Alhamdulillah, agama ini sempurna. Mengulas detail setiap persoalan. Tak terkecuali di tengah masa wabah Covid-19 sekarang.
Seperti disampaikan pengasuh Ponpes Minhajul Atsar, Jember, Ustadz Luqman Baabduh. Pada dasarnya Islam adalah agama yang mudah. Tidak ada yang bersikap keras, kecuali ia akan terkalahkan dan akhirnya tidak mampu menjalankan syariat. Hal ini disampaikan sang ustadz dalam acara dalam acara kajian/seminar bersama tim medis, bertajuk: “Pencegahan dan Penanganan Covid-19 dari Tinjauan Hukum Syari’at dan Ilmu Medis“. Diselenggarakan pada Sabtu sore 19 Rajab 1441 (14/3/2020) bertempat di Masjid Ali bin Abi Thalib Ponpes Minhajul Atsar Jember.
Islam mengajarkan etika dan sikap ketika mengahadapi wabah (pandemi).
Dalam hadits:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
“Sesungguhnya Islam ini agama yang mudah, maka tidak ada seorang pun yang ekstrem terhadap batasan ajaran syariat agama ini melainkan pasti dia akan terkalahkan.” (HR. al-Bukhari no. 39)
Ustadz Luqman mengungkapkan wabah adalah penyakit yang menimpa banyak orang. Atau mayoritas wilayah dunia. Hal ini telah diputuskan oleh dunia internasional, dan dinyatakan sebagai pandemic.
Islam, telah mengatur tatacara penanganannya, dan memberikan kemudahan-kemudahan dalam hukum-hukum ibadah dalam situasi-situasi tertentu, termasuk ketika terjadi wabah. Contoh, dalam kondisi wabah Covid-19 ini, ada imbauan dari pemerintah untuk shalat di rumah, tidak shalat jamaah di masjid dan lainnya. Ini ada porsinya dalam hukum Islam. Memang dalam kondisi-kondisi tertentu diberi keringanan.
Pemerintah di beberapa negara, berdasarkan keputusan dewan fatwa negarannya, mengimbau untuk shalat berjamaah di rumah, sedang adzan di masjid oleh sang muadzin disertai dengan lafazh alaa shalluu fir rihaal (Tunaikanlah shalat di rumah-rumah kalian).
“(Menolak imbauan pemerintah) ini adalah kebodohan. Apalagi mengatasnakaman Islam. Terlepas hukum puasa haji dan lainnya. Termasuk shalat ada keringanan ketika masa-masa wabah,” tutur Ustadz berkacamata itu.
Contoh lain beberapa kemudahan dalam Islam sesuai dengan kondisi dan keadaan. Jika cuaca panas itu berlebihan, lanjut beliau, maka tundalah shalat zhuhur berjamaah sampai (cuaca) menjadi dingin. Padahal hukum asalnya shalat dilaksanakan pada awal waktu.
Begitu juga boleh menjamak shalat ketika hujan deras. Padahal hukum asalnya adalah shalat dikerjakan pada waktunya masing-masing. Shalat harus berdiri, namun ketika peperangan boleh dengan berlari, dan sebagainya. Di situ ada tuntunan shalat khauf yang tidak mesti mengerjakan rukuk dan sujud, yang merupakan rukun shalat.
“Nah, kebodohan tentang agama akibat malas menuntut ilmu, terlihat sekarang ini,” katanya.
Pada kajian sebelumnya, telah disampaikan, bahwa segala sesuatu telah ada hikmahnya. Allah subhanahu wa ta’ala berkata,
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Maha Suci Allah yang hanya di tangan-Nya segala bentuk kekuasaan dan Maha Mampu Atas Segala Sesuatu yang menciptakan kehidupan dan kematian dalam rangka menguji kalian siapa di antara kalian yang terbaik amalannya.” (QS. Al-Mulk: 1)
Dalam kehidupan ini, banyak fitnah (ujian) terjadi, untuk menguji siapa di antara kalian yang terbaik amalannya.
Maka kejahilan terhadap agama akan melahirkan sikap ekstrem. Seperti beberapa pihak yang ekstrem sehingga membidah-bidahkan dan mengkafikan pihak lain.
Hendaknya kita semua segera berlindung kepada Allah dari sikap ini.
Maka, hendaklah di masa wabah sekarang. Mendengar dan taat, atas imbauan pemerintah. Selama itu bukan imbauan yang berisi maksiat kepada Sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sambil terus bersemangat mengamalkan ilmu agama kita. (red