Mencetak Generasi Rabbani (Kisah PKL Wonoayu Sidoarjo Th 2018)
Latar Belakang
Tidak dipungkiri lagi bahwa perkembangan dakwah ahlus sunnah di tanah air begitu pesat, demikian pula jumlah anak-anak salafiyyin juga meningkat tajam.
Dengan banyaknya jumlah anak-anak salafiyyin, tentu menuntut adanya lembaga pendidikan yang siap dan tangguh. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga pengajar yang handal untuk mencetak generasi yang shalih dan shalihah.
Maka terpanggillah Ma’had Minhajul Atsar Jember untuk membekali para santrinya dalam pendidikan. Ma’had bekerjasama dengan 14 Ma’had ahlus sunnah yang ada di Jawa untuk mengadakan PKL (Praktek Kerja Lapangan atau yang lebih tepat Pratek Kerja Lillahi Ta’ala).
Tujuan PKL
Kegiatan PKL ini berlangsung kurang lebih selama satu bulan, para santri ditempa dan diberi kesempatan untuk mencari pengalaman pendidikan dari sekian ma’had yang sudah menjalin kerjasama dengan Ma’had Minhajul Atsar Jember.
Di ma’had tempat PKL para santri belajar untuk mengajar, bermusyawarah, melakukan program-program yang ada, dan yang lainnya. Mereka ditantang untuk aktif, peka, peduli, dan kompak untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik.
Pentingnya Persiapan Sebelum Melakukan
Kami adalah salah satu tim PKL berjumlah 5 santri yang dikirim ke Ma’had Ibnu Katsir Sidoarjo. PKL ini adalah pengalaman pertama kali bagi kami, sehingga masih banyak pembenahan yang harus kami lakukan.
Di sisi lain, kami sangat bersyukur kepada asatidzah Jember yang telah mengadakan kegiatan ini dan membantu kami. Baik berupa bimbingan-bimbingan, musyawarah, sampai praktek terlebih dahulu di pondok Jember. Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa menjaga asatidzah dari segala kejelekan.
Di awal keberangkatan, kami mendapat pengalaman yang sangat berharga. Yaitu pentingnya mempersiapkan segala sesuatu sebelum safar. Tatkala kami hendak berangkat menuju Sidoarjo, kami belum mengecek mobil yang akan mengantar kami ke stasiun kereta.
Qadarullah, mendekati jam keberangkatan kereta, ternyata mobil yang akan kami naiki bannya bocor. Sehingga kami harus cari alternatif kendaraan lainnya untuk mengantar kami.
Waktu semakin berjalan dan mendekati waktu keberangkatan kereta. Akhirnya kami menyewa mobil lainnya, sambil menunggu mobil datang. Beberapa waktu kemudian mobil datang, wajar saja karena pemilik mobil baru tahu alamat pondok kami.
Alhamdulillah kami mulai berangkat meninggalkan pondok, mudah-mudahan kami tidak terlambat naik kereta. Dengan kecepatan mobil yang tinggi, ternyata kami tidak sampai ke stasiun dengan waktu keberangkatan.
Kurang lebih kami terlambat 5 menit, akhirnya hati-hati kami mulai tidak tenang. Ketika turun dari mobil, alhamdulillah keberangkatan kereta diundur 20 menit. Sehingga kami masih bisa istirahat sejenak di stasiun.
Pelajaran penting bagi kami, berupa mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukannnya. Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan urusan kami.
Alhamdulillah Sampai Juga.
Kami berangkat sore hari dari Jember, alhamdulillah kami sampai di Sidoarjo pada malam hari. Perjalanan sekitar 5 jam. Tempat tujuan PKL kami terhitung dekat, karena sebagian teman-teman kami ada yang melakukan perjalanan menuju tempat PKL dari shubuh sampai tengah malam.
Jamuan dan sambutan dari pengurus Ma’had Ibnu Katsir sangat luar biasa bagi kami. Kami dijemput mobil pengurus dari stasiun menuju pondok Sidoarjo.
Setelah sampai di pondok, kami dijamu makan malam dan berbincang-bincang dengan beberapa pengurus. Kemudian kami istirahat melepas lelah setelah menempuh perjalanan.
Mulai Berlatih
Keesokan harinya, setelah kedatangan kami. Para pengurus Ma’had Sidoarjo bertemu kami dengan acara ramah tamah. Kami merasa tidak pantas untuk disambut sedemikian rupa, mudah-mudahan Allah mengganti kebaikan mereka dengan yang lebih baik.
Ketika kami diminta perkenalan dan bercerita, kami merasa tidak siap untuk berbicara. Akhirnya kami saling mempersilahkan teman-teman PKL untuk memenuhi permintaan pengurus.
Namun, kami tidak ada yang siap dan belum pernah terbayangkan kejadian ini. Mayoritas kami adalah santri pendiam atau tidak pernah berbicara di depan umum.
