Melepas Penat di Sela-Sela Kegiatan PKL yang Padat
Hmm… Rasanya ingin lihat air terjun, ujar salah seorang unit PKL Jombang yang masih berada di bawah kaki bukit, sambil menikmati susu sapi murni sebagai bekal perjalanan yang masih panjang. Tidak mengenal lelah walau peluh mengguyur tubuh.
AIR TERJUN TRETES
Merupakan program ma’had Minhajul Atsar as Salafy Jember, bahwa santri-santri Takhasus diberikan kesempatan untuk menjalani kegiatan PKL di ma’had-ma’had ahlus Sunnah yang ada di Indonesia ini. Yah begitulah, sebagaimana telah diketahui bersama bahwa manusia itu makhluk sosial. Oleh karenanya setiap manusia lumrah membantu manusia yang lain. Apalagi dibangun di atas kebaikan dan takwa, tentu lebih MasyaAllah.
Pembaca, kami sangat bersyukur bisa diberi kesempatan untuk bisa belajar ilmu agama di pondok ini. Bukan hanya belajar di kelas saja, akan tetapi kami juga diajarai banyak hal oleh asatidzah dan para pembimbing. Seperti kegiatan PKL misalnya. PKL santri dilakukan dua kali; PKL Tarbiyah di Pondok-Pondok pesantren dan PKL-SPN (Santri Peduli Negeri) di daerah-daerah terpencil. Nah, yang akan kami kisahkan di sini adalah salah satu PKL Tarbiyah di Unit Jombang, Jawa Timur.
Sebenarnya rasa syukur mendalam dicampur rasa deg-degan tak henti menghampiri hati-hati kami kala waktu keberangkatan PKL semakin dekat. Masing-masing kami sering bergumam, “nanti di sana ngapain aja ya?” rasa tidak pantas dan belum siap pun tak kalah menghantui guliran hari demi hari. Kami merasa belum berilmu dan seakan tidak pantas mengemban amanah berat nan mulia ini. Namun apalah kata, nasehat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melecut semangat kami, “Jikalau saudaramu meminta nasehat, maka nasehatilah ia.” sebuah hadits mulia pun menambah rasa percaya diri. Toh juga adalah amalan ta’awun.
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Sesungguhnya Allah akan selalu membantu hambanya selama hambanya itu membantu saudaranya.” (Shahih Muslim 4/ 2074)
Yah, dua hadits itulah motivator terbesar. Semoga saja, amalan ini ternilai ibadah dan menjadi pemberat timbangan dihari kiamat kelak. Amin. Banyak sekali faedah yang kami dapatkan saat PKL di ma’had-ma’had. Kami jadi mengerti bahwa sekolah agama itu sangat berpengaruh akan kesuksesan anak di dunia dan akheratnya. Terkhusus bagi bangsa dan Negara, seperti terciptanya budi pekerti yang luhur dan sopan santun kepada yang lebih tua.
Menjelang hari kepulangan, kami menyempatkan untuk mengadakan rihlah ke air terjun. Sebagai bentuk refreshing sekaligus tadabbur alam. Mayaallah, sungguh menarik. Begini ceritanya.
Hmm… rasanya ingin lihat air terjun, ujar salah seorang unit PKL Jombang yang masih berada di bawah kaki bukit, sambil menikmati susu sapi murni sebagai bekal perjalanan yang masih panjang. Tidak mengenal lelah walau peluh mengguyur tubuh.
…
Akhirnya hari-hari piknik itu datang juga. Kami santri PKL berencana untuk mengadakan piknik berlibur ke air terjun Tretes. Sebenarnya kami masih ragu, apakah jadi atau tidak. Hmm.. ya sudahlah lebih baik tunggu informasi saja, ujar kami. Tiba-tiba salah satu pengurus ma’had tersebut terlihat sibuk bolak-balik kesana dan kemari, beliau biasa dikenal dengan nama Ust. Ahmad. Ternyata beliau sedang mencari kendaraan untuk keberangkatan piknik ke air terjun. Masya Allah.
Tin-Tin… Tin- Tin… (telefon berdering)
Siapa tuh yang sms, ujar kami. Ohh ternyata Ust. Busyra, beliau hanya ingin tanya apakah jadi atau tidak santri PKL piknik, kalau gak jadi beliau ingin mengajak kami sarapan pagi di rumahnya. Salah satu dari kamipun menjawab sms tersebut : “ Insya Allah jadi ustadz nanti kami datang kerumah antum terus kita berangkat bareng-bareng ”.
