Ujian adalah kepastian

 

Oleh Ahmad Hidayat Sukoharjo 4B Takhasus

 

Selama Ruh Dikandung Badan Rezeki Pasti Akan Datang

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah  menyuguhkan kepada kita sebuah faedah tentang bagaimana Allah  ta’ala memberi rezeki kepada hamba-Nya. Allah ta’ala adalah Dzat Yang Maha Penyayang yang tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya sedikitpun. Selama hamba tersebut hidup di dunia maka Allah  ta’ala yang menjamin rezekinya, walaupun orang tersebut kafir kepada Allah  ta’ala.

Sebagai seorang muslim, Anda jangan sampai memiliki rasa takut miskin, kemudian mencari dunia hingga akherat menjadi taruhannya, manhaj dan akhlaq disingkirkan demi mendapatkan secuil dunia. Maka renungilah perkataan Ibnul Qoyyim ini semoga Allah ta’ala memberikan taufiq kepada kita semua.

 

Hakikat rezeki dan kematian

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

Rezeki dan kematian adalah dua perkara yang saling beriringan, selama ruh dikandung badan maka rezeki akan selalu ada. Seandainya engkau terhalangi dari suatu rezeki, maka dengan kasih sayang-Nya Dia akan mengganti dari jalur lain yang lebih bermanfaat.

Perhatikanlah janin, ia mendapatkan makanan melalui satu jalan yaitu pusar, tatkala ia telah lahir dari perut ibu dan terputuslah jalan tersebut, Allah ta’ala ganti dengan dua jalan yang lebih baik nan lezat yaitu air susu ibu (ASI). Ketika telah selesai menyusu dan terputusnya dua jalan tersebut dengan disapih, Allah ta’ala beri empat jalan rezeki yang lebih sempurna dari sebelumnya, yaitu dua makanan dan dua minuman, makanan berupa daging dan sayur mayur, dua minuman yaitu air putih dan susu ditambah lagi dengan aneka ragam makanan dan minuman.

 

Rezeki setelah kematian

Apabila seorang manusia meninggal dunia maka terputuslah jalan rezeki baginya, namun jika ia termasuk hamba yang beruntung maka Allah  ta’ala sudah  menyiapkan rezeki yang jauh lebih utama brupa delapan pintu surga.  Dia bisa masuk dari mana saja yang ia inginkan.

Demikianlah Rabbul’alamin Dia tidak menghalangi hamba yang beriman dari dunia sedikitpun, bahkan hamba tersebut akan diberi sesuatu  yang jauh lebih baik dan bermanfaat. Allah ta’ala tidak memberikan keutamaan ini selain orang yang beriman.

 

Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan

Ketahuilah, Allah ta’ala mencegah seorang mu’min dari sesuatu  yang rendah lagi hina, dan Dia tidak ridha kalau sesuatu yang hina itu diberikan kepada seorang mu’min, Allah ta’ala melakukan hal ini karena Dia telah menyiapkan suatu bagian yang jauh lebih utama lagi berharga.

Seorang hamba karena kebodohan terhadap kemaslahatan dirinya dan terhadap kemulian, hikmah serta kelembutan Rabbnya, membuat dia tidak mengetahui hikmahnya ‘mengapa Allah membedakan rezeki, sehingga ada yang tidak dia dapatkan dan ada pula yang belum diberikan sekarang. Bahkan ia cenderung lebih senang untuk mendapat sesuatu yang sifatnya instan walaupun rendah nilainya, membuatnya mengedepankan sikap pesimis terhadap perkara yang akan datang walaupun tinggi nilainya.

Seandainya seorang hamba mau bersikap sportif kepada Allah  ta’ala dan sabar sejenak, niscaya ia akan mengetahui bahwa apa yang Allah  ta’ala tunda dari kelezatan dunia itu jauh lebih baik dan utama dibandingkan yang diberikan di dunia.

