MARI BERDZIKIR KEPADA ALLAH !!!

Dzikrullah, menyebut nama-nama Allah yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi merupakan suatu ibadah agung yang tak ternilai balasannya. Lisan yang selalu basah dengan dzikrullah, membaca tasbih, takbir ataupun tahlil, yang disertai dengan hati yang khusyu’ akan membuahkan hasil yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata dan tak terbetik pula oleh bayangan manusia. Hatinya semakin tuma’ninah (tenang dan lapang), dipenuhi rahmat dan taufiq dari Allah . Sehingga ia mampu menghadapi semua problematika hidup ini dengan dada yang lapang dan hati yang sabar sambil mengharap keridhaan Allah . Bukankah Allah telah berfirman?!!! (artinya):
“Bukankah dengan berdzikir kepada Allah menjadikan hati itu tuma’ninah?.” (Ar Ra’ad: 28)
Bersama kajian kita kali ini, akan dipaparkan tentang urgensi (pentingnya) dzikrullah (berdzikir kepada Allah ) berdasarkan Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.

Kebutuhan Dzikrullah
Kebutuhan seorang hamba kepada dzikrullah bagaikan tubuhnya yang selalu butuh kepada makan dan minum. Bila ia lupa dari dzikrullah, maka pada hakekatnya ia dalam keadaan mati. Hatinya mati untuk mengagungkan kebesaran penciptanya dan mensucikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Penglihatan dan pendengarannya tiada berfungsi (mati) untuk mengagungkan ayat-ayat kauniyah (kesempurnaan penciptaan alam semesta) dan memperhatikan ayat-ayat syar’iyah (kesempurnaan hukum-hukum Allah ). Dia berjalan dalam keadaan gelap gulita yang tiada dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Tenggelam dalam kekufuran, kezhaliman, kemaksiatan dan kebodohan, yang ia sadari maupun tanpa ia sadari. Sehingga pada hakekatnya ia adalah mati disebabkan lalai dari dzikir kepada Allah, seperti halnya ikan akan mati disebabkan kekeringan. Demikianlah yang ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya (artinya):
“Dan apakah orang yang sudah mati (sebelum mendapat hidayah dan taufiq dari Allah -pent) kemudian Kami hidupkan, lalu Kami berikan kepadanya cahaya yang terang (cahaya ilmu dan iman -pent), maka dengan cahaya tersebut ia bisa berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita (tenggelam dalam kekufuran, kezhaliman dan kemaksiatan) yang sekali-kali ia tidak dapat ke luar darinya? (Al An’am: 122)
Demikian pula Rasulullah juga menegaskan di dalam sabdanya:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَ الَّذِي لاَيَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَ الْمَيِّتِ
“Permisalan orang yang berdzikir kepada Rabb-NYa dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (H.R. Al Bukhari: 6407, dari Abu Musa Al Asy’ari)
Bahkan Rasulullah menegaskan pula, bahwa rumah yang kosong dari dzikrullah ibarat rumah yang dihuni oleh orang mati. Sebagaimana beliau bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَيُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan rumah yang digunakan berdzikir pada Allah di dalamnya dan rumah yang tidak digunakan berdzikir pada Allah di dalamnya, seperti orang hidup dan orang yang mati.” ( HR Muslim: 779, dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri )

