Inilah 11 Waktu Terbukanya Pintu Langit
Oleh Abu Ridwan Fakhri Hadi Jember, Takhasus
Para pembaca yang semoga Allah rahmati, syariat Islam mengasung untuk berlomba-lomba dalam meraih keutamaan. Salah satu keutamaan yang dapat kita raih adalah pada waktu terbukanya pintu langit.
Namun apa saja keutamaan dari peristiwa tersebut, sehingga seorang bisa bersemangat dan berlomba-lomba dalam menggapainya?
Dalam sebagian hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang waktu terbukanya pintu langit. Para ulama juga menjelaskan tentang hikmah dan keberkahan di baliknya. Mari simak pembahasan berikut.
Hikmah dan Tujuan Terbukanya Pintu Langit
Berkata Imam Al-Munawi rahimahullah tentang hikmah dan keutamaan terbukanya pintu langit:
“Hal tersebut merupakan kiasan yang menunjukkan disingkapnya tabir dan diangkatnya penghalang terkabulnya doa.”[Faidhul Qadir 1/445]
Pada kesempatan lain beliau berkata: ”…Menunjukkan derasnya rintikan rahmat-Allah Taala…”[Faidhul Qadir 1/340]
Beliau juga berkata: ”…Menunjukkan bagusnya penerimaan suatu amalan serta cepatnya…” [Faidhul Qadir 1/467]
Pernyataan di atas menunjukkan banyaknya keberkahan dan keutamaan yang bisa diraih dari peristiwa tersebut.
Kapan Saja Waktu Terbukanya Pintu Langit?
Setidaknya ada 11 waktu yang disebutkan di dalam hadis Nabi tentang waktu-waktu tersebut, yaitu sebagimana berikut:
Waktu Pertama
Ketika tergelincirnya matahari sampai ditegakkan salat zuhur. Berdasarkan hadis sahabat Abu Ayyub al-Anshari bahwa:
«كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ، … وَيَقُولُ: أَبْوَابُ السَّمَاءِ تُفْتَح إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ…»
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat 4 rakaat sebelum zuhur saat tergelincirnya matahari… Beliau bersabda: ‘Pintu langit terbuka saat tergelincirnya matahari.” [Imam Albani mensahihkannya dalam Shahihul Jami’ no: 4967]
Dalam riwayat lain dari beliau pula, dengan tambahan redaksi:
«…فَلاَ تَرتج حَتَّى يُصلَّى الظُّهْر…»
“Lalu tidak ditutup (pintu langit tersebut) sampai ditegakkannya salat zuhur.” [Shahihul Jami’ no: 1532]
Waktu Kedua
Saat menunggu antara 2 salat fardu. Dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَبْشِرُوا هَذَا رَبُّكُم قَدْ فَتَحَ بَابًا مِن أَبْوَابِ السَّمَاءِ يُبَاهِي بِكم الملاَئِكَةَ يَقُول: انظُرُوا إِلَى عِبَادِي قَدْ قَضَوا فَرِيضَةً وَهُم يَنْظُرُون أُخْرَى»
“Bergembiralah kalian, Rabb kalian telah membukakan salah satu pintu langit (serta) berbangga terhadap kalian di hadapan para malaikat seraya berkata: Lihatlah kepada para hamba-Ku, mereka telah menegakkan salat fardu (wajib), lalu menunggu salat fardu berikutnya.” [Imam al-Albani mensahihkannya dalam Shahihaul Jami’ no: 36]
Waktu Ketiga
Pada bulan Ramadhan. Dari sahabat ‘Urjah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«رَمَضَانُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ…».
“Ramadan, di buka padanya pintu langit…” [Lihat As-Sahihah no: 1868]
Waktu Keempat
Saat iqamah berkumandang. Dari sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إذا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَاستُجِيبَ الدُّعَاءُ»
“Apabila iqamat dikumandangkan, maka pintu langit terbuka, serta dikabulkannya doa.” [Berkata Imam al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib No. 260: Shahih li ghairihi]
Baca Juga: Keajaiban Doa
Waktu Kelima
Saat azan berkumandang. Dari sahabat Abu Umamah radhiallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا نَادَى المُنَادِيْ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَاستُجِيبَ الدُّعَاء».
