Renungan akhir Ramadhan
Oleh Syaikh Khalid adh-Dhafiri
Makna Ramadhan
Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya diantara manusia ada yang memandang bahwa bulan Ramadhan adalah bulan untuk ibadah sedangkan bulan-bulan selainnya bulan-bulan kelalaian, meremehkan, dan maksiat.
Oleh karena itu, di bulan Ramadhan mereka termasuk orang-orang yang shalat berjamaah, yang qiyamul-lail, yang membaca al-Qur’an, yang berbuat kebaikan, bersedekah, menyambung silaturahmi dan berbuat baik. Dia menjaga penglihatan dan pendengaran.
Namun, begitu Ramadhan berakhir, dia menghancurkan segala yang telah dia bangun, dia mengurai sesuatu yang telah dia ikat, dia merrusak segala yang telah dia perbaiki. Dia meninggalkan al-Quran, sehingga tidaklah ia membacanya kecuali sedikit saja.
Dia meninggalkan shalat berjama’ah. Dia tidak menghadirinya sama sekali atau tidaklah dia menghadirinya kecuali sedikit saja. Jika melakukan shalat, maka dia shalat dengan malas dan berat.
Dia melepas kekang penglihatan dan pendengarannya. Dia tidak peduli apakah dia meletakkannya pada yang halal ataukah yang haram. Duhai, dia tidak peduli untuk memakan yang haram. Seolah-olah apa yang di tangannya halal, maka hal itu adalah halal.
Waspada dan bahaya!
Kelompok ini berada pada bahaya besar. Sebab, mereka tidak memahami hakikat ibadah yang untuk tujuan tersebut mereka diciptakan. Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Allah memerintahkan mereka untuk beribadah sampai mereka bertemu dengan-Nya, sebagaimana firman Allah,
(واعبد ربك حتى يأتيك اليقين).
“Dan sembahlah Rabbmu sampai al-Yaqin (kematian) menjemputmu.”
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
“إن الله لم يجعل لعمل المؤمن أَجَلًا دون الموت.”
“Sesungguhnya Allah tidaklah membuat batas akhir bagi amalan seorang mukmin selain kematian.”
Sesungguhnya jenis manusia ini tidak memahami bahwa Ramadhan adalah musim (waktu) untuk menambah ibadah ketaatan dan kebaikan sedangkan bulan selainnya adalah musim untuk kelalaian, menyia-nyiakan dan meremehkan.
Insterospeksi!
Koreksi diri-diri kalian! Koreksilah pemahaman kalian terhadap hakikat agama kalian!
Koreksilah diri-diri kalian! Ingatlah bahwa sesungguhnya kalian sedang menyembah Rabbnya (pemilik) Ramadhan bukan menyembah Ramadhan. Sejelek-jelek kaum adalah kaum yang tidak mengenal Rabb mereka kecuali di bulan Ramadhan.
Koreksilah diri-diri kalian! Ingatlah bahwa tolok ukur kebaikan itu dilihat dari amalan penutup. Orang yang berbuat baik di bulan Ramadhan namun berbuat kelek di bulan setelahya, maka dia tidak akan menutup amalnnya dengan kebaikan. Yang menutup dengan kebaikan hanyalah orang-orang yang semua amalannya baik.
Sebab, kapanpun ajal datang menjemputnya, maka dia bertepatan dengan amalan saleh. Sehingga, terus-meneruslah untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran, niscaya kalian akan berhasil dan bahagia.
Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya musim-musin dan kesempatan untuk berbuat kebaikan yang disediakan Rabb hanya di bulan Ramadhan saja. Allah memiliki musim-musim lain yang Dia jadikan untuk para hamba-Nya, sehingga mereka bisa mencari bekal amalan-amalan saleh padanya.
Oleh karena itu Allah mensyariatkan untuk mereka agar berpuasa 6 hari setelah Ramadhan di bulan Syawwal. Allah syariatkan untuk mereka puasa Senin Kamis, puasa 3 hari pada setiap bulannya, puasa hari Arafah, puasa hari Asyura, dan Allah menyiapkan untuk mereka ganjaran dan pahala besar.
Allah juga turun pada setiap malam di sepertiga malam terakhir ke langit dunia, kemudian memanggil para hamba-Nya, mengajak mereka untuk bertaubat, meminta ampun dan meminta segala kebutuhan kepada-Nya. Hal itu terjadi pada setiap malam.
Demikian pula pada hari Jum’at, ada satu waktu yang tidaklah seorang hamba berdoa kepada Allah tepat pada waktu tersebut kecuali Allah akan kabulkan doanya.
Allah juga mensyariatkan untuk hamba-hamba-Nya agar memperbanyak zikir, dan Dia menyiapkan balasan untuk amalan zikir berupa pengangkatan derajat, pemberian tambahan kebaikan-kebaikan, penghapusan dosa-dosa, meskipun dosa-dosanya seperti buih di lautan.
Allah mensyariatkan untuk para hamba-Nya amalan sedekah sunnah, membaca al-Qur’an dan berbabagai pintu ketaatan lainnya. Barangsiapa yang ingin, hendaklah dia mencari bekal amal saleh dengannya. Sebab, jarak perjalanan akherat itu jauh dan prosesnya perjalanannya berat. Sedangkan sebaik-baik bekal adalah bekal takwa.
Minta tolong kirimi saya selalu, materi/kajian2 yg terbaru tuk menambah wawasan ilmu agama saya.
Dan kalo boleh, mohon maaf, minta nomor Hp pak ustadz Luqman Baabduh.
Mohon maaf dan terimakasih banyak