Sejarah Berdarah Syiah

qurban

 

Masih ingat kisah tragis kehancuran Khilafah Bani ‘Abbasiyyah di Kota Baghdad?

Sebuah kisah yang menyayat hati setiap muslim saat membaca dan mengingat kembali apa yang terjadi kala itu.

Sebuah peristiwa yang menjadi salah satu bukti dari sekian bukti kekejaman dan pengkhianatan sebuah sekte yang durjana.Yah, siapa lagi kalau bukan Syiah Rafidhah. Maka suatu hal yang pantas jika sekiranya Ibnu Taimiyyah menyatakan tentang mereka:

”Sesungguhnya penyebab utama kejelekan dan bencana adalah Syi’ah dan yang bergabung bersamanya. Mayoritas pedang yang terhunus di dalam sejarah Islam adalah dari arah mereka. Kemunafikan telah menyelimuti mereka. Mereka bahkan memberikan loyalitas kepada musuh-musuh agama ini, yaitu Yahudi, Nasrani dan musyrikin. Mereka justru memusuhi wali-wali Allah, orang-orang pilihan yang menganut agama ini dan orang-orang yang bertakwa.” (Minhajus Sunnah)

Para pembaca rahimakumullah, tahun 656 H menjadi tahun kesedihan bagi islam dan kaum muslimin. Tahun saat kekhilafahan ‘Abbasiyah yang saat itu dipimpin oleh al Musta’shim Billah tumbang dengan izin dan takdir Allah. Lagi-lagi Syi’ah Rafidhah sebagai duri dalam daging dan penyusup serta musuh dalam selimut kaum muslimin yang menjadi pencetusnya. Muhammad bin al Alqami dan Nashiruddin at Thusi, 2 orang penganut Syi’ah inilah yang menjadi provokator dan dalang peristiwa mengenaskan ini. Kekalahan kaum Syi’ah pada peperangan antara kaum Sunni dan Syi’ah tahun 655 H yang berakhir dengan direbutnya kota al-Karkh yang merupakan pusat kaum Syi’ah Rafidhah menjadi penyebab teganya si Ibnu al Alqami ini berkhianat. Saat itu beberapa rumah milik kerabat dekat Ibnu al Alqami juga sempat dijarah.

Sebelum peristiwa kehancuran khilafah ini terjadi, Ibnul al Alqami yang menjabat sebagai menteri kepercayaan kala itu berusaha meminimalisasi jumlah pasukan pemerintah. Setelah kondisi di Baghdad diatur sedemikian rupa, si pengkhianat ini mengirim surat kepada bangsa Tartar dan membocorkan rahasia pemerintahan ‘Abbasiyyah sambil memberi jalan mudah bagi mereka untuk menyerang. Semua itu dia lakukan dalam rangka melenyapkan sunnah dan menghidupkan bid’ah Rafidhah, mengangkat khalifah dari kalangan Fathimiyyah (Syi’ah) serta membunuh para ulama. Tepat tanggal 12 Muharram pasukan Tartar yang berjumlah kurang lebih 200.000 pasukan di bawah kepemimpinan Hulagu Khan mengepung kota Baghdad dari arah timur dan barat. Pasukan Baghdad tidak mampu menghadang mereka karena jumlah yang sedikit dan kekuatan persenjataan yang telah dibuat dan dikondisikan lemah dan minim. Mau tidak mau khalifah berusaha melakukan gencatan senjata dengan Hulagu Khan dengan memberi berbagai macam harta dan barang-barang berharga lainnya. Namun ternyata Hulagu Khan menolak tawaran perdamaian ini karena memang sebelumnya dia telah mendapat bisikan dari Ibnul al Alqami dan Nashiruddin at Thusi agar ajakan gencatan senjata tersebut tidak dipenuhi. Yang lebih menyedihkan sekaligus mengenaskan,  2 provokator ini justru menyarankan kepada Hulagu Khan untuk menghabisi khalifah. Singkat cerita, Hulagu Khan pun membunuh Khalifah al Musta’shim Billah. Dengan gugurnya khalifah maka pasukan Tartar pun masuk ke Baghdad tanpa perlawanan yang berarti dan  jatuhlah kota itu di tangan pasukan Tartar. Memang keadaan kaum kafir tidak memiliki aturan.  Mereka membunuh setiap orang yang mereka temui. Banyak orang yang dilemparkan ke dalam sumur dan tempat sampah. Mereka mendatangi suatu tempat lalu membuka paksa tempat tersebut atau langsung membakarnya. Tak ada yang selamat kecuali orang-orang Yahudi dan Nasrani serta yang meminta perlindungan kepada pasukan Tartar atau berlindung di rumah Ibnu al Alqami, serta para saudagar atau konglomerat yang membagi-bagikan harta mereka kepada pasukan tersebut dengan jaminan keselamatan diri dan harta mereka. Pasukan Tartar masuk ke Baghdad pada akhir bulan Muharram. Selama 40 hari pedang-pedang mereka terus mencari mangsa. Air sungai Dajlah berubah merah karena banyaknya yang terbunuh. Demikian pula sungai-sungai berubah warna airnya menjadi biru karena banyaknya kitab para ulama yang dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut. Inna lillahi wa inna ilahi raji’un.

