Ibnu Hayyan al-Qurthubi, Sejarawan Besar dari Negeri Barat

 

Oleh Muslim Kolaka, Takhasus

 

Namanya adalah Abu Marwan, Hayyan bin Khalaf bin Husain Ibnu Hayyan al-Qurthubi, seorang imam (pemimpin agama), pakar hadits, sejarawan, ahli nahwu dan sastra, serta seorang penulis.

Beliau lahir pada tahun 377 Hijriah di permata dunia, Cordova, ibu kota Andalusia.

Lingkungan Islami dan penuh nuansa ilmu mendorong pemuda Cordova ini untuk bergabung dengan para pemburu ilmu demi meraih kemuliaan dunia dan akhirat. Beruntung, ia tinggal di sebuah negara yang dipenuhi para ulama. Ya, Andalusia memang dikenal di dalam dunia islam sebagai negeri yang produktif melahirkan ulama-ulama besar. Al-Qurthubi, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Rusyd al-akbar, Ibnu Hazm, dan Ibnul ‘Arabi, adalah sebagian kecil dari nama-nama besar yang mengharumkan sejarah Islam Andalusia.

Peluang dan kesempatan emas di atas tidak disia-siakan oleh Ibnu Hayyan. Ia pun mulai mengambil riwayat hadits dari para ulama yang hidup di masanya. Di antaranya, Abu Hafsh Umar bin Husain bin Nabil dan para muhaddits lain. Di samping itu beliau juga belajar secara intensif kepada Abu Umar bin al-Hubab an-Nahwi, Abu Ali Tilmidz al-Qoli, dan Sha’id bin al-Hasan al-Baghdadi.

 

Produktivitas Karya Ibnu Hayyan al-Qurthubi

Selain belajar dan memperluas wawasan, beliau juga dikenal aktif dalam menulis. Sehingga sangat wajar, bila banyak karya tulis yang beliau persembahkan untuk Islam dan kaum muslimin. Di antara karangan beliau adalah Al-Muqtabis fi Tarikhil Andalus, dan Al-Mubin fi Tarikhil Andalus, dua kitab yang menjadi rujukan utama dalam sejarah perkembangan Islam di tanah Andalusia.

Dengan segudang kelebihan yang beliau miliki, tak mengherankan jika para ulama memuji dan menyanjung beliau.

Abu Abdillah bin ‘Aun pernah berkata, “Abu marwan adalah sosok yang cakap dalam berbahasa Arab, sangat pandai menyusun kata dalam setiap karyanya. Dalam menulis berbagai peristiwa, ia sama sekali tidak pernah berdusta secara sengaja.”

“Beliau (Ibnu Hayyan) adalah seorang pakar sastra, pembawa panji sejarah Andalusia, dan yang paling cakap tentang sejarah negeri tersebut.” Ungkap Abu Ali Al-Ghassani saat menyebutkan keistimewaan Ibnu Hayyan.


Baca Juga: Abdurrahman al-Ghafiqi, Sang Rajawali Quraisy


Dalam sebuah riwayat disebutkan, Abu Abdillah bin Aun pernah bermimpi berjumpa dengan Ibnu Hayyan setelah wafatnya, ia pun bertanya kepada Ibnu Hayyan, “Apa yang telah Allah perbuat padamu?”

“Ia telah mengampuniku.” Jawabnya.

Kemudian Abu Abdillah bertanya kepadanya tentang sejarah yang pernah ditulisnya, lantas Ibnu Hayyan menjawab,”Sungguh, demi Allah, aku menyesalinya. Beruntung, Allah azza wa jalla dengan kelembutannya, telah memaafkan kekeliruanku dan mengampuni dosaku.”

 

Andalusia Berduka, Saat Meninggalnya Tokoh Terkemuka, Ibnu Hayyan al-Qurthubi

Hari Ahad, di penghujung bulan Rabi’ul Awwal, 479 H, di saat kaum Katholik sedang bergembira menjalankan aktivitas keagamaan di katedral-katedral mereka, Andalusia sedang berkabung sembari meneteskan air mata lantaran ditinggal mati oleh salah satu tokoh besarnya. Ya, Ibnu Hayyan, Sang Penulis Sejarah Andalusia di zamannya kini telah pergi meninggalkan Andalusia.

Hari ini, meski Andalusia telah berubah menjadi Spanyol dan Portugal, meski masjid-masjid telah dialihfungsikan menjadi katedral dan menara azannya menjelma menjadi lonceng-loceng gereja, meski tilawatul Qu’ran telah berganti dengan nyanyian-nyanyian kerohanian, meski Islam tak lagi bercahaya di Semenanjung Iberia, Ia dan karya-karyanya akan selalu dikenang sepanjang masa.

Ibnu Hayyan, terima kasih sudah menunjukkan kepada kami, umat Islam masa ini, bahwa Spanyol dan Portugal adalah negeri yang dulunya banyak melahirkan ulama-ulama besar. Terima kasih sudah memperkenalkan kami dengan tokoh-tokoh mulia Islam yang tak kenal lelah memperjuangkan agama ini. Semua itu adalah motivasi bagi kami untuk menjaga kemuliaan Islam agar tetap bercahaya menerangi dunia. Wallahu a’lam.


Artikel Kami: Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah, Ulama Ahli Hadits dari Negeri Spanyol


Diintisarikan dari: Siyar A’lamin Nubala’, dan Wafayatul A’yan

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.