kepada Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin ‘Amir bin Sha’sha’ah,  dimana banyak para ulama yang berasal dari suku tersebut.

Bani Qusyair berasal dari kabilah Hawazin. Kabilah Hawazin termasuk bangsa Arab yang berasal dari keturunan Adnan.

An-Naisaburi  adalah penyandaran kepada kota Naisabur. Asal mula penamaan Naisabur,  mengandung beberapa versi. Satu di antaranya adalah konon dahulu tersebutlah seorang yang bernama Sabur. Suatu ketika ia melakukan perjalanan kemudian melewati sebuah tempat yang penuh dengan tanaman rotan. Kemudian berkata, ”Tempat ini cocok sekali untuk menjadi sebuah kota.” Kemudian dia memerintahkan untuk membabat habis rotan tersebut untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman sampai akhirnya menjadi sebuah kota yang terkenal. Nai dalam bahasa setempat berarti rotan. Dan untuk mengenang jasa beliau maka dinamailah tempat tersebut dengan Naisabur. Wallahu a’lam.

Tanggal Lahir Beliau

Para ulama berselisih pendapat dalam menetapkan tahun kelahiran beliau. Ibnu Katsir mengatakan bahwa beliau dilahirkan pada tahun 204 H. Dan  tahun tersebut merupakan tahun meninggalnya Al-Imam Asy Syafi’i. Taqiyyuddin Abu ‘Amr Ibnu Shalah mengatakan bahwa beliau dilahirkan pada tahun 206 H. Syamsuddin Adz Dzahabi mengatakan bahwa beliau dilahirkan pada tahun 204 H.

Ibnu Khalikan mengatakan: ”Tidak ada seorang pun dari para ulama ahli hadits yang dapat memastikan tahun kelahiran dan umur beliau. Namun mereka semua sepakat bahwa kelahiran beliau adalah setelah tahun 200 H.”

Al-Imam Muslim adalah seorang yang kaya lagi dermawan. Adz Dzahabi mengatakan bahwa beliau berprofesi sebagai pedagang. Beliau dikenal sebagai muhsinin (orang yang suka membantu dengan harta) kota Naisabur. Harta kekayaan beliau cukup melimpah.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Awal mula beliau menuntut ilmu hadits adalah pada usia 18 tahun,  belajar kepada Yahya bin Yahya At Tamimi di negeri Khurasan. Kemudian setelah itu belajar kepada Ishaq bin Rahuyah dan juga kepada para ulama lain yang ada di negeri Khurasan.

Pada usia 20 tahun beliau menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram di Mekkah. Di kota Mekkah,  beliau belajar hadits kepada Al-Qa’nabi. Kemudian di kota Kufah beliau belajar hadits kepada  Ahmad bin Yunus. Di kota Ray (sekarang bernama Teheran,  di Iran) beliau belajar hadits kepada Muhammad bin Mihran,  Abu Ghassan dan lain-lain. Di negeri ‘Irak beliau belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal,  Abdullah bin Maslamah,  dan lain-lain. Di negeri Hijaz (Saudi Arabia) beliau belajar hadits kepada Sa’id bin Manshur,  Abu Mush’ab,  dan lain-lain. Di negeri Mesir beliau belajar hadits kepada ‘Amr bin Sawad,  Harmalah bin Yahya,  dan lain-lain.

Beliau singgah di kota Baghdad lebih dari sekali. Dan banyak penduduk Baghdad yang meriwayatkan hadits dari beliau. Persinggahan terakhir beliau di kota Baghdad adalah pada tahun 259 H.

Guru-guru beliau

Di antara guru-guru beliau adalah:

1. Ahmad bin Hanbal

2. Ishaq bin Rahuyah

3. Ismail bin Abi Uwais

4. Harmalah bin Yahya

5. Hajjaj bin Sya’ir

6. Zuhair bin Harb

7. Sa’id bin Manshur

8. Abd bin Humaid

9. Utsman bin Abi Syaibah

10. Ali bin Al-Madini

11. Abu Zur’ah Ar Razi

12. Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari

13. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli,  dan lain-lain.

Karya Tulis Beliau

1. Al-Jami‘ Ash Shahih,  yang lebih dikenal dengan sebutan Shahih Muslim.

2. Kitab Al-Kuna wal Asma`

3. Kitab Munfaridat wal Wuhdan

4. Kitab Ath Thabaqat

5. Rijal ‘Urwah bin Az Zubair

6. Kitab Tamyiz

7. Musnad Al-Kabir ‘ala Ar Rijal

8. Al-Jami‘ ‘alal Abwab

9. Al-Asami wal Kuna

10. Al-’IIal

11. Al-Aqran

12. Su`alatuhu Ahmad bin Hanbal

13. ‘Amr bin Syu‘aib

14. Al-Intifa‘u bi Ahabi Siba‘

15. Masyayikhu Malik

16. Masyayikhu Ats Tsauri

17. Masyayikhu Syu‘bah

18. Man Laisa lahu illa Rawin Wahid

19 . Aulad Shahabah

20. Al-Mukhadhramin

21 . Afrad Syamiyyin

Al-Imam Muslim berkata: “Aku mengajukan kitabku ini (Shahih Muslim) kepada Al-Imam Abu Zur’ah untuk diperiksa. Setiap kritikan yang datang dari beliau terhadap beberapa hadits yang dianggap terdapat ‘illat (penyakit) padanya,  maka aku tinggalkan hadits tersebut. Apabila ia mengatakan: ‘Hadits ini sahih,  tidak ada ‘illat (penyakit) padanya.’ Maka aku cantumkan hadits tersebut dalam kitabku.”

Beliau juga berkata: “Tidaklah aku cantumkan hadits dalam kitab (Shahih)-ku ini melainkan dengan hujjah. Tidak pula aku tinggalkan sebuah hadits (tidak aku cantumkan dalam kitab (Shahih)-ku) ini melainkan dengan hujjah pula.”

Al-Imam Muslim berkata: “Kalau seandainya seorang ahli hadits membukukan hadits-hadits selama 200 tahun lamanya,  niscaya hasil pembukuan hadits-hadits tersebut,   tidaklah keluar dari kitabku ini ((Shahih Muslim).”

Beliau mengadakan pemilihan (seleksi) terhadap 300.000 hadits yang beliau hafal,  untuk  kemudian beliau cantumkan dalam kitab Shahih-nya. Dari hasil pemilihan beliau tersebut didapatlah 12.000 hadits yang menurut penelitian beliau adalah sahih,  maka dicantumkanlah hadits-hadits tersebut dalam kitab Shahih-nya.

Ahmad bin Salamah berkata: ”Dahulu aku pernah membantu Al-Imam Muslim dalam membukukan hadits-hadits di kitab Shahih-nya selama 15 tahun.”

Hubungan Beliau dengan Al-Imam Al-Bukhari

Berkata Ahmad bin Hamdun Al-Qashshar: ”Aku melihat Muslim bin Al-Hajjaj datang kepada Al-Imam Al-Bukhari. Kemudian dia (Al-Imam Muslim) mencium kening Al-Bukhari.”

Al-Imam Muslim pernah mengatakan kepada Al-Imam Al-Bukhari: “Tidak ada yang membencimu kecuali seorang yang hasad. Aku pun bersaksi bahwa tidak ada di dunia ini orang yang seperti engkau.”

Al-Imam Ad Daruquthni berkata: “Kalau seandainya tidak ada Al-Bukhari (dengan izin Allah) niscaya Al-Imam Muslim tidak akan muncul.”

Murid-murid Beliau

1. Abu ‘Isa At Tirmidzi

2. Ibrahim bin Ishaq Ash Shairafi

3. Abdurrahman bin Abi Hatim

4. Abu Bakr bin Khuzaimah

5. Abu ‘Awanah dan lain-lain.

Pujian Para Ulama

1. Muhammad bin Basysyar berkata: Huffazh (para penghafal hadits) di dunia ada 4: Abu Zur’ah di kota Ray,  Muslim di kota Naisabur,  ‘Abdullah Ad Darimi di kota Samarkand,  Muhammad bin Ismail di kota Bukhara.

2. Muhammad bin Abdul Wahab Al-Farra berkata: Muslim bin Al-Hajjaj adalah ulama umat. Beliau adalah seorang yang luas ilmunya. Tidaklah aku mengetahui tentang beliau kecuali kebaikan. Beliau dikenal sebagai pedagang kain. Dan ayahnya yaitu Al-Hajjaj adalah seorang tokoh yang terpandang.

3. Al-Hafizh Ibnu ‘Uqdah pernah ditanya tentang siapakah yang paling berilmu di antara 2 orang berikut: Al-Bukhari atau Muslim. Maka beliau menjawab: ”Al-Bukhari adalah seorang yang ‘alim dan Muslim juga seorang yang ‘alim.”

4. Ishaq bin Rahuyah memuji Al-Imam Muslim dengan mengatakan:  “Laki-laki mana yang bisa seperti dia.”

5. Muhammad bin Ya’qub berkata: Lahir dari kota Naisabur 3 orang ulama: Muhammad bin Yahya,  Muslim bin Al-Hajjaj,  Ibrahim bin Abi Thalib.

Wafat Beliau

Pada suatu hari beliau mengadakan majelis mudzakarah (mengulang pelajaran) kemudian disebutkan kepada beliau tentang sebuah hadits  yang ternyata beliau belum mengetahuinya. Maka masuklah beliau ke dalam rumah kemudian menyalakan lampu. Beliau mengatakan kepada keluarganya: “Jangan ada seorang pun yang memasuki kamarku ini!” Kemudian salah seorang keluarga beliau menyampaikan kepada beliau bahwa pada hari ini kita mendapat hadiah banyak kurma. Kemudian beliau memerintahkan salah seorang  dari mereka untuk membawakannya ke kamar beliau. Maka dibawakanlah kurma tersebut ke tempat beliau,  sementara beliau masih sibuk meneliti hadits yang baru saja beliau dengar sambil menikmati kurma tersebut. Beliau menghabiskan semua kurma tadi. Demikian seriusnya penelitian hadits yang beliau lakukan itu hingga datang waktu subuh tanpa terasa. Akhirnya beliau berhasil mendapatkan hadits yang beliau cari.

Setelah itu beliau jatuh sakit. Sakit beliau ini bertambah parah sampai akhirnya beliau wafat.

Beliau wafat pada hari Ahad. Dan dikebumikan pada hari Senin bulan Rajab tahun 261 H di kota Naisabur,  dalam usia 57 tahun. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau dan memasukkan beliau ke dalam jannah-Nya. Amin Ya Mujibas Sailin.

Wallahu a’lamu bish shawab.

Sumber http://buletin-alilmu.net/2011/05/21/al-imam-muslim-rahimahullah-ulama-besar-dari-kota-naisabur-khurasan/

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.