Sifat Malu yang Terpuji dan Tercela
Oleh: Ayyub Kendari, 3 Takhassus
Malu untuk melakukan sesuatu yang buruk merupakan akhlak terpuji, dengannya seseorang akan terhindar dari perbuatan-perbuatan keji dan dosa yang akan menghinakannya di dunia dan di akhirat.
Malu yang Tercela
Sebaliknya, di antara akhlak yang tercela adalah malu tidak pada tempatnya. Di antara bentuk malu tidak pada tempatnya ialah malu dalam menuntut ilmu dan bertanya tentang ilmu yang akan diamalkan dalam agama ini.
Belajar agama yang benar tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang tidak bergengsi sehingga orang harus malu melakukannya.
Betapa jauh keadaan kita dengan para sahabat radhiallahu ‘anhum, mereka berhias dengan rasa malu yang hakiki yang dapat menahan diri mereka dari kehinaan, mereka buang jauh-jauh sifat malu yang menyebabkan seseorang segan sehingga ia melakukan kebaikan.
Rasa malu yang hakiki itu akan menuntun seseorang menuju kebaikan sehingga kelak akan menyampaikan ke surga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan, Rasulullah shallaulohu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيمَانِ وَالْإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ وَالْجَفَاءُ في النار
“Malu itu termasuk keimanan, dan keimanan itu tempatnya di surga, sementara kekejian itu termasuk kekerasan dan kekerasan itu tempatnya di neraka.” (HR. At-Tirmidzi no. 2009, di sahihkan oleh Imam al-Albani dalam Silsilah as-Sahihah)
Doa dan Penutupan
Semoga Allah memberikan kepada kita semua sifat malu yang terpuji yang menjauhkan kita dari melakukan keburukan, dan mendorong kita untuk melakukan kebajikan. Dan juga semoga Allah menjauhkan kita dari sifat malu yang tercela.
Sekian semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum.