Thalabul-Ilmi di Tengah Ancaman Covid-19: Antara Harapan dan Kekhawatiran

Antara rindu kembali ke pondok  thalabul-ilmi

Dengan potensi ancaman covid-19 di masa pandemi

Allahu Rabbi, di tangan-Nya segala sesuatu diatur dengan penuh hikmah dan adil, rapi dan tidak menzhalimi.

Di masa pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, pondok pesantren berupaya untuk aktif kembali. Kegiatan belajar, taklim, menimba ilmu agama, sangat dirindukan para santri. Namun itu tak mudah, karena aktivitas pondok pesantren berada di tengah ancaman virus corona.

Masih banyak pondok pesantren yang mengalami kesulitan, minim fasilitas dan serba terbatas. Pada waktu mengambil keputusan meliburkan, sebagian Pondok Pesantren dengan pertimbangan karena tidak mampu. Sebagian yang lain beralasan karena sesuai kalender akademik.

Bagi para Pengampu, tatkala akan memulai lagi kegiatan belajar, kekhawatiran, klaster baru, klaster pesantren selalu membayangi dan mengahantui, terlebih jika  para santri, abai dan lalai. Karena penyebaran Covid-19, justru semakin bertambah tinggi, bukan melandai. Potensi terpapar Covid-19 bisa saja terjadi.

Santri sendiri, saat di rumah!

Seorang santri Pondok Pesantren yang sudah lama libur di rumah dengan kegiatan monoton mulai mengalami kebosanan. Orang tua merasa kehabisan cara untuk menyajikan menu dan varian kegiatan. Tidak jarang mereka menelpon pondok pesantren di tempat anaknya belajar, untuk bertanya kapan pondok pesantren mulai kegiatan belajar lagi.

Di masa AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru-Era New Normal) Pemerintah memutuskan bahwa  ponpes yang ada di zona hijau atau bebas Covid-19, diberi lampu hijau, untuk memulai pembelajaran seperti sebelumnya.

Menko PMK RI (Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan), Muhadjir Effendi, menyatakan, “Saya menggarisbawahi apa yang disampaikan Pak Wapres, sebetulnya pondok pesantren atau boarding school, sekolah berasrama kalau didesain dengan sangat baik, memenuhi protokol Covid, sejak awal, justru akan menjadi lembaga pendidikan paling aman.”

Sehingga, beliau meminta kepada Menteri Agama RI, sebaiknya untuk pondok pesantren kita beri keleluasaan. Bagi Pengasuh dan pimpinan pondok untuk membuat keputusan. Apakah akan segera melaksanakan pelajaran secara reguler atau belum.

Muhadjir menyatakan, definisi zona tersebut, baik merah, oranye, kuning, maupun hijau jangan sampai dipahami secara literal. Karena, kalau ada pondok pesantren di zona hijau tidak otomatis berarti aman dari penularan Covid-19. Karena bisa jadi santri-santri yang datang berasal dari daerah zona  merah.

Begitu pula provinsi yang berstatus zona merah, tapi jangan-jangan justru kabupaten/kota hijau, bahkan di tempat pesantren itu berada justru merupakan zona hijau. “Itu tidak bisa kita anggap pesantren tidak boleh menyelenggarakan pendidikan di situ. Tetapi dengan catatan, jika sejak awal, sudah dimulai dengan persiapan seperti asramanya, tempat belajar harus steril, betul-betul aman dari Covid-19. Oleh sebab itu, para santri yang akan datang ke pesantren harus menjalani  tes PCR (swab test) terlebih dahulu,” ujar Pak Menteri. (Ditranskrip dari acara Ngobrol Pintar di MUI, Rabu malam 24/06/2020)

COVID DATANG DARI ARAH YANG TAK TERDUGA

Namun pada kenyataannya, walaupun sebagian Pondok Pesantren sudah berusaha menjalankan protokol, sebelum dan ketika mendatangkan para santri.  Ternyata dari arah yang tidak terduga sebelumnya, masih ada celah, sehingga menyebabkan beberapa pesantren terpapar Covid-19, biidznillah.

Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya klaster-klaster pesantren. Di antara contohnya adalah sebagai berikut,

 

“Data per minggu kemarin, ada 20 pondok pesantren yang terkena Covid-19, paling besar di Bayuwangi ada sekitar 600 lebih,” kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Waryono Abdul Ghafur, dalam acara webinar “Program Sekolah dan Pesantren Sehat”, Kamis (24/9/2020).

Daftar Contoh Pondok pesantren yang terpapar Covid-19:

  1. Pondok Pesantren al-Fatah Temboro, Megetan, Jatim.

(http://birohumas.jatimprov.go.id/detail/berita/pemprov_jatim_bantu_pemulangan_164_warga_malaysia_yang_nyantri_di_temboro_magetan_besok)  

  • Pondok Pesantren Gontor 2,  Ponorogo, Jatim.

(https://web.bpbd.jatimprov.go.id/2020/07/11/dikabarkan-terpapar-covid-19-forkopimda-jatim-langsung-kunjungi-pondok-gontor-2/)

  • Pondok Pesantren Daarus-Salam, Banyuwangi, Jatim.

(http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/pemprov-jatim-dukung-banyuwangi-tangani-kluster-covid-19-di-ponpes)

(https://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah/gubernur-khofifah-tinjau-penanganan-kl uster-covid-19-di-salah-satu-ponpes-banyuwangi.html)  

  • Pondok Pesantren al-Izzah, Kota Batu.

(https://www.antaranews.com/berita/1734613/sebanyak-31-orang-di-ponpes-al-izzah-kota-batu-positif-covid-19)

  • Pondok pesantren di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

(https://corona.jatengprov.go.id/berita-detail/84)

Muncul Klaster Ponpes di Kebumen dan Banyumas, Ganjar Minta Pembelajaran Dihentikan.

 

Ganjar meminta agar pengelola ponpes untuk menutup sementara kegiatan belajar mengajar. Sebab jika dilanjutkan, akan sangat membahayakan. “Saya minta, kalau kondisinya tidak memungkinkan seperti itu, suruh nutup dulu. Soalnya kalau seperti itu kan membahayakan,” tegasnya. Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan Jawa Tengah menyebut adanya kemunculan klaster baru penularan Covid-19 di sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengatakan pihaknya kembali menemukan klaster penyebaran Covid-19 tersebut di daerah Kebumen dan Purwokerto.

 

Hal itu menyusul ditemukannya 127 santri di ponpes tersebut yang terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19). “Kita lockdown selama 14 hari supaya tidak ada orang keluar masuk, meski yang positif sudah kita evakuasi, untuk kehatian-hatian,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banyumas Sadiyanto.

Renungan

Wahai saudara kaum muslimin…

Marilah kita ambil pelajaran, betapa besar dampak negatifnya apabila sebuah pondok terpapar Covid-19. Hal ini akan menyita waktu, sumber daya, tenaga yang banyak dan menyedot dana yang tidak sedikit, belum lagi beban psikis dan beban moral.

 

Wahai saudaraku, Jangan panik, jangan abai dan lalai, selalu waspada. Berusahalah dengan maksimal, menempuh langkah-langkah pencegahan, menjalankan protokol yang telah ditentukan oleh Pemerintah, iringi dengan doa kepada Allah, seraya pasrahkan segala urusan hanya kepada-Nya.

 

Semoga Allah segera mengangkat wabah ini, dan melindungi kita semua. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertawakkal hanya kepada-Nya.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.