Kisah kawan dekat di masa wabah

 

Mas E, begitulah panggilan akrab salah satu kawan kami di kota U. Walaupun sudah lama tinggal di kota U, panggilan ‘mas’ tetap melekat pada namanya karena kota asalnya adalah kota C di pulau Jawa. Nama kunyahnya pun terkalahkan dengan panggilan Mas E.

 

Pandemi Covid-19 ternyata menjadi sebab Mas E harus meninggalkan dunia ini. Suratan takdir dari waktu ke waktu telah mengiringi langkah-langkah Mas E sampai akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumah sakit LB kota U. Semoga kematian beliau termasuk syahid sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi.

 

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Mas E sudah dikenal sebagai naib imam dan khatib di masjid setempat. Karena suaranya yang cukup merdu menjadikan jamaah senang dengan keberadaannya. Tak heran jika takmir masjid mempersilahkannya untuk tinggal di masjid tersebut.

 

Sebulan setelah Covid-19 masuk ke Indonesia, Mas E membawa istri dan empat anaknya ke rumah mertua di kota S. Faktor ekonomi menjadi alasan terkuat, di samping keadaan mertua yang butuh perhatian dari anak dan cucu-cucunya.  Akhirnya Mas E kembali lagi ke kota U guna mencari nafkah bagi keluarganya.

 

Di masa kesendiriannya, Mas E memilih untuk melepas petak kontrakan bulanannya (tidak diperpanjang), dan memilih tinggal di masjid.

 

Sosok Pekerja Keras

Pada asalnya Mas E bekerja sebagai pedagang nomaden perlengkapan sekolah/ATK di halaman-halaman sekolah. Namun sejak pandemi, sekolah-sekolah ditutup dan belajar dipindahkan sementara  di rumah, berakibat usaha Mas E terhenti. Guna memulihkan ekonominya, mas E banting tulang menjadi penjual herbal dan ATK keliling siap antar ke rumah pemesan. Hari berganti hari, Mas E terus melakukan aktifitasnya.

 

Terkadang tanpa dipesanpun, Mas E mendatangai rumah-rumah guna menjajakan dagangannya. Pergi pagi pulang siang atau sore, terkadang istirahat di masjid atau numpang di rumah kawan. Pada saat munculnya imbauan shalat di rumah, Mas E masih tinggal di masjid. Namun tak berlangsung lama, takmir  memutuskan untuk membuka shalat berjamaah di masjid walaupun imbauan untuk shalat di rumah masih berlangsung.

 

Hanya saja, Mas E merasa tidak nyaman jika harus berlama-lama di masjid karena dituntut untuk berjamaah, walaupun di beberapa keadaan masih sulit menghindar. Akhirnya sebagian hari Mas E dihabiskannya untuk beristirahat di rumah kawan yang dekat dengan masjid guna menghindari kerumunan.

 

Mulai sakit

Dua bulan berlangsung, tepatnya tanggal 19 Juli 2020, tiba-tiba Mas E menelpon seorang kawan yang ada di kota U. Dengan suara yang sesak dan tersendat-sendat, Mas E meminta tolong dicarikan tempat tinggal untuk istirahat, karena kondisinya sedang kurang sehat. Badannya terasa demam, terkadang batuk kering dan napasnya agak sesak.

 

Setelah berkonsultasi dengan dokter dan tim medis di kota M, kami berusaha mengarahkan Mas E ke rumah sakit. Namun Mas E menolak dengan alasan ribetnya administrasi dan hari ini dia telah janjian dengan seorang dokter praktek pribadi.

 

Sehari setelah mengonsumsi obat dari dokter praktek, kami berusaha mencarikan solusi untuk mengisolasikan dirinya di sebuah rumah madrasah yang kebetulan sedang kosong. Diuruslah perijinan ke RT setempat. Adapun  dr. S dan AJ (tim medis) sedang mempersiapkan proses evakuasi Mas E (dengan protokol) menuju ke rumah tersebut.

 

Sebelum kami evakuasi, sekali lagi kami tetap meminta Mas E untuk pemeriksaan dan istirahat di rumah sakit saja. Namun, Mas E mengatakan bahwa keadaannya agak membaik setelah dari dokter kemarin.

 

Dibawa ke RS

Hari ketiga, mantaplah tim medis untuk mengevakuasinya. Namun di saat yang bersamaan, ternyata Mas E telah dibawa oleh kawan-kawan yang tinggal dekat dengan Masjid menuju RS. Alasannya karena kondisi Mas E agak genting, sesak napasnya sangat mengkhawatirkan. Akhirnya dengan sedikit paksaan, dibawalah Mas E ke rumah sakit.

 

Kami merasa lebih tenang ketika Mas E telah dirawat di rumah sakit. Malam itu juga, Mas E langsung dimasukkan di ruang isolasi Covid, karena gejala yang dialaminya mengarah ke Covid. Keesokan harinya keluarlah hasil swab-nya, ternyata Mas E benar-benar terkonfirmasi positif Covid.

 

Kawan-kawan membuka ta’awun internal (donasi/infak kalangan terbatas) untuk memenuhi kebutuhan gizi dan suplemen mas E. Keluarga mertua di kota S juga dikabarkan tentang keadaannya.

 

Tiga hari berada di rumah sakit, Mas E manjalani swab kedua, hasilnya masih positif. Dan pada hari keempat, Allah takdirkan ajal menjemputnya. Datanglah istri dan anak-anaknya, yang mereka lihat hanyalah ambulance yang membawa suami dan abinya menuju lokasi pemakaman Covid. Semoga Allah merahmatinya, mengampuni dosanya, menerima amal salehnya dan menempatkannya di surga-Mu yang luas. Amiin.

 

Penutup

Kisah di atas semoga menjadi pelajaran untuk kita semua. Agar kita selalu bertawakal kepada Allah dengan menjalankan protokol kesehatan selama pandemi. Setelah itu, serahkan kepada Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu.

 

Ya Allah, berikanlah keselamatan untuk keluarga dan kawan-kawan kami. Berilah kami istiqamah di atas agama-Mu yang lurus. Amiin.

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

  1. Abu Faruq berkata:

    Bismillah.. Apa sdh d konfirmasi dengan pihak keluarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.