Kisah Sulaiman bin Yasar

 

 

Oleh Ammar Pontianak dan Qoshdu Sidoarjo Takhasus

 

Sulaiman bin Yasar rahimahullah adalah seorang tabi’in mulia yang pernah bermajelis dengan beberapa sahabat, di antaranya adalah Ibnu Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum.

Suatu ketika Sulaiman bin Yasar melakukan safar bersama para sahabatnya untuk suatu keperluan. Selama tiga hari tiga malam, sampailah mereka di daerah Abwa, sebuah mata air dekat Mekah. Rombongan itupun singgah sejenak untuk beristirahat melepas kepayahan dan penat.

 

Persinggahan sementara

Tendapun didirikan untuk memberikan keteduhan di iklim gurun yang panas dan gersang. Selepas mendirikan tenda, sahabat Sulaiman pergi menuju pasar untuk membeli kebutuhan. Adapun Sulaiman, beliau di dalam tenda beristirahat melepas rasa lelahnya.

Rombongan Sulaiman bin Yasar bertepatan dengan rombongn dari Arab yang kebetulan juga singgah di sana. Daerah mata air di tengah padang pasir merupakan daerah emas. Karena di daerah mata air itu, mereka bisa mengisi kembali cadangan minuman yang telah habis. Selain itu, pepohonan yang tumbuh disekitarnya membantu melembutkan cuaca extrem di tengah padang sahara.

 

Cobaan dari godaan wanita

Allah Ta’ala telah menganugerahi Sulaiman wajah yang rupawan, namun wajah rupawan ini menjadi ujian yang akan menimpanya. Dari kejauhan, salah seorang wanita anggota rombongan arab badui itu melihat ketampanan Sulaiman. Ketampanan sang alim dari negeri Madinah ini membuatnya jatuh hati.

Dia tidak mampu lagi membendung rasa cintanya. Sayangnya kecintaan ini justru mendoronganya jatuh ke dalam lembah syahwat. Dipakailah cadar serta kedua sarung tangannya, kemudian ia bergegas turun menuju tenda Sulaiman.

 

Masuklah sang wanita itu ke dalam tenda. Di depan Sulaiman, wanita itu menyingkap cadarnya seakan-akan bulan purnama memancarkan cahayanya,  “Berilah aku…” bujuk wanita itu.

Wanita itu mengajak berzina, sungguh ini adalah ujian yang besar. Hanya orang-orang yang Allah kuatkan imannya saja yang mampu selamat. Adapun kita orang-orang yang lemah imannya, hanya bisa berdoa agar jangan sampai ujian semacam ini menimpa kita.

 

Sadar kadar diri

Sulaiman bin Yasar rahimahullah termasuk yang lulus dalam ujian ini. Saat mendengar permintaan sang wanita, beliau pun menukas, “Iblis yang telah mempersiapkan dirimu untukku!” Beliau sadar bahwa sejatinya ini adalah ujian, kalau beliau mengikuti hawa nafsu, berarti beliau telah meniti jejak langkah iblis. Beliaupun meletakkan kepalanya pada lengan bajunya, pecahlah tangisan Sulaiman. Beliau menangis sejadi-jadinya. Beliau sadar akan ujian berat ini, lantas beliau takut akan dirinya.

Adapun sang wanita ketika melihat pemandangan ini, dia menjadi bingung, belum pernah dia jumpai peristiwa aneh seperti ini. Dia terdiam sejenak disudut ruangan, melihat Sulaiman yang justru tangisannya semakin menjadi. Akhirnya diapun memutuskan untuk menutup kembali cadar yang ia kenakan dan kembali ke tendanya.

 

Kepulangan seorang kawan

Tak selang beberapa lama, sang kawan yang tadinya ke pasar pulang ke tenda dengan membawa perbekalan. Lalu dia bertanya, “Ada apa Sulaiman dan apa yang membuatmu menangis?”

“Aku baik-baik saja, aku cuma ingat anak dan keluargaku di rumah.” Kata Sulaiman bin Yasar mengelak.

“Mana mungkin, kamu baru saja meningalkan keluarga tiga hari yang lalu. Pasti ada peristiwa lain.” Kata temannya.

Sulaiman akhirnya berterus terang. Beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya dari awal sampai akhir. Karena mendengar cerita Sulaiman bin Yasar, temannya kemudian meletakkan perbekalan yang dibawanya dan berkata: “Aku lebih berhak menangis daripada engkau.”

“Kenapa?” Kata Sulaiman.

“Sungguh aku khawatir jika aku yang berada di posisimu, aku tidak dapat bersabar.” Keduanya pun akhirnya menangis.

 

Penutup

Demikianlah kisah Sulaiman bin Yasar dengan sahabatnya rahimahumullah. Kami nasehatkan kepada para pembaca sekalian untuk selalu meningkatkan keimanan, ketakwaan serta rasa khasy-yah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena perkara tersebut dapat membentengi seorang hamba dari kubangan kemaksiatan. Wallahu ‘alam

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.