Kesan Emas dari Kayumas, Sebuah Catatan di Akhir Masa PKL-SPN

 

Oleh Tim Jurnalistik Santri

 

(Kesan PKL-SPN) Hari-hari mendekati kepulangan santri PKL unit Kayumas sudah tiba, para santri segera menyelesaikan kegiatan yang belum tuntas. Target-target yang belum tercapai segera mereka kerjakan. Hari-hari akhir sebelum kepulangan merupakan hari yang tersibuk bagi peserta PKL unit Kayumas.

Selain sebagai hari yang padat kegiatan, masa-masa akhir ini juga sebagai hari penuh rasa haru dan syahdu bagi warga Kayumas dan juga santri PKL itu sendiri. Karena tak akan lama lagi santri akan kembali ke pesantren mereka meninggalkan desa Kayumas tercinta.

 

Kesan Warga yang Sangat Mengena

Waktu PKL-SPN yang singkat sekitar 28 hari ini benar-benar memberikan arti dan kesan bagi santri maupun warga Kayumas sendiri. Bagaimana tidak, sedikit banyak para santri telah membantu pekerjaan mereka, berbagi, menemani, dan melakukan kegiatan sosial lainnya yang membuat masyarakat sekitar menjadi senang dengan keberadaan santri PKL, biidznillah.

Sampai-sampai warga di sana menganggap para santri sebagai anak-anak mereka sendiri. “Sudah dek, kalau butuh apa bilang aja, anggap sudah bapak ibu ini sebagai bapak kalian…” Ucapan-ucapan yang sangat berkesan dan sering dilontarkan oleh beberapa warga Kayumas kepada santri PKL.

Demikian pula santri, sudah menganggap bapak ibu masyarakat Kayumas sebagai orang tua mereka sendiri, yang mana orang tua pasti memiliki jasa besar bagi anak-anaknya. Itulah perasaan santri kepada masyarakat sekitar. Begitu ramahnya sambutan warga Kayumas kepada santri-santri PKL membuat mereka menganggap bapak ibu di desa tersebut sebagai orang tua mereka sendiri.

 

Kepulangan Santri Meninggalkan Kerinduan

Begitu kuatnya ikatan lahir dan batin antara santri dengan warga Kayumas, wajar saja bila kepulangan santri merupakan kesedihan bagi warga. Mereka merasakan kehilangan, layaknya orang tua yang ditinggal anaknya. Tak sedikit dari mereka meminta untuk masa PKL diperpanjang, bahkan yang melontarkan adalah tokoh-tokoh setempat. “Dek, bilang ke kyainya biar masa PKL-nya ditambah…”

Pernah suatu ketika kami duduk bersama salah seorang warga, di samping tanaman buah naga yang belum lama santri PKL menanamnya, warga itu berucap, “Uh, nanti kalau kalian sudah pulang, lihat tanaman ini jadi ingat kalian…” Sembari menunjuk tanaman buah naga karya santri.

Tanaman Naga Hasil Karya Santri

Mereka juga berpesan jika sudah pulang PKL nanti jangan bosan-bosan main ke Kayumas lagi, guna tetap menjaga tali silaturahmi warga Kayumas dan santri. Tak cukup satu dua kali mereka berpesan untuk mengunjungi Kayumas lagi, mereka sampaikan kepada santri berulang kali.

 

Anak Kecil Pun Ikut Bersedih Hati

Anak kecil Kayumas juga turut memberikan kesan, mereka senang dengan adanya mas-mas santri PKL. Dengan keberadaan santri, anak-anak itu mendapat teman baru, bercanda dan bergurau dengan para santri.

Sering anak-anak bermain ke posko PKL-SPN, sehingga wajar mereka merasa kesepian dengan kepulangan santri PKL, “Sepi nanti mas, kalo mas-masnya sudah pulang…” Lontaran sedih si anak ketika berkunjung ke posko terakhir kalinya di hari kepulangan santri.

Ada lagi seorang anak yang ingin untuk bertemu terakhir kalinya, namanya adalah Fadhil kelas 1 SD. Namun karena kondisinya yang baru saja melakukan khitan saat kegiatan Baksos Kesehatan sehari sebelumnya, sehingga Fadhil meminta perwakilan santri untuk datang ke rumahnya.

Keakraban Fadhil dengan santri membuatnya ingin berpamitan dengan mas-mas santri PKL terakhir kalinya. Akhirnya santri datang menemui Fadhil di rumahnya sembari menitip pesan-pesan terakhir kepadanya. Di antara pesan santri kepadanya untuk semangat belajar dan menjadi anak yang kelak bisa membahagiakan orang tua.

 

Roll Perpisahan

Hari Kamis, 24 November 2022 santri menghadiri roll pagi terakhir kalinya. Roll adalah kegiatan rutinitas kebun di pagi hari yang dipimpin oleh Astan (asisten kebun), dalam rangka untuk mengabsen karyawan. Ikut sertanya santri PKL di kegiatan ini setiap hari memberikan pelajaran bagi santri akan pentingnya kedisiplinan dalam segala hal.

Seusai roll pagi terakhir, Mandor Besar Kayumas menyampaikan ke karyawan kebun kalau para santri akan berpamitan dan perpisahan. Beliau mengatakan dengan bahasa Madura, yang kurang lebih terjemahannya, “Ini para santri mau pamitan dan perpisahan, tapi perpisahan mereka hanyalah perpisahan lahir, adapun batin mereka (yakni persaudaraan mereka) tetap bersama…” Itulah kesan perpisahan yang dituturkan oleh Mabes Kayumas. Tersirat darinya persaudaraan yang begitu erat antara santri PKL dengan warga.

Roll Terakhir dengan Karyawan Kebun Kayumas

Selepas itu santri dipersilakan untuk berpamitan. Perwakilan santri akhirnya maju ke depan, menyampaikan kata-kata perpisahan, permohonan maaf dan ucapan terima kasih, serta kesan dan pesan dari tim PKL-SPN.


Baca Juga: Profil Singkat Lokasi PKL-SPN Ma’had Minhajul Atsar Tahun 1444 H/2022 M


Proses Kepulangan

Pulang dari roll pagi, santri langsung berpamitan dengan beberapa pengurus kebun, karena mereka akan beranjak pulang di jam kerja perkebunan. Khawatir tidak bisa berjumpa kembali, sehingga santri berpamitan lebih awal dengan Bapak Askep (Asisten Kepala), Astan (Asisten Tanaman), dan Mabes (Mandor Besar).

Selanjutnya santri segera kemas-kemas barang PKL, baik yang milik umum atau pribadi. Beres-beres posko dan kemas-kemas barang, tugasnya sudah dibagi oleh ketua kelompok. Membagi tugas pekerjaan menjadi keharusan santri, supaya kerja lebih efisien dan profesional.

Santri Mengangkut Barang ke Truk TNI

Pukul 09.30 pagi, barang-barang sudah siap diangkut. Truk jumbo milik TNI yang memang sudah dipersiapkan datang menghampiri posko. Barang-barang PKL pun dinaikkan ke dalam truk, sebagian warga turut membantu menaikkan barang.

Setelah barang naik seluruhnya, truk melaju menuju halaman kantor pekebunan, stand by menunggu santri di sana, sementara mereka berpamitan terlebih dahulu kepada warga sekitar. Selepas itu santri berangkat pulang ke ma’had dari halaman kantor, dengan harapan bisa berpamitan dengan pengurus setempat terlebih dahulu.

 

Tangisan Warga Mewakili Kesan Baik Mereka

Setiap warga yang dijumpai, para santri berpamitan dengannya. Satu rumah demi rumah para santri berpamitan. Beberapa warga menangis tatkala berpamitan, ia tak kuasa menahan rasa sedihnya dengan kepergian santri, ia tumpahkan perasaannya dengan tangisan.

Ketika singgah di rumah salah seorang warga yang sudah sangat akrab dengan santri PKL untuk mengembalikan peralatan yang sempat dipinjam sekaligus berpamitan, salah seorang santri mengucapkan maaf dan terima kasih. Belum selesai bicara, warga tersebut sudah terisak-isak.

