Panduan dalam bermuamalah
Oleh Ishlah Lahamido
Dalam muamalah sehari-hari, dibutuhkan kesabaran dan kelembutan. Terlebih lagi bagi para pengajar yang mendidik anak-anak kaum muslimin, sangat dibutuhkan adanya kedua sifat mulia tersebut. Namun jika bersikap keras dan kaku, maka ini meniadakan kelembutan dan tidak menginginkan kebaikan pada anak didiknya.
Terkadang karena seorang pengajar marah, tersinggung, atau merasa dipermainkan, maka dia ingin memberikan balasan yang jelek. Di antaranya mengumbar aib atau kesalahan, serta menjatuhkan mental anak di hadapan teman-temannya. Maka perbuatan ini meniadakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.” (Mutafaqun ‘alaihi)
Hendaknya kita mengevaluasi, sudah ada atau belum pada diri kita tentang kandungan hadits di atas. Saat kita mengajarkan ilmu kepada anak-anak, duduk bersama mereka, mentasmi’, atau duduk bersama mereka untuk memurajaah pelajaran. Apakah ada perasaan seperti ini? Kalau tidak ada, maka ada yang perlu diperbaiki pada diri kita.
Lemah lembutlah, wahai saudaraku!
Akhlak menginginkan kebaikan untuk anak didik harus menghiasi para pengajar. Secara dzahir lembut dan secara bathin dia menginginkan untuk para muridnya kebaikan. Sehingga jika ada masalah yang muncul (sering gaduh, bertengkar, dan lainnya), maka perlu evaluasi pada diri kita. Memang benar, bahwa hidayah berada di tangan Allah, namun kita perlu mengevaluasi.
Hukum asal tarbiyyah adalah lemah lembut pada ucapan dan gerakan badan. Bagaimana gambaran gerakan badan dalam kelembutan? Allah Ta’ala mengatakan:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Termasuk lawan sifat lembut adalah tidak tersenyum dan tidak berwajah ceria ketika bertemu dengan saudaranya.
Penutup
Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kami kesabaran dan kelembutan dalam bermuamalah kepada saudara-saudara kami, terlebih kepada anak didik kami. Wallahu ‘alam