 

Yang wajib diketahui seorang hamba

Tidaklah sesuatu yang Allah ta’ala simpan melainkan Allah  ta’ala akan memberikan kepada hamba tersebut. Tidaklah Allah ta’ala memberi ujian kecuali Allah  ta’ala sedang memberikan maaf. Tidaklah Allah ta’ala menimpakan cobaan kecuali untuk membersihkan dari dosa, dan tidaklah Allah  ta’ala mematikan seseorang kecuali akan membangkitkannya kembali.

Tidaklah Allah ta’ala mengeluarkan seorang hamba dari dunia ini melainkan untuk persiapan menghadap-Nya dan menempuh jalan yang menghantarkan kepadaNya. Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. Maka orang-orang lalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.[1]

 

فَإِن الرزق وَالْأَجَل قرينان مضمونان فَمَا دَامَ الْأَجَل بَاقِيا كَانَ الرزق آتِيَا وَإِذا سد عَلَيْك بِحِكْمَتِهِ طَرِيقا من طرقه فتح لَك برحمته طَرِيقا أَنْفَع لَك مِنْهُ فتأمّل حَال الْجَنِين يَأْتِيهِ غذاؤه وَهُوَ الدَّم من طَرِيق وَاحِدَة وَهُوَ السُّرَّة فَلَمَّا خرج من بطن الْأُم وانقطعت تِلْكَ الطَّرِيق فتح لَهُ طَرِيقين اثْنَيْنِ وأجرى لَهُ فيهمَا رزقا أطيب وألذ من الأول لَبَنًا خَالِصا سائغا فَإِذا تمت مُدَّة الرَّضَاع وانقطعت الطريقان بالفطام فتح طرقاً أَرْبَعَة أكمل مِنْهَا طعامان وشرابان فالطعامان من الْحَيَوَان والنبات والشرابان من الْمِيَاه والألبان وَمَا يُضَاف إِلَيْهِمَا من الْمَنَافِع والملاذ فَإِذا مَاتَ انْقَطَعت عَنهُ هَذِه الطّرق الْأَرْبَعَة لكنه سُبْحَانَهُ فتح لَهُ إِن كَانَ سعيدا طرقا ثَمَانِيَة وَهِي أَبْوَاب الْجنَّة الثَّمَانِية يدْخل من أَيهَا شَاءَ فَهَكَذَا الرب سُبْحَانَهُ لَا يمْنَع عَبده الْمُؤمن شَيْئا من الدُّنْيَا إِلَّا ويؤتيه أفضل مِنْهُ وأنفع لَهُ وَلَيْسَ ذَلِك لغير الْمُؤمن فَإِنَّهُ يمنعهُ الْحَظ الْأَدْنَى الخسيس وَلَا يرضى لَهُ بِهِ ليعطيه الْحَظ الْأَعْلَى النفيس وَالْعَبْد لجهله بمصالح نَفسه وجهله بكرم ربه وحكمته ولطفه لَا يعرف التَّفَاوُت بَين مَا منع مِنْهُ وَبَين مَا ذخر لَهُ بل هُوَ مولع بحب العاجل وَإِن كَانَ دنيئا وبقلة الرَّغْبَة فِي الآجل وَإِن كَانَ عليا وَلَو أنصف العَبْد ربه وأنى لَهُ بذلك لعلم أَن فَضله عَلَيْهِ فِيمَا مَنعه من الدُّنْيَا ولذاتها وَنَعِيمهَا أعظم من فَضله عَلَيْهِ فِيمَا آتَاهُ من ذَلِك فَمَا مَنعه إِلَّا ليعطيه وَلَا ابتلاه إِلَّا ليعافيه وَلَا امتحنه إِلَّا ليصافيه وَلَا أَمَاتَهُ إِلَّا ليحييه وَلَا أخرجه إِلَى هَذِه الدَّار إِلَّا ليتأهب مِنْهَا للقدوم عَلَيْهِ وليسلك الطَّرِيق الموصلة إِلَيْهِ فَجعل اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شكُورًا وأبى الظَّالِمُونَ إِلَّا كُفُوراً وَالله الْمُسْتَعَان

 

الفوائد لابن القيم (ص: 57)

 

[1] Sumber : kitab al-fawaid hal. 57 karya syikhul islam ibnul Qoyyim al-jauziyyah rahimahullah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.