Kewajiban Dzikrullah
Para pembaca, demikianlah kebutuhan seorang hamba terhadap dzikrullah, atas dasar itulah Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Di dalam Al Qur’anul Karim sangatlah banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah dzikrullah. Diantaranya perintah dzikrullah secara mutlaq, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun kedaannya, maka ia hendaknya selalu berdzikir kepada Allah . Sebagaimana firman Allah (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kalian kepada Allah dengan dzikir yang banyak dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan sore hari. Dia-lah yang memberi rahmat kepada kalian dan malaikat-Nya (memohonkan ampun untuk kalian) supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). ” ( Al Ahzab :41)
Di dalam ayat-ayat Al Qur’an yang lain Allah juga memerintahkan dzikrullah tetapi dikaitkan dengan ibadah-ibadah besar yang lainnya. Maka perhatikanlah ayat-ayat Allah berikut ini:
1. Perintah dzikrullah setelah menunaikan shalat.
Allah berfirman (artinya):
“Jika kalian telah menunaikan shalat maka berdzikirlah kepada Allah sambil berdiri, duduk atau sambil berbaring di atas sisi kalian.” ( An Nisa’ :103)
2. Perintah dzikrullah setelah menunaikan shaum (puasa).
Allah berfirman (artinya):
“Dan sempurnakanlah hitungan puasamu dan bertakbirlah kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan kepadamu agar kalian semua bersyukur.” (Al Baqarah :185)
3. Perintah dzikrullah setelah menunaikan haji.
Allah berfirman (artinya):
“Jika kalian telah selesai menunaikan manasik haji kalian maka berdzikirlah kepada Allah, sebagaimana kalian mengingat (membangga-banggakan kebesaran) moyang-moyang kalian atau bahkan berdzikirlah lebih dari itu kepada Allah.” (Al Baqarah :200)
4. Perintah dzikrullah disaat berjihad fii sabilillah.
Allah berfirman (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman jika kalian bertemu kelompok musuh, kokohkanlah diri-diri kalian dan perbanyaklah berdzikir mengingat Allah, agar kalian beruntung.” (Al Anfal: 45)
5. Perintah dzikrullah di dalam segala aktivitas untuk mencari karunia Allah .
Allah berfirman (artinya):
“Jika shalat jum’at telah ditunaikan, maka menyebarlah di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan perbanyaklah berdzikir kepada Allah agar kalian mendapatkan keberuntungan.” (Al Jumu’ah :10)
Sehingga ibadah dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Sebagaimana firman Allah (artinya):
“Dan sungguh berdzikir kepada Allah adalah yang terbesar.” (Al Ankabut :45)
Ayat diatas menerangkan bahwa dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Walaupun demikian, hal ini tidaklah bertentangan dengan dalil-dalil yang menerangkan bahwa ibadah shalat, shaum, haji merupakan ibadah yang amat besar pula, bahkan jihad sebagai puncak tertinggi amalan di dalam Islam. Karena tujuan ibadah itu pada hakekatnya untuk berdzikir kepada Allah . Dan ruh amalan-amalan ibadah itu adalah dzikrullah. Sehingga suatu ibadah yang diiringi dengan dzikrullah itu lebih besar daripada ibadah yang kosong dari dzikrullah. Oleh karena itu Allah berfirman: “Dan dirikanlah shalat dalam rangka untuk mengingat-Ku.” (Thaaha :14)

Hakekat Dzikrullah
Hakekat dzikrullah akan membuahkan bagi hamba kesiapan untuk tunduk dan pasrah dalam menerima (melaksanakan) syari’at-syari’at-Nya serta selalu berupaya untuk mencari al haq (kebenaran). Bila ada seseorang yang lisannya senantiasa basah dengan dzikrullah tetapi perbuatannya malah banyak melanggar syari’at Allah dan enggan untuk mencari kebenaran, maka sesungguhnya ia masih belum memahami arti dzikrullah dengan sebenar-benarnya. Padahal Allah berfirman (artinya):
“Dan berdzikirlah mengingat Tuhanmu pada dirimu dengan penuh harap akan surga-Nya dan penuh rasa cemas akan siksa-Nya.” (Al A’raf : 205)
Di dalam ayat di atas Allah memerintahakan berdzikir dengan disertai raja’ (penuh harap) akan surga-Nya dan khauf (penuh rasa cemas) akan siksa-Nya. Bagaimana ia berharap akan masuk al jannah (surga), sementara ia masih melalaikan/meninggalkan amalan-amalan yang diwajbkan kepadanya? Dan bagaimana pula ia takut dari siksa-Nya yang amat pedih, sementara ia masih melakukan perbuatan-perbuatan keji yang justru akan memasukkannya ke dalam an naar (neraka)?

