Hati menjadi buta karena harta dunia

Oleh Dawud Malang Takhasus
Setiap pembawa ilmu yang cinta dunia, pasti ia tidak benar dalam berfatwa, menghukumi, atau memberikan kebijakan. Karena mayoritas hukum yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapkan dalam agama ini, tidak sesuai dengan keinginan kebanyakan manusia. Jika seorang ‘alim atau hakim senang dengan ketenaran dan mengikuti hawa nafsu, maka tidaklah sempurna tujuan mereka kecuali dengan cara menyelisihi dan menentang kebenaran.
Terlebih jika ia telah dikuasai oleh syubhat (kerancuan berfikir), sehingga ada kecocokan antara syubhat dan syahwatnya (hawa nafsu). Ketika hawa nafsunya menguasai, ia menjadi buta dari kebenaran. Walaupun kebenaran itu telah jelas di hadapannya, namun dia lebih condong untuk menyelisihi kebenaran.
Menggampangkan taubat
Seorang ‘alim mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun, namun dia bermudah-mudahan berbuat maksiat, lalu bertaubat kepada-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakan tentang mereka,
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya.” (QS. Maryam: 59)
Juga dalam firman-Nya,
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Maka datanglah sesudah mereka, generasi yang mewarisi Taurat. Mereka mengambil bagian dunia yang rendah dan berkata: ‘Kami akan diberi ampun.’ Jika datang kepada mereka bagian dunia sebanyak itu, niscaya mereka akan mengambilnya. Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih bagi mereka yang bertakwa, apakah kalian tidak mengerti?” (QS. Al-‘Araf: 169)
Penjelasan Ibnul Qayyim
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan bahwa mereka akan mengambil harta yang rendah dalam kondisi mereka mengetahui akan haramnya benda tersebut. Mereka mengatakan: “Kami akan diberi ampun.” Jika datang kepada mereka harta yang lebih banyak, mereka mengambilnya dan demikian seterusnya. Inilah yang menyebabkan mereka berbicara tidak benar tentang agama Allah. Mereka berfatwa dengan mengatakan: “Inilah hukumnya, syariatnya, dan aturannya.” Dalam kondisi mereka tahu bahwa syariat, hukum, dan aturannya tidak demikian. Mereka berbicara tentang Allah Subhanahu Wa Ta’ala, perkara yang mereka tidak punya ilmunya.
Adapun kondisi orang-orang bertakwa, mereka mengetahui bahwa akhirat lebih baik dari dunia. Sehingga mereka tidak suka dengan ketenaran, mengikuti hawa nafsunya. Demikian itu disebabkan ia selalu berpegang dengan al-Qur`an dan as-Sunnah. Menjadikan sabar dan sholatnya sebagai penolongnya, memikirkan akan rendahnya dunia yang akan sirna, dan negeri akhirat yang abadi.
Adapun mereka yang mengedepankan dunia, mesti akan mengadakan perkara baru dalam agama yang disertai dengan kemaksiatan dalam beramal. Mengikuti hawa nafsu akan membutakan hati, sehingga tidak terbedakan antara sunnah dan bid`ah. Atau dia mengira sunnah, padahal bid’ah dan sebaliknya.
Ulama pun juga terkena
Inilah penyakit para ahlul ilmi yang mengedepankan dunia, cinta jabatan dan condong kepada hawa nafsu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan tentang mereka,
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ
“Bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri dari ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Jika Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, akan diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya juga.” (Qs. Al-A`raf: 175-176)
Inilah perumpamaan seorang alim yang buruk, dia beramal namun tidak sesuai dengan ilmu yang ia miliki. Kita memohon kepada Allah keselamatan dunia dan akhirat. Mudah-mudahan Allah berikan kepada kami dan kalian ilmu yang bermanfaat dan dilindungi dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Sumber: Kitab al-Fawaid karya Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah.