NASEHAT BERHARGA KEPADA UMAT ISLAM

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah dengan telah usainya ibadah besar umat Islam yaitu penyembelihan hewan kurban dan dengan telah usainya pula ibadah haji yang dilakukan oleh jutaan umat manusia dari seluruh penjuru dunia.
Sudah sepantasnya sebagai hamba Allah untuk selalu bersyukur kepada-Nya . Karena Dia-lah dzat satu-satunya yang mampu melimpahkan barakah dan nikmat kepada semua hamba-hamba-Nya. Maka rasa syukur ini akan lebih berarti manakala kita mau mematuhi segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Rasa syukur yang demikian inilah sebagai sebab turunnya barakah dan rahmat yang berlimpah-ruah dari Allah . Sebagaimana janji Allah dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur pasti kami akan menambah nikmat kapada kalian.” (Ibrahim: 7)
Demikian pula bila limpahan rahmat dan nikmat dari Allah itu ternyata dibalas dengan perkataan ataupun perbuatan yang menyelisihi dan menentang syari’at-syari’at Allah , maka itulah sebenarnya hakekat kufur (mengingkari) nikmat dari Allah . Sehingga akibat dari perbuatan kufur nikmat inilah, sumber dari musibah atau malapetaka sebagai adzab bagi siapa saja yang kufur terhadap nikmat-Nya. Sebagaimana kelanjutan dari firman-Nya di atas (artinya):
“Dan jika kalian kufur kepada nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku amat pedih.” (Ibrahim: 7)
“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar yang diberikan kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mau mensyukurinya.” (An Naml: 73)

Islam Merupakan Nikmat Allah Yang Agung
Ketahuilah wahai saudaraku…, bahwa Allah telah menganugerahkan kepada umat Muhammad sebuah agama Islam yang sempurna dan bersifat universal (menyeluruh) yang mampu menjawab semua tantangan zaman sampai akhir zaman nanti. Hal ini telah Allah tandaskan dalam sebuah ayat yang turun bertepatan dengan hari Arafah pada haji wada’ Rasulullah , yaitu firman-Nya (artinya):
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama Islam bagi kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian serta Aku ridha Islam menjadi kalian.” (Al Maidah: 3)
Maka tidak ada perkara yang dapat mendatangkan maslahat (kebaikan) ataupun perkara yang dapat mendatangkan mudharat (malapetaka) bagi umat manusia kecuali perkara tersebut telah dijelaskan oleh Allah dan Rasul-Nya . Hal ini telah ditandaskan pula oleh Rasulullah , beliau bersabda :
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ إِلاَّ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ
“Tidak ada suatu perkara yang dapat mendekatkan kepada Al Jannah (surga) dan menjauhkan dari An Naar (neraka) kecuali telah dijelaskan kalian semuanya.” (H.R Ath Thabrani)
Sehingga kesempurnaan agama Islam merupakan sebuah anugerah dan nikmat yang agung dari Allah . Ikrar kesempurnaan agama Islam dari Allah telah membuat iri orang-orang kafir. Suatu ketika datang seorang Yahudi kepada Umar bin Al Khaththab t seraya berkata: “Kalau seandainya ayat tersebut (Al Ma’idah: 3) turun kepada kami, sungguh akan kami jadikan pada hari diturunkan ayat tersebut sebagai hari raya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sekarang apa yang harus diperbuat oleh umat Islam? Tiada lain bagi umat Muhammad berkewajiban untuk mensyukuri nikmat Allah yang agung ini.

