Penghalang Tholabul Ilmi

INTISARI MUHADHARAH USTADZ USAMAH MAHRI HAFIZHAHULLAH 22 RABI’UTS TSANI 1438 H/21 JANUARI 2017 M(MAGHRIB-ISYA’) DI MASJID MA’HAD AS-SALAFY

Menuntut ilmu agama adalah suatu hal yang begitu mulia, orang yang bisa mencapai keberhasilan dalam menuntut ilmu agama akan mendapatkan begitu banyak keutamaan. Namun dalam perjalanannya , ternyata banyak rintangan dan penghalang. Berikut diantara penghalang keberhasilan dalam tholabul ilmi yang disebutkan oleh syaikh Utsaimin rahimahullah;

  1. AdamulIkhlas (Tidak Ikhlas)

Menghadirkan keikhlasan dalam suatu ibadah merupakan suatu yang berat, termasuk juga mendatangkan keikhlasan dalam tholabul ilmi. Berkata Sufyan rahimahullah,

ما علجت شيئا أشد عليّ من نيتي

“Tidaklah aku memperbaiki suatu hal yang paling berat bagiku, selain memperbaiki niatku.”

  1. Katsratusy Syawagil(Banyaknya kesibukan)

Kesibukan-kesibukan duniawi yang begitu berlebihan akan menghalangi penuntut ilmu dari keberhasilannya. al-Imam asy-Syafi’i mengatakan,

لوكلفت شراء البصل لما فهمت المسألة

“Jika saja aku dibebani untuk menjual bawang merah, niscaya aku tidak akan mampu memahami permasalahan (ilmu).”

  1. Dho’ful Himmah(Lemahnya Semangat/Tekad)

Dikisahkan bahwa dahulu al-Imam al-Kisa’i rahimahullah pada masa belajarnya sering mengalami kegagalan dalam ujian. Kemudian di suatu hari beliau melihat semut kecil mengangkat makanan untuk dibawa kesarangnya. Semut yang begitu kecil itu jatuh berulang-ulang kali karena beban makanan yang dibawa lebih besar dari dirinya, namun semut itu terus mencoba dan mencoba hingga berhasil membawa makanan tersebut.

Melihat hal itu al-Imam al-Kisa’i menyadari bahwa sesuatu yang berat jka ia bersungguh-sungguh dalam mencapainya, insya Allah akan mampu dicapai. Semenjak itu, beliau terus berusaha dalam belajar dan meningkatkan semangatnya hingga menjadi seorang imam besar yang kita kenal sekarang.

Juga dikisahkan tentang Sibawaih rahimahullah. Sosok yang terkenal dengan keahliannya dalam ilmu Nahwu (tata bahasa arab) ini ternyata berasal dari luar Arab, tepatnya dari Persia. Suatu ketika beliau duduk di majelis ilmu yang disampaikan oleh al-Imam Hammad bin Salamah rahimahullah, dalam majelis tersebut al-Imam Hammad bin Salamah rahimahullah memerintahkan Sibawaih untuk membaca hadits, namun didapati banyak sekali kesalahan pada bacaan Sibawaih ketika itu, hingga al-Imam Hammad bin Salamah rahimahullah pun menegurnya (artinya), “Wahai orang Persia, fasihkanlah lisanmu!”

Mendengar perkataan itu, meningkatlah semangat dan tekad Sibawaih untuk belajar tata bahasa Arab, Ia pun berkata kepada al-Imam Hammad rahimahullah (artinya), “Wahai Syaikh, sungguh aku akan mempelajari ilmu ini (tata bahasa Arab) hingga aku mencapai suatu tingkatan yang tidak mampu dicapai orang selainku.”

Sejak saat itu, Sibawaih benar -benar serius dan bertekad untuk menguasai ilmu nahwu hingga berhasil menjadi salah satu ulama’ besar dalam bidang ilmu nahwu.

Wallahu a’lam

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.