Sebuah Upaya Menebarkan Dakwah Ahlussunnah
Pembaca yang budiman, belakangan ini masyarakat Indonesia khususnya kaum muslimin dihebohkan dengan suatu peristiwa yang mencengangkan, banyak orang muda maupun tua mengelus dadanya ketika mendengar atau bahkan menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut. Betapa tidak, peristiwa itu seakan mengorek luka lama yang telah lama tertutup, sungguh sangat menyayat hati rasanya.
Ya, peristiwa itu adalah munculnya suatu gambar yang sudah lama tak pernah terlihat, kurang lebih sekitar lima puluh tahunan silam gambar itu jarang terlihat. Beberapa waktu yang lalu secara mengejutkan beberapa orang di berbagai penjuru Indonesia hampir secara serempak kembali menampakkan gambar tersebut baik melalui media cetak, elektronik, internet, media sosial (Facebook/Twitter/Youtube, dll) bahkan melalui iring-iringan pawai kegiatan masyarakat gambar tersebut dipampang. Disebutkan di beberapa daerah semisal Jakarta, Jombang, Pamekasan, Tasik Malaya, Magelang, Solo bahkan Jember tak luput dari peristiwa itu.
Benar, gambar itu adalah gambar “palu arit”. Gambar ini adalah gambar yang digunakan sebagai simbol bagi Partai Komunis Indonesia (PKI). Terang saja munculnya gambar yang satu ini membuat masyarakat NKRI ini geram bercampur gelisah yang amat dalam. Masih terngiang di ingatan masyarakat Indonesia tentang kebiadaban yang mereka lakukan terhadap bangsa ini. Kaum komunis PKI yang berideologi anti Allah, kehidupan adalah materi, pertentangan kelas kemasyarakatan, dan pemberontak yang kejam ini mencoba merebut negara kesatuan Republik Indonesia ini dengan berbagai tindak kekerasan dan terorisme, seperti menculik, menyiksa, merusak, bahkan membunuh sekalipun, tak segan mereka lakukan demi mencapai cita-cita keji mereka, yaitu menjadikan seluruh masyarakat bumi pertiwi sebagai komunis yang lupa atau bahkan tak kenal Allah. Berapa banyak korban yang telah mereka bunuh demi ambisi busuk tersebut.
Alhamdulillah, pemerintah (dalam hal ini TNI/POLRI dan aparatur Pemerintah lain) sangat sigap menyikapi permasalahan tersebut, segera para pelaku pembuka luka lama itu ditindak. Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memudahkan tugas mereka, melindungi mereka dan keluarga mereka. Amin.
Masyarakat Indonesia terutama kaum muslimin sangat mengapresiasi kinerja pemerintah, mereka semua bersemangat membantu pemerintah dalam menangani permasalahan ini. Tak terkecuali warga ma’had As-Salafy Jember (baik dari kalangan santri atau nonsantri). Berangkat dari himbauan para asatidzah untuk mengambil peran di segala lini dakwah, menyatukan kalimat bergerak bersama bahu membahu membantu pemerintah menutup celah tumbuhnya paham anti Allah itu dan menyembuhkan luka lama yang dibuka kembali oleh kaum komunis tersebut.
Jika para asatidzah telah berdiri tegap di lini dakwah mereka, lini dakwah qalam (menulis) dan bayan (penjelasan kebenaran dan kebatilan), maka warga ma’had As-Salafy pun juga turut andil, berdiri di lini dakwah mereka, yaitu membantu menyebarkan qalam dan bayan asatidzah yang telah tertuang dalam suatu media.
Media yang dimaksud adalah Majalah Asy-Syariah bertajuk “Awas Komunisme Bangkit Kembali”. Berharap, bangsa ini (mulai dari tigkat atas hingga bawah) sadar akan kebangkitan dan bahaya paham terlarang tersebut. Sehingga kita semua satu kata dan satu langkah dalam membendung paham Ateis/anti Tuhan ini.
Dari sinilah dibentuk PENDERMA (singkatan dari Panitia Dakwah Tebar Media). Dalam waktu yang terhitung sempit, PENDERMA berupaya semaksimal mungkin menebarkan media dakwah, dalam hal ini majalah Asy-Syariah tersebut, di tengah-tengah umat Islam di wilayah kabupaten Jember, terutama aparatur pemerintahan, mulai dari tingkat MUSPIKA, MUSPIDA beserta jajarannya hingga merambah rektorat Universitas Jember. Untuk memudahkan dan memperlancar, para pejuang yang tergabung dalam PENDERMA baik santri atau pun nonsantri dibagi menjadi beberapa kelompok/tim, antara lain tim donasi, tim keuangan, tim distribusi, dan tim-tim lainnya.
Untuk tahap awal, sekitar 3.000 (tiga ribu) eksemplar majalah harus tersalurkan ke tangan-tangan lapisan masyarakat Jember. Terasa berat memang, tiga ribu bukanlah angka yang sedikit melihat keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Namun dengan mengucapkan bismillah serta mengharap pertolongan dan ridha Allah jalla fi ula, PENDERMA optimis langkah ini akan berhasil.
Betapa menyejukan hati apa yang diucapkan oleh salah satu anggota PENDERMA “Berat, tapi kalau semuanya bersatu dan bergerak bersama, insya Allah akan mudah dan cepat.” Terbukti memang, hanya dalam hitungan hari setelah majalah diterima PENDERMA dari Yayasan Asy-Syariah Yogyakarta, majalah telah tersebar dan sampai kepada tangan-tangan yang berhak. Subhanallah, tentunya pencapaian ini tidak lain kecuali karena pertolongan Allah subhanahu wata’ala, kemudian semangat seluruh anggota PENDERMA dan do’a dari kaum muslimin.
Ternyata dibalik kesuksesan PENDERMA pada tahap awal ini (semoga juga diikuti tahap-tahap berikutnya), terselip kisah-kisah menarik yang sarat dengan faedah dialami oleh masing-masing tim, terutama Tim Distribusi, bagaimana bingungnya mencari alamat, lelah dan panasnya perjalanan, gugup serta canggungnya ketika bertemu penerima majalah, dan lain sebagainya.
Nantikanlah pemaparan kisah-kisah sarat faedah yang dialami pejuang PENDERMA pada kesempatan berikutnya. Pesan yang perlu diingat di sini ialah “Mari bersatu, satukan kata berjuang bersama menghadapi bahaya yang mengancam Islam dan bumi pertiwi ini, ambil andilmu…. Bergerak bijaksana dan landasi dengan ilmu, stop kekerasan/anarkisme! Tindak kekerasan/anarkisme hanya akan membuat musuh semakin berani menentang dan kuat.”Allahu a’lam.
Berikut gambar kesibukan PENDERMA:
Gambar 1: Peta Kab. Jember, untuk memudahkan penentuan area target tebar media.
Gambar 2: Suasana kantor, karena saking banyaknya yang ingin membantu, ruang kantor terasa pengap sehingga membutuhkan 2 kipas angin
Gambar 3: Meja kerja tim PENDERMA
Gambar 4: beberapa perlengkapan tim PENDERMA
Gambar 5: Baru sekitar 1 minggu, stock 3000 majalah untuk tebar dakwah sudah tinggal sedikit, begitupula dengan perangkat yang lain.