SUDAHKAN KITA BERSYUKUR KEPADA ALLAH ?
Bila kita mau intropeksi tentang kondisi umat Islam dewasa ini, kita akan sadar umat ini kian pudar dan jauh dari nilai-nilai agama. Fenomena dari peradaban umat Islam di Nusantara ini secara global terlihat sudah mulai tergeser dengan peradaban dunia barat (orang-orang kafir). Terbukti mayoritas generasi muda muslim yang seharusnya sebagai tulang punggung umat Islam pun ternyata!!! dari corak penampilan, etika pergaulan dan pola pikir mereka semakin phobi dan kurang PeDe (percaya diri) dengan syari’at Islam. Dunia pendidikan ala Islam, baik mulai dari lembaga yang terkecil yaitu masjid nampak semakin kosong dari jama’ah dan kosong dari syi’ar-syi’ar pendidikan Islam. Lembaga yang lebih besar pun seperti madrasah (sekolah) ala Islam ternyata semakin kurang diminati oleh kaum muslimin sendiri. Apalagi pesantren, “mau cari apa?, kalau sudah lulus mau kerja apa?”, katanya. Bahkan opini ini yang lagi subur dan laris yang menjadi buah bibir kaum muslimin sendiri. Ideologi sekuler pun semakin dahsyat menancap pada sanubari umat Islam, terbukti dunia dan uang adalah segala-galanya walaupun menjual prinsip-prinsip agama.
Sehingga kaum muslimin pada umumnya semakin buta dengan ajaran-ajaran Islam. Kalau sudah demikian keadaannya, mari kita mengaca, mengapa berbagai macam musibah baik bencana alam (seperti banjir, tanah longsor, dll), wabah penyakit (seperti demam berdarah dll), ataupun wabah amoral (seperti pencurian, perkelahian masal, pembunuhan, perampokan, pelecehan seksual, dll) dan berbagai macam kekacauan lainnya semakin semarak dan ramai?

Kekacauan Dan Kerusakan Di Bumi Disebabkan Ulah Tangan Manusia Sendiri
Para pembaca yang budiman…, memang semua kejadian di muka bumi ini tidaklah terlepas dari takdir Allah , namun tidaklah Allah menimpakan musibah, bencana, fitnah, kekacauan, atau kekerasan melainkan disebabkan ulah tangan manusia itu sendiri. Allah berfirman (artinya):
“Telah muncul berbagai kerusakan di laut maupun di darat karena ulah tangan manusia itu sendiri, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar.” (Ar Rum: 41)
Dan tidak pula Allah menimpakan bala’ dan fitnah dengan berbagai macam jenisnya melainkan Allah sudah menurunkan para rasul yang memberikan peringatan-peringatan dan membimbing ke dalam jalan yang haq. Supaya tidak ada lagi yang beralasan, berkilah, ataupun merasa bodoh dengan perbuatan yang mereka lakukan di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Karena takdir Allah dibangun di atas keadilan yang bersih dari unsur kezhaliman. Simaklah firman Allah (artinya): “Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus di negeri tersebut seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami. Dan tidak pernah pula Kami membinasakan negeri-negeri kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman.” (Al Qashash: 59)
Kandungan ayat di atas mengingatkan kita, bahwa sumber malapetaka, kekacauan, dan kekerasan adalah perbuatan zhalim terhadap hak Allah sebagai satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Betapa banyak dari kaum muslimin yang masih saja percaya, tunduk, patuh, takut dan meminta-minta kepada roh-roh ghaib dan tempat-tempat kramat atau terjatuh ke dalam bentuk-bentuk kesyirikan lainnya. Sebagian lain ada yang mulai terpengaruh dengan ideologi atheis (anti Tuhan), bahwa semua kejadian yang ada ini merupakan hukum alam semata. Allah berfirman (artinya):
“Hai manusia beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dia yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan sebab itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 21-22)
Dan juga sumber penyebab malapetaka adalah perbuatan zhalim kepada sesama manusia yang telah muncul di mana-mana. Seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pelecehan seksual, pornografi, pornoaksi dan seabrek yang lainnya telah memenuhi rubrik dan berita dari media cetak maupun elektronik. Lebih ironisnya, manakala peristiwa, tragedi atau kasus yang dimuat dalam media-media tersebut terkesan sebagai berita unggulan belaka yang dimanfaatkan untuk memperlaris barang dagangan dari media-media yang ada.
Sehingga jangan menyesal dengan berbagai musibah yang menimpa kepada kita karena itu semua akibat dari ulah kita sendiri. Tetapi mari kita intropeksi dan mengoreksi masa depan umat ini. Jangan sampai kita menjadi umat yang mayoritas bagaikan buih-buih yang ada di lautan. Sebagaimana Rasulullah menggambarkan dalam haditsnya:
يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قِصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ, لكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ , وَلَيَزِعَنَّ الله مِنْ صُدُوْر عَدُوِّكُُمُ اْلمَهَابَةَ مِنْكُمْ, وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُم الْوَهْنَ. فَقَال قَائِلٌ: يَارَسُوْلَ اللهِ! مَاالْوَهْنُ ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir-hampir umat-umat (di luar kalian) mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni piring hidangannya.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah disebabkan karena jumlah kita sedikit pada saat itu?” Rasulullah menjawab: “Bahkan kalian pada hari itu jumlahnya banyak, akan tetapi kalian hanyalah seperti buih yang dibawa air bah (banjir) dan sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh-musuh kalian rasa segan (takut) terhadap kalian. Dan Allah akan melemparkan pada hati kalian Al-Wahn. Seseorang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab:” Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud: dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di Ash-Shahihah no.985)

