Ternyata Salat Juga Disyariatkan Untuk Umat Terdahulu

Salat Umat Terdahulu
The Oval Forum and Cardo Maximus in Roman city of Gerasa near Jerash, Pompeii of the East. The city of 1000 columns. Northern Jordan

 

Oleh Mush’ab Klaten, Takhasus

 

Tak kita ragukan lagi, salat merupakan ibadah yang paling mulia di dalam syariat Islam. Salat menduduki posisi yang begitu tinggi di dalam agama ini. Ia merupakan rukun Islam yang kedua, dan termasuk ibadah yang pertama kali diwajibkan untuk umat Islam. Beigtu juga, salat pun disyariatkan dan diwajibkan atas umat-umat terdahulu.

Di dalam al-Qur’an terdapat bukti yang teramat banyak yang menunjukkan bahwa ternyata salat juga disyariatkan untuk umat-umat terdahulu. Ini merupakan salah satu tanda mulia nan agungnya ibadah salat ini. Beberapa di antara bukti-bukti tersebut akan kami sebutkan di sini insyaAllah.

 

Syariat Salat Untuk Kaum Nabi Nuh

Yaitu di dalam firman Allah Taala ketika menyebutkan beberapa kisah tentang para nabi, lalu Allah berfirman:

أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلَنَا مَعَ نُوحٍ وَمَنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Mereka itulah orang yang telah Allah beri nikmat, yaitu (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan orang kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh. Begitu pula dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’kub) dan dari orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)

Dalam ayat ini Allah Taala menjelaskan bahwa para nabi dan rasul itu bersujud ketika mendengar ayat-ayat Allah. Itulah salat yang mereka lakukan. Di antara rasul di dalam ayat ini adalah Nabi Nuh, bahkan beliau adalah Rasul pertama.

 

Ayat berikutnya dalam surat Maryam ini akan membawa bukti lebih tentang adanya syariat salat untuk umat-umat terdahulu, di mana Allah berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan menemui kebinasaan.” (QS. Maryam: 59)

Ini menunjukkan bahwa salat telah menjadi syariat untuk umat-umat terdahulu namun mereka membangkang dan mengabaikan perintah salat.


Baca Juga: Qismul Lughah al-Arabiyyah Semarakkan Ma’had Kami


Syariat Salat untuk Kaum Nabi Ibrahim

Salat juga sudah menjadi syariat di zaman Nabi Ibrahim alaihis-salam. Hal ini terbukti dalam firman Allah tentang doa Nabi Ibrahim ketika beliau berdoa untuk penduduk Makkah. Beliau berdoa:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحْرِمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ

“Duhai Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keluargaku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu yang terhormat. Ya Rabb (yang demikian) itu agar mereka melaksanakan salat.” (QS. Ibrahim: 37)

Nabi Ibrahim tidak menyebut amalan lain selain salat, maka ini menunjukkan bahwa amalan yang paling utama kala itu adalah salat.

 

Bukti lain tentang syariat salat di zaman Nabi Ibrahim alaihis-salam adalah, perintah Allah kepada beliau agar menyucikan baitullah untuk orang-orang yang rukuk dan sujud, yaitu menegakkan salat.

Allah berfirman:

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.” (QS. Al-Haaj: 26)

 

Syariat Salat Untuk Kaum Nabi Ismail

Allah berfirman:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا

“Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dia juga adalah seorang rasul dan nabi. Ia menyuruh keluarganya untuk salat dan menunaikan zakat, ia adalah seorang yang mendapat rida Rabbnya.” (QS. Maryam: 54-55)

Nabi Ismail alaihis-salam memerintahkan keluarganya untuk menegakkan salat, maka hal ini sebagai bukti bahwa salat juga menjadi syariat di zaman beliau.

 

Pelajaran dari Pensyariatan Salat untuk Umat Sebelum Kita

Di antara faedah yang dapat kita petik dari pensyariatan salat untuk umat sebelum kita adalah, pentingnya ibadah salat tersebut. Dan bahwasannya sejak dahulu salat merupakan perkara yang sangat penting dalam agama seseorang.

Di dalam Islam, salat merupakan rukun Islam yang kedua. Di zaman Nabi Ibrahim, salat juga sangat urgen, karena itulah Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar menjadikan anak keturunan atau bagian dari keluarga yang beliau tinggalkan itu termasuk orang-orang yang menegakkan salat. Tentu hal ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan salat di sisi Allah.

Begitu pula Nabi Ismail ‘alaihis salam, Allah Taala memuji beliau karena memerintahkan keluarganya untuk menunaikan salat. Bukti bahwa salat adalah ibadah yang sangat mulia.


Artikel Kami: Sebab Datangnya Pertolongan Allah dan Kejayaan Umat


Salat di Sisi Umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Tak kita ragukan lagi kedudukan salat di sisi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukankah dahulu ketika awal kali diwajibkan, salat itu berjumlah lima puluh? Lalu dikurangi karena akan memberatkan menjadi lima saja? Hal itu menunjukkan sangat butuhnya umat kita teradap ibadah yang agung ini.

Salat menjadi jalan keluar bagi hamba yang tengah menghadapi kesulitan hidup. Sengan salat, jalan keluar akan terbuka biidznillah. Salat adalah sebab turunnya pertolongan Allah kepada suatu kaum.

 

Di dalam syariat kita, salat memiliki nilai pahala yang tak terhitung jumlahnya. Bahkan sejak awal kali melakukan persiapan untuk salat, itu sudah terhitung pahala.

Kemudian ketika berwudhu, banyak sekali pahala yang kita dapat, dan amat banyak dosa yang gugur dengan sebab berwudhu.

Menjawab azan ketika berkumandang juga merupakan amal ibadah tersendiri. Apalagi ketika masjid jauh dari rumah, setiap langkah yang kita tempuh akan terhitung satu pahala, dan langkah berikutnya sebagai penggugur kesalahan.

 

Pahala salat tak terhitung banyaknya apabila kita mau merenunginya. Belum lagi bacaan al-Qur’an dalam salat, yang setiap hurufnya dihitung satu pahala dan akan dilipat gandakan. Sungguh tak terkira lagi kebaikan yang kita dapatkan dari salat.

Karena itu, marilah kita renungi kembali salat kita. Apakah sudah benar dan sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan? Apakah kita sudah menaruh perhatian yang besar terhadap salat ini? Atau kita termasuk golongan yang lalai dari ibadah salat?

Allah berfirman:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya” (QS. Al-Ma’un: 4-5)

Semoga bermanfaat.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.