Ketika Rasulullah dan Dua Sahabatnya Lapar

Suatu malam, Rasulullah keluar dari rumahnya dan melihat Abu Bakr sedang duduk bersama Umar di luar rumah mereka.
“Apa yang menyebabkan kalian keluar dari rumah di waktu ini?”, tanya Rasulullah.
“Kami keluar karena lapar wahai Rasulullah”, jawab Abu Bakar dan Umar.
“Sungguh”, kata Rasulullah, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Aku pun keluar dari rumahku saat ini karenan sebab yang sama yang telah menyebabkan kalian keluar dari rumah kalian. “
Kemudian Rasulullah memerintahkan mereka berdua untuk berdiri dan ikut pergi bersama beliau. Mereka lalu mendatangi rumah salah seorang sahabat Anshar, Abul Haitsam Malik bin at Tihan namanya. Ternyata mereka bertiga tidak menemui Abul Haitsam di rumahnya.
Istrinya lalu menyambut kedatangan mereka bertiga sambil berkata, “Ahlan wa marhaban.”
“Dimana Abul Haitsam, suamimu?” tanya Rasulullah.
Istrinya menjawab, “Ia sedang pergi untuk menyulingkan air minum kami.”
Tidak lama setelahnya, datanglah Abul Haitsam sambil terkejut melihat kedatangan Rasulullah beserta kedua sahabatnya. Ia pun menemui beliau lalu berumpah dengan ayah dan ibunya. “Segala puji hanya milik Allah. Tidak ada seorangpun yang hari ini mendapatkan tamu yang lebih mulia daripada aku,” kata Abul Haitsam.
Ia pun lantas pergi lalu membawakan setangkai dahan kurma yang berisi berbagai kurma segar, basah dan yang sudah masak.
“Makanlah kurma ini”, kata Abul Haitsam mempersilahkan.
Setelah itu, Abul Haitsam pergi sambil membawa sebilah pisau untuk menyembelih seekor kambing untuk mereka. Rasulullah pun mengingatkan kepadanya agar ia tidak menyembelih kambing betina yang sedang menyusui. Maka Rasulullah dan kedua shahabatnya itu menyantap berbagai hidangan yang ia sajikan berupa kurma dan kambing, serta meminum susu dan air yang segar hingga mereka semua kenyang dan puas.
Kemudian Rasulullah bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya! Sungguh kalian akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari Kiamat. Kalian keluar dari rumah dalam keadaan lapar. Lalu kalian kembali ke rumah kalian setelah kenyang dengan limpahan nikmat yang kalian rasakan ini.”[1]
***
Dari kisah yang tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa pelajaran penting,
- Rasulullah dan kedua shahabatnya itu keluar rumah karena menahan lapar yang sangat. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan mendapatkan makanan sebagai upaya menempuh sebab yang disyariatkan.
- Boleh bagi seseorang untuk mencari makanan di rumah salah seorang temannya, apabila hal itu menyebabkan ia merasa senang.
- Tidak mengapa bagi seorang laki-laki untuk bertanya kepada wanita yang ada di balik hijab (penghalang) apabila laki-laki tersebut bersama orang lain.
- Dalam kisah di atas terdapat peringatan dari Rasulullah tentang keutamaan nikmat Allah dan perintah untuk bersyukur kepada-Nya, serta teguran agar berbagai kenikmatan yang kita dapatkan itu tidak melalaikan kita dari mengingat Dzat yang memberikan nikmat tersebut. Allah berfirman,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Apabila kalian bersyukur kepada-Ku, niscaya akan Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian.” (QS. Ibrahim: 7)
[1] HR. Muslim, Malik dan at-Tirmidzi.