Kesabaran sang kawan
Oleh Tim Mading at-Tibyan
Covid-19, memanglah musibah pahit yang menimpa dunia. Covid-19 telah merenggut ribuan bahkan jutaan jiwa di berbagai belahan bumi. Covid-19 telah mengubah dunia dari banyak aspek dan pola hidup penduduknya. Covid-19 telah menyisakan kesedihan dan kepiluan yang mendalam di hati banyak orang.
Musibah menurut orang beriman
Namun, seorang yang beriman kepada Allah dan ketetapan-Nya, dialah yang pertama kali menyadari bahwa musibah Covid-19 bukanlah musibah yang terus-menerus untuk ditangisi. Dia sadar, bahwa di balik musibah ini, pasti banyak balasan berupa pahala yang menanti. Dia akan bangkit menghadap musibah ini dengan keimanan yang kokoh tertancap dalam sanubari.
Sikap sabar, tabah, dibarengi dengan sikap mawas akan pelajaran yang ia petik dari apa yang menimpa orang di sekitarnya menjadi pedoman inti yang selalu ia pegangi.
فَاعْتَبِرُوا يآ أُولي الأَبصَار
“Maka, ambillah pelajaran hai orang-orang yang cerdas.” (QS. Al-Hasyr: 2)
Akhi fillah rahimakumllah, bermuara dari ayat ini kami terdorong untuk menyuguhkan kepada pembaca sekalian sebuah kisah inspiratif dari teman kita sendiri, yang telah memetik secara nyata buah kesabaran yang ia perjuangkan.
Semoga dengan ini, kita dapat mendulang faedah berharga dan tergolong orang-orang cerdas yang Allah kabarkan di dalam ayat-Nya di atas.
Awal kisah
Saudara kita yang satu ini barasal dari pulau seberang tanah Jawa. Kesehariannya boleh dikata selalu bahagia. Dia juga tergolong orang yang aktif dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
Suatu ketika dia terlihat tak seperti biasanya, apa yang digambarkan di atas seolah menjadi kebalikannya. Kalaupun tertawa terlihat maksa! Badannya terlihat lesu ditambah gaya jalan khasnya, membuat teman-temannya bertanya-tanya.
Usut punya usut, ternyata dia baru saja mendapat kabar bahwa sang ayah sedang sakit setelah bepergian keluar kota. Yang lebih membuatnya cemas adalah bahwa sang ayah sudah mejalani perawatan di klinik terdekat dengan rumahnya selama seminggu. Belum lagi sang kakak (perempuan) juga akan melahirkan dalam waktu dekat!
Sabar dan saling menyabarkan
Berat dirasa oleh saudara kita ini, dia benar-benar gundah dan dilema, sang ibu berulang kali bertanya dan mengharapkan kepulangannya. Saudara kita ini hanya bisa pasrah kepada Allah sambil menyabarkan diri dan keluarganya.
Pernah terbetik keinginan untuk meminta izin kepada ustadz, namun di sisi lain, dia terus dihantui dan dibayangi nasib pelajarannya. Dia melihat bagaimana kondisi teman-temannya yang tidak bisa kembali ke Ma’had. Mereka gersang karena jarang dihujani ilmu.
Akhirnya, dia memutuskan untuk memberanikan diri untuk meminta izin kepada ustadz, mengingat dua minggu sudah berlalu namun sang ayah tak kunjung sembuh.
Qaddarullah, ketika hendak menuju ke kantor, dia melihat sang ustadz dalam keadaan sibuk. Rasa malupun mengalahkannya, dia tak sampai hati merepotkan sang ustadz. Niat meminta izin pun ia urungkan, walaupun di sisi lain ia juga terpikirkan akan nasib orang tuanya.
Doa senjata kaum mukminin
Sabar dan terus berdoa, itulah pilihan terakhirnya, walaupun satu persatu temannya pulang, dia tetap kokoh bertahan mengingat kondisi wabah yang kian mengganas. Ia panjatkan doa di setiap sepertiga malam terakhir dan waktu mustajab lainnya, yakin bahwa Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya.
Hari demi hari berlalu hingga berbuah pekan. Tepatnya hari Jumat, dia mencoba menghubungi keluarga menanyakan kabar sang ayah. Dia memilih untuk menghubungi nomor sang ayah agar bisa bicara langsung dengannya. Alhamduliilah, kabar yang ia terima kali ini berbalik 180 derajat! Sang ayah ternyata sudah sembuh total dan yang lebih menakjubkan lagi ternyata posisi ayahnya ketika dihubungi sedang berada di kota Jember!!!
Setengah tak percaya, senang, heran, dan perasaan lain bercampur aduk. Setengah tak percaya karena minggu lalu sang ayah masih dirawat, senang karena mendengar ayahnya sudah sembuh. Heran karena sang ayah tak sempat mampir walau hanya bertatap muka dari balik portal pondok. “Daripada Cuma bisa lihat tapi gak bisa meluk, mending gak usah ketemu sekalian! Nati malah nambah sedih.” Jawab ayahnya tegar. Subhanallah, ternyata Allah telah mengabulkan doa saudara kita ini. Allah tetapkan dia di Ma’had sesuai harapannya, sekaligus Allah sembuhkan ayahanda tercintanya. Inilah sekelumit kisah tentang buah kesungguhan dalam bersabar dan sikap tunduk berdoa kepada Allah. Masihkah kita berkeluh kesah?