Jalan meraih manisnya iman

Oleh Abdurrahman Ba’abduh Takmili
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah …
Agama Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang. Di antara bentuknya adalah adanya cara-cara atau jalan-jalan yang memudahkan pemeluknya untuk meraih kebahagiaan.
Ketahuilah bahwa manisnya iman itu merupakan kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan adalah sesuatu yang didamba oleh setiap manusia, mereka siap mengorbankan apapun yang berharga termasuk jiwanya demi memperoleh kebahagiaan itu.
Dunia kesenangan yang menipu
Dunia memang dijadaikan indah pada pandangan manusia, sehingga banyak manusia yang tertipu dengan hijau dan gemerlapnya dunia. Allah ta’ala berkata:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa para wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)
Dunia memang indah, namun benarkah anggapan kebanyakan orang bahwa dunia adalah kebahagiaan dan puncak keberuntungan? Mari kita tadabburi firman Allah berikut ini,
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Katakanlah, ‘Maukah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang bertakwa di sisi Rabb mereka berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan mereka dikaruniai istri-istri yang disucikan serta keridhaan dari Allah. Allah Maha Melihat para hamba-Nya yang berdoa, ‘Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 15-16 )
Kebahagiaan hakiki
Sebagai generasi terbaik, para sahabat telah merasakan lezatnya iman. Kebahagiaan telah diraih bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mari kita simak beberapa atsar sahabat tentang cara meraih manisnya iman.
Sahabat Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu pernah berwasiat kepada putranya,
يا بني إنك لن تجد طعم حقيقة الإيمان حتى تعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك وما أخطأك لم يكن ليصيبك سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إن أول ما خلق الله القلم فقال له اكتب قال رب وماذا أكتب قال اكتب مقادير كل شيء حتى تقوم الساعة يا بني إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من مات على غير هذا فليس مني.
“Wahai putraku, sungguh engkau tidak akan dapat merasakan lezatnya iman hingga engkau meyakini bahwasannya apa yang telah ditakdirkan oleh Allah akan menimpamu tidak akan luput darimu. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah al-Qolam (pena). Lalu Allah berfirman kepadanya , ‘Tulislah’. Pena lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis?’ Allah menjawab, ‘Tulislah takdir-takdir segala sesuatu hingga tegak hari kiamat.’ Wahai anak-anakku, sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang mati bukan di atas prinsip ini, ia bukan dari golonganku.” (HR. Abu Dawud no. 4078 dinyatakan shohih oleh Albani dalam shohih Sunan Abu Dawud)
Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami teladan yang membimbing umat dan mendapatkan bimbingan. Sekian dari kami, semoga bermanfaat.