Kembalilah Kepada Agama !!!
Allah dan Rasulullah telah memberitahukan tentang jalan keselamatan dan jalan terlepas dari kehinaan adalah kembali mempelajari dan mendalami seluruh ajaran-ajaran agama Islam dengan benar. Bekal ilmu agama merupakan perkara kemestian, karena agama Islam adalah agama yang sempurna dan universal yang membimbing dan mengatur seluruh permasalahan yang akan dihadapi oleh umat manusia sampai akhir zaman nanti.
Allah berfirman (artinya): “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh.” (Al Baqarah: 208)
Rasulullah bersabda (artinya): “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah (mengandung unsur riba), dan kalian telah disibukkan dengan memegang ekor-ekor sapi (ridha dengan peternakan, pent), dan telah senang dengan bercocok tanam, serta kalian telah meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan. Tidak akan dicabut kehinaan tersebut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no.11)
Apakah kita semuanya telah berupaya untuk mengajak umat manusia untuk mempelajari, mendalami, dan mengamalkan syari’at Islam ini? Padahal perbuatan inilah sebagai wujud nyata rasa syukur kita kepada Allah .

Buah Dari Kembali Kepada Agama
Bila seluruh ajaran-ajaran Islam dipelajari, dipahami kemudian diamalkan oleh umat Islam, maka inilah jembatan satu-satunya untuk mencapai masyarakat yang benar-benar beriman dan bertaqwa.
Bila umat telah mencapai derajat iman dan taqwa pasti Allah akan menurunkan anugerah dan nikmta-Nya yang belimpah ruah, diantaranya;
1. Diturunkannya barakah dari langit. Allah berfirman (artinya):
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami melimpahkan berkah dari langit dan bumi.” (Al A’raf: 96)
2. Diturunkannya keamanan, keadilan, dan kesejahteraan.
3. Bahkan Allah akan mengembalikan kejayaan Islam yang lagi didambakan oleh umat Islam. Allah berfirman (artinya):
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menggantikan kondisi mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (An Nur: 55).
Wahai saudaraku! Perhatikan pula, bahwa didalam memahami dan mempelajari Dienul Islam harus dengan cara yang tepat sesuai yang diajarkan, dipahami dan diterapkan oleh “salaful ummah” yaitu para sahabat Rasulullah . Allah berfirman (artinya):
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah (surga-surga) yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya. Itulah kesuksesan yang agung.” (At Taubah: 100)
Al Imam Malik berkata: “Tidak akan menjadi baik (stabil) generasi akhir umat ini kecuali dengan perkara-perkara yang dengannya telah menjadi baik (stabil) generasi awal umat ini.”

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.