Tidak lama kemudian Ust. Ahmad dan Naseem datang ke kamar seraya berkata : “Ayo berangkat kendaraan udah siap tuh!” mendengar ini kami sangat gembira lantas menjawab: “Na’am kalau begitu ayo siap-siap, ada berapa kendaraan semuanya?” ada dua, jawab mereka.
Barang-barang mulai dikemas, salah seorang dari kami yang masih lelap tidur pun segera dibangunkan. Setelah itu kami santri PKL menuju ke parkiran. Ternyata Ust Luthfi dan dua anaknya yang bernama Ubaid dan Abdul Aziz telah Standby di sana. Mereka hendak ikut perjalanan kami.
…
Fauzan antum sama ana aja ya, ujar Ishlah. Nanti Naseem sama Ust. Ahmad.
Baiklah, jawabnya. Kamipun mulai menancapkan gas dan memainkan perselin. Tidak lupa membaca doa bepergian. Kemana tujuan kita pertama ini Ishlah? Tanya Fauzan. Kita ke rumah Ust. Busyra dulu, untuk sarapan, setelah itu kita berangkat ke air terjun. Jawab Ishlah. Sesampainya kami di rumah Ust Busyra, beliau menyambut kami dengan hangat dan sangat ramah serta mempersilahkan kami masuk. Ternyata di atas meja sudah tersedia makanan cemilan, Alhamdulillah. Ust Busyra dengan keramahannya beliau bertanya: “ Ini udah pada makan belum..? Tunggu ya.., sebentar lagi sarapan siap saji ”.
Senang sekali rasanya bisa bertamu kerumah Ust Busyra apalagi disambut dengan meriah.
…
Waktu menunjukkkan pukul 07.00 pagi, kami memulai perjalanan dari rumah Ust Busyra, beliau mengajak adiknya yang bernama Abdur Rahim. Di tengah perjalan motor-motor dan mobil-mobil terlihat sangat bersahabat bagaikan semut yang baris-berbaris. Sungguh suasana pagi yang asri.
Pagi yang cerah itu membuat hati kami semakin bahagia ditambah kicauan burung yang menentramkan hati. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan jalan yang sangat rusak, saat itu jalan menurun lagi berkelok dan turunnya pun sangat terjal, lumayan menakutkan. Disamping jalan tersebut ada sebuah jurang yang dalam, seandainya ada orang yang jatuh kebawah, besar kemungkinan dia akan wafat. Wal’iyaadzu billah.
Benar-benar keadaan semakin mencekam, tidak seorangpun dari kami kecuali memikirkan nyawanya, semua beristighfar di dalam hati, apakah ini adalah hari terakhirnya di dunia? Bagaimana tidak?, jalan yang terjal itu tidak mulus, akan tetapi berlubang dan lubangnya pun dalam. Motor-motor kami saling berloncatan, Fauzan dengan kelincahannya sudah bersiap akan meloncat dari motor, karena khawatir akan dirinya.
Ishlah yang membonceng Fauzan tidak kuasa lagi mengendalikan kendaraan, rem kendalinya tiba-tiba saja blong. Namun karena pertolongan Allah semata akhirnya kami pun selamat semua.
Kalau bukan karena pertolongan Allah pasti kami sudah jatuh ke jurang semuanya. Terima kasih ya Allah sungguh tiada daya dan kekuatan kecuali dari Mu Maha Suci engkau atas segala sesuatu. Tentu semuanya tidak lepas dari takdir yang telah Allah tulis di dalam kitabnya. Kalau ajal belum datang, nyawa tidak akan lepas dari jasadnya. Allah Ta’ala berkata,
لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” (Yunus: 49)
Usai dari ketegangan tersebut kami pun telah berkumpul di kaki jalan. Kami merasa kapok dan tidak mau lagi lewat disitu, sebab, jiwa ini seakan hendak melayang meniggalkan dunia. Mengerikan sekali. Belum hilang rasa letih, ternyata perjalanan kami masih panjang. kondisi jalan pun semakin mendaki. Allahu Akbar.
Saat ditengah perjalanan mendaki itu motor yang dikendarai Ishlah dan Fauzan tiba-tiba saja berhenti, tak kuasa mendaki alias mogok, akhirnya mereka menggiring sepeda motornya bersama, sementara rombongan teman-teman telah pergi jauh meninggalakannya. Belum sampai puncak jalan, mereka ditertawai oleh orang-orang yang lalu lalang dijalan tersebut, rasanya malu berselimutkan minder. Tapi mereka yakin ini hanya sesaat dan sebentar lagi akan tiba di air terjun yang penuh kenangan.
Alhamdulillah sampai juga di atas, ternyata Ust Ahmad dan Naseem telah menanti Ishlah dan Fauzan sambil heran, mengapa mereka menghilang dari rombongan? karena saat itu mereka berada dibarisan paling belakang.
Tak lama setelah itu, kami istirahat dan minum susu di salah satu masjid jalan mendaki itu. Masjidnya unik dan lucu, ada taman dan kolam renangnya, asyik juga main-main di sana. Nampaknya istirahat di rasa cukup, kami pun mulai melanjutkan perjalanan mendaki.
Alhamdulillah ditengah perjalanan panjang, kami disambut dengan tulisan selamat datang di wisata air terjun Tretes, senang sekali rasanya. Kemudian kami melanjutkan perjalanan untuk mulai mendaki bukit tersebut.
Awal mula kami menyangka jalan menuju tempat wisata adalah mudah-mudah saja, oleh karenanya kami memberanikan diri untuk mengendarai sepeda motor.
Tanpa disangka jalan semakin menanjak, kami sangat kesusahan dan merinding kembali hadir, keadaan semakin gugup dengan jalan berliku, sempit dan tidak dapat dilewati kecuali satu kendaraan saja. Rasa merinding belum saja kunjung hilang, kami disambut dengan jalan yang berlubang dalam. Allahu musta’an.
Kami tetap saja berusaha menenangkan jiwa, tanpa sadar tiba-tiba saja WUUUAAAZZZSSHH kaendaraan yang dinaiki Ust Busyra tertahan amblas di sebuah lubang berkelok. Akhirnya kami semua turun untuk membantu beliau dan sudah rasa tidak berani lagi mendaki. Hingga keputusan terakhir motor hanya boleh dikendarai oleh satu orang saja dan yang lain harus turun dan berjalan. Maka sebagian dari kami turun, berjalan kaki. Hingga kami tiba di perairan mata air sejuk terletak di daerah lereng bukit. Airnya dingin, cukup menghapus letih dan menghilangkan dahaga.
Kami memulai kembali perjalanan yang curam itu sambil menahan teriknya sinar matahari yang semakin meninggi dan menyengat. Hingga kami melihat ada tulisan 3km lagi air terjun. Setelah membaca tulisan tersebut kami menjadi semangat, seolah-olah rasa letih itu hilang seketika. Namun setelah kami menempuh perjalanan hingga 3km kami tidak mendapati apa-apa melainkan hanya hutan belantara dan tulisan yang berbunyi: ayo terus semangat.. kenangan indah menanti kalian!!. Hmmmm.. geram rasanya.
Dengan sabar langkah terus berjalan.
Eh… kami kembali melihat tulisan 3 km lagi air terjun, masing-masing kami bergumam, “Perasaan bukannya tadi sudah ada tulisan 3 km air terjun, kok sekarang terulangi lagi, ah biarin aja semoga benar.”
Kami kembali berjalan dengan menggunakan sisa tenaga yang masih ada, setelah 3km kami tempuh, hal tadi kembali terulang dan kami tidak menemukan apa-apa kecuali masih hutan saja maka kami bingung mana air terjunnya?. Tiba-tiba disebelah pohon ada tulisan 1,5km lagi air terjun.
Kami terus berjalan dan masih menanti harapan semoga air terjun itu benar adanya. Setelah kami mengikuti alur jalan hingga 1,5 km, lagi-lagi kami tidak mendapati apa-apa sungguh emosi mulai naik, rasa geram dan bosanpun mulai menghampiri. Hingga salah satu dari kami mengatakan, “Gimana nih dari tadi mendaki mulu tapi gak nyampe-nyampe kapan sampainya?? air terjunnya mana??” Salah satu dari kami menenangkan dan mempercayakan kami bahwa kiloMeter tersebut dibuat agar para pendaki terus bersemangat dan tidak mudah menyerah.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Alhamdulillah keadaan menjadi bersahabat. Kami mulai melanjutkan perjalanan, hingga sampai disebuah pos air terjun Tretes, di sana sangat sepi, kami tidak menjumpai satu orang pun, kami hanya bingung mana air terjunnya? kok tidak ada tanda-tandanya ya? jalan juga semakin menanjak dan sepertinya kendaraan harus berhenti sampai disitu. Akhirnya kami semua berjalan kaki dengan yakin insya Allah kami pasti sampai.
Saat berjalan satu kilo, dua kilo, tiga kilo, tiga kilo setengah kami belum menjumpai apa-apa rasa capai semakin menjadi, sementara jalan terus saja menanjak, salah seorang dari kami mulai ada yang tak sanggup lagi. Bekal susu yang kami bawa sudah hampir habis sementara kami belum tiba di area lokasi air terjun.
Maju terus pantang mundur, terus mendaki walau peluh mengguyur tubuh. Hinnga pada saat KM ke 4 dari pos akhir yang kami singgah tadi Subhanallah Maha Suci Allah kami melihat air terjun yang tinggi menjulang indah sekali, burung-burung beterbangan bermain sekaligus minum di sumber air sejuk itu. Masya Allah ditambah suara deras air yang saling bersautan membuat sanubari terenyuh haru. Sungguh ciptaan Allah tiada tara.
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ . فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Rabb-mu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka.” (QS. Fushshilat 37-38)
Melihat air terjun yang begitu menggoda kami tidak tahan lagi menceburkan diri dan berenang di air tersebut. Dan akhirnya byuuuuuur … huuuh… duuiingin sekali airnya. Masya Allah segala puji bagi Allah.
Tak terasa setengah jam berlalu awan hitam mendung mulai menutupi matahari. suasana menjadi gelap. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan menghentikan permainan. Masing-masing dari kami agak takut pulang karena harus melewati jalan yang terjal dan mengerikan. Rasanya ingin terbang ke ma’had tanpa harus melewati jalan tersebut. Namun biarlah, apalah kata, mau tidak mau kita harus melewatinya. Bismillah.
Ditengah perjalanan pulang kami heran kenapa disini tidak ada monyet ya?? yang ada hanya burung-burung aneh dan anjing-anjing hutan. Unik memang. Tidak ada kata yang kami ucapkan melainkan hanya menikmati perjalanan saja. Terus melangkah turun, hingga kami sampai di area pos yang kami singgah tadi dan mengambil motor dan memulai perjalanan pulang kecuali yang berjalan kaki, mereka tetap berjalan. Menurut laporan teman-teman yang berjalan kaki bahwa keindahan mereka saat pulang lebih asyik daripada saat berangkat ke air terjun karena mereka sudah mengetahui medan dan rute jalan.
Ternyata di daerah perbukitan itu banyak sekali pohon-pohon buah, mulai dari rambutan, nangka, durian, alpukat, salak dan lain-lain seakan-akan pohon itu memang tumbuh begitu saja karena bekas biji yang di buang oleh para pendaki. Masya Allah.
Singkat cerita kami pun berkumpul di pertigaan akhir lereng bukit dan saling bertatap muka sambil tersenyum dengan menyimpan berbagai kenangan yang tidak mengerti apakah bisa kembali terulang atau tidak. Sungguh menabjubkan,
Akhirnya kami memutuskan untuk kembali pulang ke ma’had tercinta mengendarai motor masing-masingnya.
Tidaklah tersimpan di relung sanubari kami saat itu kecuali merindukan ma’had Ar-risalah Jombang dengan harapan selamat dan yakin kepada Allah yang pasti akan menolong hamba-hambanya. Perjalanan pulang kami nikmati sambil melantunkankan doa-doa serta dzikir kepada Allah hingga akhirnya pada pukul 13.00 kami sampai di ma’had dengan selamat.Senang rasanya bisa berpetualang ke air terjun Tretes yang penuh dengan rintangan dan medan menantang.
Segala puji hanya untukMu ya Allah tiada daya dan upaya kecuali dariMu sungguh kasih sayangMu melebihi segala sesuatu dan kami memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan Yaa Robbbana Innaka ‘Afuwwun Tuhibbul ‘Afwa Fa’fu ‘Anna Innaka Anta Ghofuurun Rohiim.
UNIT PKL JOMBANG 1440 H