Akhirnya santri segera menyudahi pamitan tersebut dan tidak melanjutkan kata-katanya, khawatir akan menambah kesedihan beliau. Waktu yang benar-benar singkat selama 28 hari, namun sangat memberikan kesan yang mendalam di hati.

Sebagaimana yang sering ditanamkan oleh para Ustadz kepada kami, untuk menjadi orang yang kedatangannya di tempat PKL diharapkan, keberadaannya membahagiakan, serta kepulangannya dirindukan. Walhamdulillah, dengan keikhlasan dan ketulusan para santri bisa mewujudkannya.

Semua itu hanya karena karunia dan pertolongan Allah, yang menjadikan hati-hati bersatu. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan (Allah-lah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal: 63)

Halaman Kantor Kebun Kayumas

Kayumas ‘Menangis’

Kaki-kaki terus melangkah, berpamitan dengan warga sekitar. Terakhir, santri berpamitan dengan staff kantor Kebun Kayumas. Selepas berpamitan, santri melangkah naik ke armada TNI dengan langkah yang berat.

Beberapa warga turut mengantar di samping jalan, melepas kepergian santri PKL. Truk itu mulai melaju meninggalkan Kayumas diiringi lambaian tangan perpisahan dari warga.

Belum beranjak jauh dari titik kepulangan, -biidznillah- tiba-tiba langit Kayumas menurunkan hujan deras. Hujan menambah syahdu suasana kepulangan.

 

Tak Bisa Berpamitan Menambah Keharuan

Sayang sekali santri tidak bisa berpamitan dengan pembimbing PKL mereka selama di sana, Bapak Wagianto, Danton (Komandan Peleton) sekaligus RT setempat. Kedatangan tamu direksi menjadikan beliau harus mengawal para tamu, dan tidak bisa berpamitan serta melepas kepulangan santri, anak-anak yang beliau bimbing. Akhirnya santri hanya menitip pesan pamitan kepada keluarga beliau untuk disampaikan.

Tiba-tiba di tengah perjalanan pulang, beliau menelepon kami dengan panggilan video. Tapi beliau tidak berkata apa-apa, hanya memandang santri lewat telefon dengan isak tangis. Semakin lama isak tangis beliau semakin keras. Suasana di atas truk semakin mengharukan. Sebagian santri pun tidak kuat untuk menahan air mata.

Hening, semua terdiam merenung dan sedih melinangkan air mata. Tak terbayang, bagaimana seorang Pak Danton dengan postur besar-tegap dan karakter komandannya menangis di hadapan santri. Hingga akhirnya seorang santri memberanikan diri untuk berbicara, mohon maaf tidak bisa berpamitan secara langsung karena satu dan lain hal, dan berterima kasih kepada beliau atas bantuan dan dukungan yang selama ini beliau berikan.

Di sisi lain, beliau begitu terkesan dengan keberadaan santri. Baik budi pekertinya, santun bicaranya, banyak membantu dan tidak banyak cakap, begitu menurut penilaian ‘sepihak’ dari beliau. Dan hal itulah yang menjadikan beliau merasa berat berpisah dengan santri.

Deretan Rumah Tinggal, Salah Satunya Ditempati Santri PKL

Penutup

Itulah secuplik kesan dan perasaan warga Kayumas dengan kepergian santri PKL-SPN. Harapannya PKL berikutnya bisa memberikan kesan yang lebih baik kepada warga di lokasi PKL. Di mana semua itu biidznillah dapat diraih dengan akhlak yang baik, keramahan, sopan santun, dan keringanan tangan kita.

Dengan kesan yang baik dari masyarakat semoga menjadi sebab mudahnya mereka menerima dakwah mulia ini. Atau setidaknya dapat menepis stigma buruk tentang santri, bahwa mereka pemalas, tertutup, dan tidak mudah bergaul.

Semoga apa yang telah diperjuangkan oleh para santri dapat bermanfaat bagi negeri tercinta dan bagi dakwah salafiah ini. Wallahul musta’an.


Artikel Kami: Keajaiban dan Khasiat Surat al-Fatihah


Penulis: Muhammad Sijnul Mubarak Banjarnegara, Takhasus

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.