Bagaimana Cara Mengucapkan Salam?

Salam merupukan bentuk penghormatan sekaligus doa antar sesama muslim. Padanya terkandung manfaat yang sangat luar biasa. Rasa cinta dan doa kebaikan ada dalam ucapan penghormatan para penduduk surga ini. Bagaimanakah cara mengucapkan salam? Apa saja adab-adabnya. Simak pembahasannya di tulisan ringkas di bawah ini.

Allah berfirman di dalam Al-Qur`an,

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Apabila kalian diberi salam penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau dengan penghormatan yang sepadan.” (QS. anNisa: 86)

Rasulullah bersabda,

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِاللهِ مَنْ بَدأَهُمْ بالسَّلَامِ.

“Orang yang paling berhak atas kedekatan dengan Allah adalah orang yang lebih dulu mengucapkan salam kepada orang lain.”[1]

Abdullah bin Amr berkata, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Amalan Islam apakah yang paling baik?” Nabi menjawab, “Engkau memberi makan orang yang membutuhkan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak kamu kenal.”[2]

Rasulullah juga bersabda,

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ!

 “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman dengan benar sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian, amalan yang jika kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”[3]

Nabi juga bersabda,

يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِيْ وَالْمَاشِيْ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ.

“Hendaknya yang berkendara memberi salam kepada yang berjalan, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, dan yang berjumlah sedikit memberi salam kepada yang berjumlah banyak.”[4]

Anas bin Malik mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah biasa melewati sekumpulan anak kecil dan beliau selalu mengucapkan salam kepada mereka.”[5]

Rasulullah bersabda,

إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُوْلُوْا: وَعَلَيْكُمْ!

“Apabila orang-orang ahli kitab memberi salam kepada kalian, maka jawablah, Wa `alaikum![6]

Diceritakan oleh Imran bin Hushain, suatu ketika ada seorang laki-laki mendatangi Nabi lalu mengucapkan salam kepada beliau, “Assalamu `alaikum! Nabi lalu menjawab salamnya. Orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Ia mendapat sepuluh kebaikan.” Setelah itu ada orang lain datang dan juga memberi salam, “Assalamu `alaikum wa rahmatullah! Nabi pun menjawab salam orang tersebut dan berkata, “Ia mendapat dua puluh kebaikan.” Kemudian datang lagi orang ketiga, ia mengucapkan salam kepada beliau, “Assalamu `alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh! Nabi menjawab salam orang tersebut dan berkata, “Ia mendapat tiga puluh kebaikan.”[7]

Rasulullah juga bersabda,

إِذَا دَخَلْتُمْ بَيْتًا فَسَلِّمُوْا عَلَى أَهْلِهِ وَإِذَا خَرَجْتُمْ فَأَوْدِعُوْا أَهْلَهُ بِسَلَامٍ.

“Apabila kalian masuk ke dalam sebuah rumah, ucapkanlah salam untuk penghuninya. Jika kalian keluar, berilah pula salam untuk mereka sebagai ucapan perpisahan.”[8]

Dalam hadis lain, Nabi pernah berpesan,

يَا بُنَيِّ إِذَا دَخَلْتَ عَلَى أَهْلِكَ فَسَلِّمْ يَكُوْنُ بَرَكَةً عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِكَ.

“Wahai Anakku, jika engkau datang ke rumah keluargamu maka ucapkanlah salam kepada mereka agar Allah menjadikannya keberkahan untukmu dan keluargamu.”[9]

Rasulullah juga bersabda,

مَنْ بَدَأَ بِالْكَلَامِ قَبْلَ السَّلَامِ فَلَا تُجِيْبُوْهُ.

“Barangsiapa berkata tanpa memberi salam terlebih dahulu, maka jangan hiraukan ucapannya.”[10]

Beliau juga bersabda,

إِذَا لَقِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ.

“Jika salah seorang dari kalian berjumpa temannya, hendaknya ia memberi salam kepadanya. Apabila ia terhalangi oleh pohon, dinding atau batu lalu bertemu kembali, maka ucapkanlah salam kepadanya.”[11]

Dalam hadis lain, Nabi bersabda,

يُجْزِئُ عَنِ الْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوْا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ وَيُجْزِئُ عَنِ الْجُلُوْسِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ.

“Apabila sekelompok orang berjalan bersama, maka ucapan salam salah seorang dari mereka sudah mencukupi. Bagi orang-orang yang mereka lewati, jawaban salah seorang saja dari mereka juga telah cukup untuk membalas salamnya.”[12]

Jabir berkata, Rasulullah pernah menyuruhku untuk suatu keperluan. Setelah menyelesaikannya, aku menemui Rasulullah yang ternyata sedang shalat. Akupun mengucapkan salam kepada beliau, namun beliau hanya memberi isyarat dengan tangannya. Ketika telah menyelesaikan shalatnya, Nabi memanggilku lalu berkata, “Sesungguhnya tadi engkau mengucapkan salam kepadaku dalam keadaan aku shalat (sehingga aku tidak bisa menjawabnya).” Ketika itu beliau sedang berada di atas kendaraannya yang menghadap ke arah timur.[13]

Diceritakan oleh Ibnu Umar, aku pernah bertanya kepada Bilal, “Apa yang kamu lihat dari Nabi ketika beliau menjawab salam saat beliau sedang shalat?” Bilal menjawab, “Beliau melakukan seperti ini–sambil membuka telapak tangan kanannya–.”[14]

Hadis di atas menunjukkan bahwa apabila ada yang mengucapkan salam kepada orang yang sedang shalat, maka ia cukup membalasnya dengan isyarat tangan. Yaitu, dengan mengangkat telapak tangan kanan dan tanpa menjawabnya dengan ucapan. Atas dasar itu, tentunya memberi salam kepada orang yang sedang membaca, berdzikir atau sedang mengajar, demikian pula mengucapkan salam ketika masuk masjid, maka hukumnya dibolehkan.

Sesungguhnya ucapan salam merupakan ucapan penghormatan penduduk surga. Allah berfirman,

تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ

“Penghormatan mereka ketika menemui Allah adalah (ucapan) salam.” (QS. alAhzab: 44).

Salam juga merupakan salah satu dari asma-ul husna (Nama Allah yang Indah), yaitu as-Salam. Ucapan salam bermakna keamanan dan keselamatan yang sempurna dari penipuan, pengkhianatan dan kecurangan. Selain itu, ucapan salam merupakan salah satu jalan untuk menumbuhkan kecintaan. Kecintaan adalah salah satu jalan keimanan, dan keimanan merupakan jalan menuju surga.

[1] HR. Abu Dawud dan Ahmad dengan sanad yang sahih.

[2] Muttafaqun `alaih.

[3] HR. Muslim.

[4] Muttafaqun `alaih.

[5] Muttafaqun `alaih.

[6] Muttafaqun `alaih.

[7] HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud, dihasankan oleh al-Albani.

[8] HR. al-Baihaqi dan dihasankan oleh al-Albani.

[9] HR. at-Tirmidzi, dihasankan oleh al-Albani.

[10] HR. Abu Nu`aim dalam alHilyah dan dihasankan oleh al-Albani.

[11] HR. Abu Dawud, disahihkan oleh al-Albani.

[12] HR. Abu Dawud, disahihkan oleh al-Albani.

[13] HR. Muslim.

[14] HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan beliau mensahihkannya.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.