Buah Dari Berdzikir
Dzikrullah memiliki keutamaan yang sangat banyak sekali. Bahkan Al Imam Ibnul Qayyim di dalam kitabnya Ighatsatul lahfan menyatakan bahwa keutamaan dari dzikirullah bisa mencapai seratus lebih. Diantara keutamaan berdzikir, sebagai berikut:
1. Menenangkan jiwa dan menguatkan hati.
2. Meraih keberuntungan di dunia dan akhirat.
3. Mengusir syaithan dan mengenyahkannya.
4. Mendapatkan ampunan dan balasan yang besar dari Allah .
Allah berfirman (artinya):
…”Dan laki-laki maupun para wanita yang banyak berdzikir kepada Allah, sungguh Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab :35)
Rasulullah bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ اَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ ، قَالُوا: بَلى يَارَسُوْلَ اللهِ ، قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kalian bila aku kabarkan tentang sebaik-baiknya amalan dan yang paling suci di sisi Penguasa Kalian (Allah ), yang paling meninggikan derajat kalian, lebih baik daripada infaq emas maupun perak, bahkan lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh kemudian kalian menebas leher-leher mereka atau mereka yang menebas leher-leher kalian? Para sahabat seraya menjawab: “Tentu, Wahai Rasulullah, kemudian Rasulullah berkata: “Dzikrullah ،.”(H.R. At Tirmidzi no. 3377, lihat Shahih At Tirmidzi 3/139 dari sahabat Abu Dzar )
“Barangsiapa mengucapkan:
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
seratus kali dalam sehari, maka dia mendapat pahala seperti pahala membebaskan sepuluh budak, ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan seratus keburukan, perlindungan dari gangguan setan pada hari itu hingga petang hari, dan tidak ada seseorang yang membawa sesuatu yang lebih utama daripada yang dibawa orang itu, kecuali orang yang melakukannya lebih banyak lagi. Barangsiapa yang mengucapkan سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ seratus kali dalam sehari, maka akan dihapuskan dosa-dosanya sekalipun dosa-dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R. Muslim no. 2691, dari sahabat Abu Hurairah )
Dan masih banyak lagi keutamaan dzikir-dzikir lainnya yang dituntunkan di dalam hadits-hadits yang shahih.
5. Senantiasa diingat oleh Allah .
Allah berfirman (artinya):
“Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Al Baqarah :152)

Peringatan dari Lalai Berdzikir kepada Allah
Setelah kita mengetahui betapa besar urgensinya dzikrullah bagi seorang hamba dan bahkan merupakan perintah dari Allah , maka melalaikan dzikrullah merupakan perkara yang dilarang pula oleh-Nya. Bahkan Allah memberitakan tentang kerugian besar bagi orang yang melalaikan dzikir dan tersibukkan dengan selainnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai harta dan anak-anakmu melalaikan kalian dari berdzikir kepada Allah, dan siapa yang melakukan hal itu, maka mereka adalah orang-orang yang merugi.” (Al Munafiqun :9)
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpun pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Rabbi, mengapa Engkau menghimpunku dalam kedaan buta padahal aku dahulunya dapat melihat. Allah berfirman: “Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula hari ini kamupun dilupakan.” (Thaaha: 124-126)
Rasulullah bersabda:
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةً وَمَنِ اضْطَجَعَ مُضْطَجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةً
“Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis dalam keadaan tidak berdzikir kepada Allah, maka hal itu menjadi pengurang dan kerugian dari Allah terhadapnya. Dan barangsiapa yang berbaring di atas pembaringan dalam kea daan tidak berdzikir kepada-Nya, maka hal itu menjadi pengurang dan kerugian dari Allah terhadapnya. (H.R. Abu Dawud no. 4856, lihat Shahihul Jami’ 5/342 dari sahabat Abu Hurairah )
Akhir kata, mudah-mudahan tulisan yang singkat ini dapat menumbuhkan dan memperkokoh dzikir kita kepada Allah dan mendorong kita untuk terus mempelajari dzikir-dzikir yang terdapat dalam hadits-hadits Rasulullah yang shahih.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.