Jaga malam, bernilai taawun dan hiburan

 

Oleh Abu Husain Faruq Gresik 4B Takhasus

 

Disinyalir adanya tanda-tanda pencurian di mahad dua, beberapa alat bangunan bahkan tabung gas hilang. Kondisinya memang agak rawan. Warga/ikhwah yang tinggal sebagai penghuni masih terhitung sedikit. Sedangkan lahannya sangat luas tanpa penjagaan yang maksimal. Atas dasar inilah pondok meminta kami -kelas lima dan empat- untuk bertugas ronda di mahad dua demi menjaganya dari hal-hal yang tak diinginkan.

 

Suasana baru

Dengan adanya jaga di mahad dua, kami bisa merasakan adanya suasana baru yang bisa kami dapatkan disana. Dengan berjaga di mahad dua, kami merasakan suasana  yang berbeda ketika disana, karena cuacanya disana sejuk dan masih banyak tetumbuhan liar disana, yang menambah keasrian dan kesegaran udara.

Kini mahad dua telah menjadi area yang sangat menarik. Karena mahad dua yang sekarang jauh lebih indah, lebih tertata rapi, sebagian tanah kosong yang ada menjadi persawahan yang menghasilkan berbagai macam sayuran dan buah-buahan.

Tempat refreshing dan berkemah santri mahad satu ialah mahad dua, karena tempatnya luas dan banyak permainan di sana, ada voli, ada takraw dll. Kami merasa dengan adanya jaga di mahad dua  mungkin kami bisa lebih semangat lagi untuk belajar.

 

Terbagi menjadi sepuluh kelompok

Matahari mulai tenggelam,  sedikit demi sedikit mega merahnya itu mulai ditelan potongan-potongan malam, bintang indah itu mulai menghiasi angkasa, semakin bertambah indah kala ditemani bulan purnama, sungguh betapa indahnya ciptaan Allah Ta’ala.

Malam semakin larut, tak terasa kini jarum jam menunujukkan pukul 22.00, kami bersiap-siap menuju mahad dua. Membawa peralatan lengkap semisal jaket, senter alat pentungan, dan yang tak kalah penting ialah membawa makanan dan cemilan yang kami beli dimaqshaf (koperasi) untuk disana.

Keberangkatan kami menggunakan mobil L-300. Sesampainya disana tempat pertama yang kami tuju  ialah gazebo hasil karya santri yang megah itu, kemudian kami letakkan di sana barang-barang yang kami bawa dari mahad satu. Yang jaga malam di mahad dua terdiri dari kelas lima dan empat, dan itu terbagi menjadi sepuluh kelompok.

Tepat  pukul 24.00 dua orang dari kami mulai berkeliling dengan bergantian setiap satu jamnya, adapun yang lain tetap tinggal di pos, biasanya sambil menunggu giliran untuk keliling kami tanding main pimpong. Kegiatan kami di sana baru selesai pada pukul 03.00 pagi.

 

Berangkat pulang

Fajar kadzib mulai terlihat di ufuk, bertanda sebentar lagi waktu shubuh akan tiba. Tepat  pukul 03.15 kami bersiap-siap. Hingga pada pukul 03.30 tepat, sang supir mulai menyalakan mobil dan menyuruh kami semua masuk, tak menunggu lama mobil itu melaju dengan kecepatan biasa membawa kami pulang ke mahad satu.

Sampai di mahad satu, yang kami lakukan adalah segera menuju sakan dan persiapan menghadiri salat subuh.

 

Kata terakhir

Sekecil apapun amalan itu, jangan pernah kita remehkan!. Kita berharap itu akan dinilai sebagai amalan yang kita dapat memperoleh manfaatnya kelak di hari kiamat. Semoga ta’awun (tolong menolong) kami di ma’had dua dengan berjaga malam itu, menjadaikan kita termasuk yang disabdakan oleh Rasul shallallahu’alaihi wa sallam dalam haditsnya;

عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena rasa takut kepada Allah dan mata yang bangun karena berjaga di jalan Allah”. (HR. at-Tirmidzi, dan disahihkan (dikuatkan) oleh syaikh al-Albany dalam al-Misykah al-Mashabih, no: 3829)

Mungkin sekian yang bisa kami torehkan dalam secarik kertas ini semoga bermanfaat dan bisa diambil ibrah darinya. Amiin..

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.