Akhirnya salah satu tim PKL memberanikan dirinya. Alhamdulillah sedikit demi sedikit, mulai berbicara dan menjawab beberapa pertanyaan dari pengurus.
Dia menceritakan sekilas tentang tim PKL dan kesibukan ta’awunnya ketika di pondok. Alhamdulillah pembahasan yang kami sampaikan menarik para pengurus dan pengetahuan baru bagi mereka.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa memberikan keikhlasan bagi kami ketika beramal.
Di Tengah Kesibukan
Hari demi hari, alhamdulillah kami tersibukkan dengan ta’awun di Ma’had Ibnu Katsir Sidoarjo. Dari melatih mengajar anak-anak di kelas, mentasmi’ al-Qur’an, bermusyawarah, mengadakan kegiatan, sampai ta’awun kebersihan pondok.
Ternyata dakwah ini dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan bersama, tentunya setelah pertolongan Allah semata.
Di tengah kesibukan kami, kami mendapati tauladan yang baik dari sebagian pengajar. Ketika mereka ada jadwal memberi ilmu kepada anak-anak, ternyata mereka ada kesibukan lainnya. Yaitu: sebagian mereka setiap harinya menyapu halaman pondok.
Akhirnya kami ikut terhasung untuk membantu. Kami bermusyawarah, agar lebih maksimal dan mencakup semua kebersihan pondok, akhirnya kami membagi tugas. Ada di antara kami yang membersihkan masjid, halaman, tempat wudhu, sampai membersihkan KM.
Di saat kami membersihkan masjid dan merapikan mushaf al-Qur’an, ada salah satu ikhwan yang mengapresiasi perbuatan kami. Beliau berharap perbuatan kami merapikan al-Qur’an, bisa ditanamkan pada anak-anak.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menerima amalan kami dan menyelamatkan kami dari berbagai fitnah yang tersembunyi atau yang tampak. Amin
Akhir Perjalanan
Tak terasa waktu satu bulan begitu cepatnya. Waktu yang tersisa adalah mempersiapkan pulang kembali ke Ma’had Minhajul Atsar Jember.
Ketika sore hari setelah mentasmi’ atau menyimak al-Qur’an, salah satu tim PKL menyempatkan memberi nasehat atau wejangan kepada anak-anak. Memberikan nasehat kepada anak-anak adalah kebiasaan kami, namun pada kesempatan sore itu ada yang berbeda.
Hal ini karena salah satu tim PKL menyampaikan kabar kepulangannya esok hari. Suatu hal yang wajar, terkadang perpisahan memberikan kesedihan tesendiri.
Begitu pula yang dirasakan oleh santri Sidoarjo. Di sela-sela nasehat, tampak beberapa santri matanya berkaca-kaca. Secara tidak disadari, salah satu tim PKL tersebut juga mengikuti suasana.
Setelah selesai nasehat, masing-masing santri pulang ke rumah. Kemudian pada waktu maghrib, ada orang tua santri yang menemui kami. Dia memperkenalkan dirinya dan mengutarakan keinginannya untuk mengobrol sejenak setelah shalat isya.
Setelah shalat isya, obrolanpun berlangsung. Beliau bernama Abu Yahya, anaknya adalah santri Sidoarjo. Beliau menyampaikan kegembiraannya terkait perkembangan yang baik pada buah hatinya.
Beliau kurang lebih berkata: “Alhamdulillah, semenjak ada santri PKL, anakku semakin semangat dalam belajar. Di antara buktinya adalah Yahya setelah pulang dari pondok, selalu ingin menambah hafalan dan memuroja’ahnya.
Kemudian pada ujian al-Qur’an bulan ini, alhamdulillah anakku hanya salah 6 dari surat ash-Shad sampai an-Naas. Suatu hasil yang sangat bauk bagi kami. Kami juga sangat butuh tenaga-tenaga pengajar seperti santri PKL.
Kami hanya bisa berkata:
لا حول و لا قوة إلاّ بالله
“Tiada daya dan upaya kecuali karena Allah semata.”
Kami dari tim PKL bersyukur kepada Allah yang telah memberikan taufik kepada kami untuk berta’awun di Ma’had Ibnu Katsir Sidoarjo. Keberhasilan semata-mata karena Allah yang telah memudahkannya, bukan karena kecerdasan, kemampuan, atau kekompakkan kami. Kami juga tidak merasa puas untuk senantiasa berbenah dan berusaha menjadi lebih baik lagi.
Sebagaimana para Nabi ‘alaihimus sallam, apabila mereka telah selesai dari suatu ibadah, mereka senantiasa bersegera melakukan kebaikan yang lainnya. Allah Ta’ala berkata:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan. Mereka berdoa kepada Kami dalam keadaan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang takut kepada Kami.” (al-Anbiya: 90)
Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kami bersama para Nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati di jalan Allah, dan orang-orang yang shalih. Amin
Apa kata santri tentang PKL?
Pada hari-hari terakhir PKL, terdengar beberapa celotehan para santri. Di antaranya adalah:
- Yahya kelas 4 MTP, semoga Allah menjaganya.
Dia berkata pada hari terakhir PKL, dengan muka yang sedih: “Kalau ustadz PKL sudah pulang, nanti tidak semangat lagi.”
Dia belum paham apa arti keikhlasan dalam belajar, belajar bukanlah karena seseorang atau santri PKL. Tetapi belajar agama yang mulia ini hanyalah karena mengharap ridha dan pahala di sisi Allah.
Mudah-mudahan Allah menganugerahkan keikhlasan kepada kami dan senantiasa semangat dalam kebaikan. Amin
- Zaidan kelas 4 MTP, semoga Allah menjaganya.
Dia berkata pada pagi hari, sebelum pelajaran. Dengan ucapan yang polos dan muka yang sedih, dia berkata: “Ustadz…tadi malam aku menangis di rumah, karena besok ustadz-ustadz PKL mau pulang.”
Begitulah perpisahan, terkadang meninggalkan kesedihan. Namun jangan sampai kita larut di dalamnya, kita harus bangkit dan semangat melakukan berbagai macam kebaikan yang ada.
- Halim kelas 3 MTP, semoga Allah menjaganya.
Dia berkata pada pelajaran adab terakhir dengan muka yang sedih: “Kalau ustadz pulang, nanti tidak ada yang cerita lagi.”
Di antara kebiasaan kami adalah bercerita di akhir pelajaran. Mudah-mudahan menjadi cerita yang bermanfaat dan berpahala di sisi Allah. Amin
- Ata kelas 2 MTP, semoga Allah menjaganya.
Dia berkata disela-sela bermain bersama teman-temannya: “Kalau ustadz-ustadz PKL pulang, tidak semangat lagi, karena tidak ada lomba-lomba lagi.”
Salah satu santri PKL yang mendengarnya hanya tersenyum, kemudian menceritakan ke santri PKL yang lainnya. “Apakah Ata semangat hanya karena adanya lomba-lomba?” Sambil tersenyum, teman-teman PKL yang lainnya pun ikut tersenyum bersama-sama.
- Aisy kelas 2 MTP, semoga Allah menjaganya.
Dia berkata di sela-sela permainannya bersama teman-temannya dengan raut muka yang sedikit jengkel karena dilarang bermain. “Ustadz…! Sebelum ustadz PKL datang, ini waktunya bermain!”
Hal yang wajar, karena kebiasaan santri setelah tidur siang adalah bemain. Namun tim PKL dibantu para pengajar berusaha menghasung para santri untuk memanfaatkan waktu dengan muroja’ah al-Qu’an di masjid.
Semoga kebiasaan menunggu adzan sambil memuroja’ah di masjid bisa terus istiqamah. Amin
Perpanjang lagi!
Alhamdulillah sampai pekan terakhir kegiatan PKL berjalan dengan lancar. Qadarullah pada pekan terakhir tugas menumpuk. Ada perlombaan, pengecetan, pembuatan taman, pembuatan hadiah, kenang-kenangan, mengundang makan para santri, dll.
Secara hitung-hitungan matematika, insyaAllah kegiatan bisa dikerjakan dalam sisa waktu yang ada. Pembuatan taman untuk pondok putra sudah selesai, hasilnya alhamdulillah sangat memuaskan.
Ketika sisa waktu PKL tinggal 5 hari, tiba-tiba ada permintaan dari pengurus untuk membuat taman di pondok putri. Adapun tugas ini, secara hitung-hitungan tidak akan cukup sampai waktu kepulanga.
Kemudian pengurus Ma’had bermusyawarah untuk memperpanjang santri PKL selama satu minggu, adapula yang berkata: “Jangan satu minggu, minta ditambah satu bulan lagi saja.”
Perwakilan pengurus menghubungi asatidzah Jember untuk meminta perpanjangan santri PKL selama satu minggu. Tim PKL hanya berharap yang terbaik bagi. Meski terasa berat meninggalkan pelajaran-pelajaran yang ada di Ma’had Minhajul Atsar Jember.
Alhamdulillah terdengar jawaban dari salah satu Ustadz Jember: “Santri PKL sudah selesai waktu selama satu bulan, mereka juga ingin kembali ke Jember untuk belajar bersama teman-temannya.”
Kamipun sangat bersyukur, karena sudah rindu belajar sebagaimana adik-adik kami santri Sidoarjo. Di sisi lain, kita bersedih meninggalkan asatidzah, ikhwah, dan adik-adik kami.
Meski kami sudah tidak di Sidoarjo, alhamdulillah kami masih menjalin komunikasi dengan mereka. Beberapa kesempatan kami saling memberi hadiah dan saling berkunjung.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala memberi balasan yang lebih baik dan menjadi sebab penjagaan bagi kami. Begitu pula, semoga Allah senantiasa menjaga asatidzah, ikhwah, dan santri-santri di Ma’had ahlus sunnah.
Selesai dengan pena penulis yang sangat butuh pertolongan dari Allah. (Abu Abdillah Purbalingga)