“Apabila muazin mengumandangkan azan, maka terbuka pintu langit, serta terkabulkan doa.” [Imam al-Albani mensahihkannya dalam Shahihul Jami’ No. 803]
Waktu Keenam
Pada pertengahan malam. Dari sahabat Utsman bin Abil Ash radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى؟ هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجُ عَنْهُ؟»
“Pintu langit terbuka pada pertengahan malam, maka sang penyeru berkata: Adakah yang berdoa sehingga terkabulkan baginya? Siapakah yang mau meminta (kepada Allah) sehingga ia diberi? Adakah yang sedang merasakan kesulitan sehingga dihilangkan darinya?” [Imam al-Albani mensahihkannya dalam Shahihul Jami’ No. 2971 dan Shahihut Targhib No. 786]
Waktu Ketujuh
Saat menghadiri salat fardu. Dari sahabat Sahl bin Saad radhiallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«سَاعَتَانِ تُفْتَحُ فِيهِمَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَقَلَّمَا تُرَدُّ عَلَى دَاعٍ دَعْوَتُهُ: لِحُضُورِ الصَّلاَةِ…»
“Dua waktu padanya pintu langit terbuka, yang padanya jarang seorang tertolak doanya -salah satunya:- Ketika menghadiri panggilan salat...” [Imam al–Albani mensahihkannya dalam Shahihul Jami’ no. 3587]
Waktu Kedelapan
Saat berada di barisan pada peperangan. Dari sahabat Sahl bin Saad radhiallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«سَاعَتَانِ تُفْتَحُ فِيهِمَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَقَلَّمَا تُرَدُّ عَلَى دَاعٍ دَعْوَتُهُ: …وَالصَّف فِي سَبِيلِ اللهِ»
“Dua waktu padanya pintu langit terbuka, yang padanya jarang seorang tertolak doanya -salah satunya:- Ketika menghadiri barisan saf pada peperangan di jalan Allah.” [Imam al–Albani mensahihkannya dalam Shahihul Jami’ no. 3587]
Waktu Kesembilan
Saat mengucapkan Laa ilaaha illallah. Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا قَالَ عَبْدٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ قَط مُخْلِصًا إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ».
“Tidaklah seorang mengucapkan: Laa Ilaaha illallah dengan ikhlas kecuali akan terbuka baginya pintu langit.” [Imam al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ No. 5648]
Waktu Kesepuluh
Saat mengucapkan doa istiftah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata:
بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مِنَ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا؟» قَالَ رَجُلٌ مَنِ الْقَوْمِ: أَنَا، يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «عَجِبْتُ لَهَا، فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ» قَالَ ابْنُ عُمَرَ: «فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ
Ketika kami salat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba slah seorang mengucapkan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Siapa yang mengucapkan kalimat demikian dan demikian (kalimat yang barusan dibaca)?
Maka orang tersebut menjawab: “Aku wahai Rasulullah.”. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku mengaguminya (ucapan tersebut), pintu langit terbuka karenanya.”
Berkata sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma: “Maka aku tidak pernah meninggalkannya (amalan tersebut) setelah aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Waktu Kesebelas
Sebagai keutamaan bagi sahabat Saad bin Muadz. Dari sahabat Jabir radhiallahu ‘anhuma bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda terhadap sahabat Saad bin Muadz:
«هَذَا الرَّجُلُ الصَالِحُ الَّذِي فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَماءِ، شُدِّد عَلَيْهِ، ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ. يَعْني: سَعْد بن مُعَاذ»
“Pemuda saleh ini, pintu langit terbuka baginya. Dihimpitkan (kuburannya pada awal kali), kemudian dilapangkan untuknya. Yaitu sahabat Saad bin Muadz.” [Lihat as-Shahihah No. 3348]
Kesimpulan
Setelah mengetahui penjelasan terkait hikmah dan kapan terjadinya peristiwa tersebut, maka sepantasnya bagi seorang muslim untuk berusaha menggapainya dengan amalan-amalan saleh. Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam teladankan pada waktu tergelincirnya matahari, beliau salat 4 rakaat rawatib zuhur seraya bersabda,
“Pintu langit terbuka saat tergelincirnya matahari, maka aku ingin mempersembahkan amalan saleh padanya.” [Imam al-Albani mensahihkannya dalam Shahihul Jami’ No. 4967]
Serta keteladanan dari para sahabatnya sebagaimana kata Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma setelah mendengar keutamaan tersebut: “Maka aku tidak pernah meninggalkannya (amalan doa tersebut) setelah aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Semoga yang sedikit ini bermanfaat… Amin.
Artikel Kami: Beragam Dalil Sahih Menunjukkan Allah di Atas Langit