Sikap yang Benar Menghadapi Kesalahan Orang Lain

Sikap yang Benar Menghadapi Kesalahan Orang

 

Oleh Andi Subagyo Banyuwangi, Takmili

 

Di antara syariat Islam adalah memerhatikan hak sesama muslim. Salah satunya dengan menjaga kehormatannya. Terlebih jika muslim itu adalah teman dekat, teman belajar bersama, atau teman satu kamar kita, maka lebih utama untuk kita tunaikan haknya.

Jika kita mendengar kabar bahwa teman kita terjatuh pada kesalahan, dan ternyata berita tersebut benar, maka apa langkah yang seharusnya kita lakukan? Bagaimana sikap yang benar menghadapi kesalahan orang lain? Berikut bimbingan Islam.

 

Menjaga Aibnya

Kita menutup aibnya dan jangan sampai tersebar kepada orang lain. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَة

“Barang siapa yang menutup aib saudaranya maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.”[1]

كَفَى بِالمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثُ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta jika ia menyebarkan setiap berita yang ia dengar.”[2]

Namun jangan sampai dengan menutup aibnya, kita terhalangi dari memberi nasehat untuknya. Inilah sikap yang benar menghadapi kesalahan orang lain.


Baca Juga: Hukum Mencela Ulama yang Terjatuh Pada Kesalahan


Amar Makruf Nahi Munkar

Sebagaimana dalam hadis, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barang siapa dari kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.”[3]

Hendaknya kita menasihati dengan cara yang baik dan hikmah. Namun jika dikhawatirkan ia tersinggung dan menjauh, maka sampaikan kepada orang yang mampu menyampaikan nasihat tersebut, sehingga nasihat tersebut bisa terus berlanjut. Ini merupakan bentuk kepedulian kepada sesama muslim.

Seyogyanya bagi setiap muslim untuk melestarikan amalan ini. Jika poin ini kita tegakkan maka biidznillahi Ta’ala masyarakat muslim akan terlindungi dari azab Allah Taala.

 

Menahan Lisan

Jangan sampai ucapan yang keluar dari lisan kita menyakiti orang lain, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersadbda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia berkata baik atau diam.[4]

Demikian pembahasan dari kami, semoga bermanfaat.

 

Sumber: Rangkuman faedah dari kajian umum Takmili oleh Ust. Abdullah Iman hafizhahullah)


Artikel Kami: Amalan-Amalan yang Disyariatkan di Bulan Sya’ban


[1] HR. Muslim no. 2699 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[2] HR. Abu Dawud no. 4992 dan disahihkan oleh Imam Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abu Dawud (4/298) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[3] HR. Muslim no. 49 dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[4] Muttafaqun Alaihi dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.