Para pembaca rahimakumullah, inilah sejarah yang tidak sepantasnya dilupakan oleh kaum muslimin. Sejarah tentang pengkhianatan Syi’ah kepada islam dan umat Islam. Kehancuran Khilafah ‘Abbasiyyah di atas hanya salah satu contoh saja. Telah banyak terjadi peristiwa tragis yang menjadi bukti nyata akan kebengisan Syi’ah mulai dari terbunuhnya Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan, terbunuhnya Husain bin Abi Thalib, beberapa tindakan anarkis dan teror di Arab Saudi, kejadian di Syria, peperangan di Yaman hingga peristiwa Mina 2015. Ingatlah, sejarah adalah salah satu guru terbaik bagi manusia. Siapa yang bisa memastikan bahwa peristiwa tragis semisal di atas tidak akan terulang dan tidak mungkin terjadi kembali?

Telah dimaklumi bahwa zaman yang kita sedang berada padanya sudah dipastikan tidak lebih baik dari zaman-zaman sebelum kita. Bukankah rasul sendiri yang mengabarkan kepada kita;

فَإِنَّهُ لاَيَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ

“Tidaklah datang kepada kalian suatu zaman  melainkan zaman tersebut lebih buruk dari sebelumnya.” HR. al Bukhari.

Itulah kaum Syi’ah, hingga detik ini tidak henti-hentinya dan terus menerus melancarkan dan menebarkan makar, tipu daya serta kejahatan mereka di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak terlepas pula di negeri kita ini, negeri nyiur melambai yang kita cintai. Para kaki tangan Yahudi ini sudah mulai unjuk gigi dan terang-terangan melemparkan jaring-jaring pemikiran sesat mereka. Munculnya berbagai macam lembaga-lembaga made in mereka, para “kiai-kiai” yang tanpa rasa malu mau menghadiri undangan-undangan mereka serta membela apa yang ada pada mereka atau kian menjamurnya para punggawa mereka yang duduk empuk di kursi pemerintahan adalah beberapa bukti dari segudang bukti bahwa mereka benar-benar mengintai kaum muslimin Indonesia. Memang kita tidak memungkiri bahwa negeri kita adalah negeri yang mayoritas penduduknya beragama islam. Namun kita khawatir keadaan kita seperti apa yang rasulullah telah gambarkan jauh-jauh hari;

يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَال قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، لَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ. فَقَالَ قَائِلً: يَا رَسُوْلَ الله! مَا الْوَهْنُ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَهِيَةُ الْمَوْتِ

“Hampir-hampir umat-umat selain kalian mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni piring hidangannya.” Seseorang bertanya kepada beliau: “Apakah disebabkan jumlah kita sedikit pada saat itu?” Rasulullah menjawab: “Bahkan kalian pada hari itu jumlahnya banyak, akan tetapi kalian hanyalah buih seperti buih yang dibawa air bah dan sungguh Allah akan mencabut dari dada-dada musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan Allah akan lemparkan ke dalam hati-hati kalian al Wahn.” Seseorang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apa al Wahn itu?” Beliau menjawab “Cinta dunia dan takut mati.” HR. Abu Daud.

Benar, jumlah kita banyak namun tidak sedikit pula dari kita yang memiliki riwayat penyakit al Wahn dan musuh-musuh kita semakin hari semakin ‘menjadi-jadi’, tidak ada rasa takut dan segan sedikit pun kepada kaum muslimin.

Maka sadarilah akan hal ini dan bersiap-siaplah wahai kaum muslimin Indonesia!

Apa kita akan pasrah begitu saja menjadi makanan dan sasaran empuk kaum Syi’ah Rafidhah?

Tidakkah terbayang di benak kita bagaimana jika istri, anak-anak, sanak famili atau diri kita sendiri terbantai oleh musuh-musuh Islam sebagaimana yang terjadi di kota Baghdad tersebut? Mudahnya kita dihancurkan dikarenakan terlenanya kita dengan dunia sehingga lupa akan sejarah dan lupa untuk membekali diri dan orang-orang tercinta dengan iman yang kokoh. Singsingkanlah lengan baju kita untuk menghadapi mereka! Siapkan diri kita untuk memperdalam ilmu agama sebagai tameng bagi iman, aqidah dan prinsip hidup kita. Sudah saatnya kita buang jauh-jauh prinsip fanatik buta, nunut apa katanya atau sikap membebek. Sudah saatnya telinga, mata dan hati kita terbuka untuk menerima masukan dan kritikan dari orang lain jika memang apa yang disampaikan mereka adalah sebuah kebenaran. Ambillah pelajaran dari sejarah sebagai bahan untuk berbenah dan bahan koreksi jika kita memang keliru agar kita tidak terjatuh dan mengalami hal yang sama. Baginda rasul bersabda:

لَا يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

“Tidak sepantasnya seorang mukmin disengat dua kali dari satu lubang.” Muttafaqun‘alaih.

Akhirul kalam, kita bermunajat kepada Allah semoga menjaga kita dan negeri ini dari segala macam  dan bentuk musibah. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya kepada para pemimpin negeri tercinta ini dan menjauhkan mereka dari bisikan-bisikan teman dekat dan tempat bertukar pikiran yang jelek. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang diberikan hidayah dengan sebab senantiasa mengikuti dan mematuhi segala hal yang dibimbingkan oleh Allah dan nabiNya, sebagaimana yang telah Allah nyatakan dalam firmanNya;

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

“(Yaitu) orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antara perkataan tersebut (yakni perkataan Allah dan RasulNya).  Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” Az Zumar: 18.
Allahu A’lam bish Shawab. Semoga bermanfaat.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.