Aktivitas kami selama menjalani masa orientasi santri baru
Oleh Abdullah Farhan Palembang Takmili
Pada hari ke-4 dari bulan Ramadhan 1442 H/16 April 2021, aku datang ke Pondok baruku bersama dengan keluarga. Di sanalah aku dan adikku bertholabul ‘ilmi, menggapai impian dan harapan. Rasanya senang dan bersyukur sekali bisa bertholabul ‘ilmi di Ma’had as-Salafy yang masyaAllah pendidikan dan bimbingannya lebih bagus dan tertib, di sana juga santri-santrinya pada disiplin.
Alhamdulillah, puji syukur hanya aku berikan kepada Allah semata. Dzat yang telah menganugrahkan dan melimpahkan berbagai macam kenikmatan-Nya kepada hamba-Nya. Sebuah nikmat yang berharga manakala seorang hamba diberi kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk bisa duduk bersimpuh menuntut ilmu agama. Masih banyak di antara mereka yang mendambakan untuk bisa menimba ilmu, tetapi belum diberi kesempatan oleh Allah untuk mendapatkannya.
Di penginapan bersama keluarga
Sesampai di sana pada malam hari, kami disambut oleh seorang ustadz yang saat itu berada di portal Ma’had. Abipun segera turun dari mobil dan menghampiri ustadz tersebut dengan menggunakan masker dan berjaga jarak, karena di saat itu wabah virus corona masih melanda. Tidak lama kemudian, abi kembali ke mobil dan berkata: “Kita diarahkan oleh ustadz untuk beristirahat dan menginap dipenginapan yang telah disediakan oleh Ma’had, yang berada di luar Ma’had.”
Kemudian kami sekeluarga langsung segera ke tempat penginapan yang jaraknya tidak jauh dari pondok. Sesampai di sana, kamipun segera menurunkan barang yang dibutuhkan dari mobil. Setelah itu, kami mandi dan membersihkan ruangan, kemudian shalat teraweh berjama’ah. Setelah itu kami segera tidur agar tidak telat sahur.
Berangkat untuk orientasi
Singkat cerita, tibalah saatnya aku dan adikku berangkat ke Ma’had, tepatnya pada tanggal 17 April 2021, malam minggu. Sebelum berangkat, aku dan adikku berpamitan terlebih dahulu sama umi. Kemudian aku dan adikku berangkat ke Ma’had di antar sama abi dan pamanku, adapun umi tetap di penginapan bersama adik-adikku yang lain. Sesampai di Ma’had, ustadz memberi arahan kepadaku dan adikku untuk menjalani protokol kesehatan dengan karantina terlebih dahulu selama 14 hari di ruangan yang telah disediakan.
Kemudian aku dan adikku segera menurunkan barang-barang kami dari mobil, abi juga ikut membantu. Kemudian kami membawa barang kami menuju ke ruangan dan diantar oleh salah satu panitia. Setelah itu, aku dan adikku berpamitan sama abi, abi berkata: “Yang sabar, ya nak. Semangat belajarnya. Jangan lupa berdoa terus, meminta kepada Allah agar dimudahkan jalannya.” Aku menjawab: “Iya bi, amin!!!” Setelah itu, abi kembali menghampiri ustadz, adapun aku dan adikku masuk ke dalam ruangan, kemudian tidur karena sudah larut malam.
Aktivitas di masa orientasi
Keesokan harinya pada jam 03:30 WIB, aku dan adikku melakukan makan sahur dengan makanan yang telah diberi oleh panitia. Ketika sahur, aku teringat saat sahur bersama keluarga yang kucintai. Setelah berjalannya waktu, Shubuh pun berkumandang. Aku dan adikku segera menyelesaikan sahur dan bersegera menuju ke kamar mandi untuk berwudhu kemudian shalat Shubuh. Seusai shalat, kami memuroja’ah hafalan beberapa menit kemudian ada seorang ustadz datang meminta kami (santri yang karantina) untuk berkumpul di halaman dengan berjaga jarak dan bermasker tentunya.
Kemudian ustadz tersebut memberikan arahan dan membacakan tata tertib santri orientasi serta jadwal kegiatan. Setelah itu, kami semua dipersilahkan untuk berolahraga dengan bermain tenis meja dan bulu tangkis bersama teman sesama ruangan masing masing secara bergantian.
Setelah berolahraga, akupun mandi di kamar mandi yang sesuai dengan nomor ruangan, kemudian bergantian dengan adikku. Seusai mandi, kami membaca al-Qur’an. Di pertengahan membaca al-Qur’an, datang seorang ustadz kemudian memberikan kertas tabel kesehatan dan ibadah santri orientasi dan kertas tabel tilawah dan ziyadah santri setiap harinya di saat karantina.
Ikhlas dalam menjalani orientasi
Setelah itu, akupun melanjutkan membaca al-Qur’an dengan niatan ikhlas dan harus mencapai target. Karena saat itu target tilawah (mebaca) al-Qur’an: satu kali khatam (selesai) membaca al-Qur’an dan ziyadah (menambah) hafalan setiap hari, target selama orientasi adalah hafal satu juz.
Tepat pada jam 11.30 WIB adzan Zhuhur berkumandang, kemudian aku dan adikku segera berwudhu dan melakukan shalat Zhuhur. Selesai shalat, aku kepikiran dengan keadaan kedua orang tuaku. Rasanya rindu kepada keluargaku yang kucintai, kemudian akupun tertidur sampai adzan Ashar berkumandang. Aku berwudhu dan melaksanakan shalat Ashar, kemudian berzdikir selesai shalat dan membaca al-Qur’an sampai jarum jam menunjukan pukul 16.15 WIB, akupun selesai membaca al-Qur’an.
Setelah membaca al-Qur’an, kami berolahraga, setelahnya akupun segera mandi kemudian persiapan untuk berbuka puasa. Sambil menunggu adzan maghrib berkumandang, aku menghafal surat yang belum aku hafal. Tidak lama kemudian, ada panitia yang memberi ta’jil dan makanan untuk berbuka puasa, akhirnya adzan maghribpun berkumandang dan kamipun segera berbuka puasa dengan memakan ta’jil yang disediakan, setelah itu kamipun segera shalat dan melanjutkan makan nasi beserta lauknya, alhamdulillah.
Setelah makan, akupun segera melanjutkan menghafal al-Qur’an sampai berkumandangnya adzan isya. Kemudian aku berwudhu dan melaksanakan shalat isya, setelah itu aku melanjutkan menghafal al-Qur’an kemudian shalat taraweh. Seusai shalat taraweh, aku dan adikku membaca al-Qur’an sampai pukul 21:00 WIB, kamipun segera persiapan tidur agar tidak telat sahur esok hari.
Pelajaran di masa orientasi
Keesokan harinya, ketika pukul 08.00 pagi, kamipun belajar dengan ustadz tentang kesalahan seorang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Demikianlah keseharianku saat karantina di Pondok, hari demi hari kujalani. Terkadang rasa bosan menghampiri dan terkadang teringat dengan kampung halaman kedua orang yang kucintai, dan terkadang rasa mengeluh mendatangi. Akhirnya, aku sadar bahwa mengeluh tidak akan mengubah keadaan, lebih baik aku menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Memang perjuangan untuk menjadi santri sejati tidaklah mudah, akan tetapi dengan dua sifat ini, yaitu sabar dan ikhlas, niscaya Allah akan menolong kita dan membukakan kemudahan di dalam perjalanan tholabul ilmi. Jangan lupa berdoa, memohon kepada Dzat yang maha kuasa.
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”
Sekian, semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam