Lomba lari estafet antar santri

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Sabtu, 3 Syawwal 1442 H..

Mereka para santri sama-sama saling memacu. Bukan memacu sebuah kuda. Bukan pula memacu sebuah kendaraan pada zaman sekarang, seperti: motor. Akan tetapi, yang mereka pacu adalah diri-diri mereka sendiri. Mereka sedang memacu sepasang kaki masing-masing. Mereka saling memompa semangat yang mereka miliki.

Ya, mereka memang sedang berlomba untuk menjadi yang tercepat. Siapapun lawan yang akan mereka hadapi. Tidak ada kata untuk menyerah di dalam hati-hati mereka. Mereka berlomba dalam sebuah pertandingan bernama TAJRI -Thullab Jago Lari-.

 

Konsep kegiatan TAJRI

Konsep Tajri sebenarnya merupakan pertandingan semacam lari estafet. Jika dalam lari estafet, peserta saling berlari lalu menyerahkan tongkat kepada peserta kedua, ketiga hingga terakhir dalam timnya, maka dalam Tajri yang diserahkan adalah helm. Ditambah, sebelum menyerahkan helm, peserta harus melewati pos. Di pos tersebut, peserta harus menyelesaikan “tugas” dari panitia. Tugas tersebut bisa berbentuk permainan hingga menjawab pertanyaan.

Kegiatan ini mengharuskan tiap kelompok untuk mewakilkan lima orang dari anggota mereka. Guna bersaing di pos yang berjumlah lima buah. Mereka akan saling berhadapan dengan lawan main yang tidak diragukan lagi mereka adalah pemain pilihan dari kelompoknya. Mereka tidak dituntut untuk sekedar berlari saja. Tetapi mereka harus menyerahkan sebuah “helm” yang dipakai kepada orang setelahnya.

 

Jadi, orang pertama akan meneruskan pemakaian “helm” tadi ke orang kedua. Begitu seterusnya sampai orang kelima. Kemudian mereka ditugaskan kembali untuk mengembalikan “helm” tersebut kepada orang keempat sampai akhirnya “helm” tadi dipakai kembali oleh orang pertama. Inilah tantangan dari perlombaan TAJRI.

 

Aksi salah satu peserta

Prriiit…

Peluit ditiup panjang oleh sang wasit, sebagai pertanda perlombaan dimulai. Terlihat di sana ada santri asal Lampung sedang berlomba dengan santri asal Palembang. Mereka benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk mencapai garis finis pertama kali.

Tak disangka-sangka santri asal Tasikmalaya itu terpeleset ketika sedang mengerem di pos empat. Ada juga santri yang kakinya sedikit terluka sampai mengeluarkan tetesan darah akibat berlari di atas bebatuan yang berada di antara belakang masjid dan kamar 8 dikarenakan tidak menggunakan sepatu ketika melewatinya.

 

Tim at-Tiin yang diketuai oleh santri asal Jogja itu akhirnya keluar sebagai juara pada kelas junior. Tentu persaingan sengit saat melawan tim SAR yang diketuai oleh santri asal Batam ini tak mungkin dilupakan oleh tim at-Tiin. Karena tim SAR ini merupakan tim yang dapat lolos menuju babak final.

Persaingan ketat pun juga diperlihatkan oleh kelas senior. Tim RO yang dengan beranggotakan santri-santri dari Takmili mampu menandingi para santri dari Takhasus. Walaupun pertandingan yang ditunjukan oleh tim Dapur (kelas 3) di saat melawan tim Luqathah (kelas 4 dan musyrif) pada perempat final sangat apik, tetapi mereka harus menerima sebuah kenyataan yang pahit ketika telah berhadapan dengan tim RO (takmili) pada babak final. Karena bi idznillah tim RO dapat keluar sebagai juara dari kelas senior.

 

Lomba berikutnya…

Eits, tunggu dulu.. jika itu adalah lari estafet yang menggunakan sebuah “helm”, maka pada pertandingan berikutnya akan diadakan lari estafet dengan misi mengeluarkan bola kecil yang berada di dalam sebuah botol.

Tantangan yang harus mereka hadapi kali ini bukan hanya soal kecepatan saja, tetapi juga membutuhkan keseimbangan. Mereka harus mengisi air menggunakan aqua gelas yang ditalikan kepada tali-tali rafia terlebih dahulu. Kemudian mereka akan melewati bagian bawah dari “kaki-kaki” meja ping-pong  yang terkadang membuat mereka sedikit kerepotan.

 

Karena begitu pendeknya, mereka pun akhirnya “tersangkut” badannya. Lain hal lagi untuk santri asal Jenoponto itu, ia melewatiya dengan tanpa ada hambatan sedikit pun. Ember-ember yang disediakan oleh panitia  guna untuk berlari dengan zig-zag, ranjang-ranjang untuk diterobos juga menambah keseruan kegiatan ini.

Santri asal Sumatera itu tiba-tiba mengambil botol yang harusnya diisi dengan air. Ekspresi tertawa beserta suaranya pun keluar dari para santri yang sedang menyaksikan kejadian aneh tersebut. Ternyata, santri asal Sumatera tersebut tidak begitu memahami alur perlombaan ini. Tetapi dengan perjuangan yang dilakukan oleh tim Mlijo (kelas 2) itu mampu memenangkan pertandingan yang melawan tim Dapur (kelas 3).

 

Walaupun tim Mlijo memenangkan pertandingan di semi final, mereka tetap harus menerima kekalahan atas lawan mereka di final. Yaitu tim RO. Juara pada lomba lari estafet dengan menggunakan berbagai rintangan kembali diraih oleh tim RO, bi idznillah. Berbeda dengan kelas junior. Kali ini tim SAR mampu mengembalikan keadaan. Mereka sekarang mampu membalas kekalahan sebelumnya di saat babak final melawan tim at-Tiin. Perlombaan pun usai dengan diumumkannya tim SAR sebagai sang juara.

 

Akhir kata dan doa.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk saling berlomba-lomba di dalam kebaikan. Sebagaimana dalam sebuah ayat,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imron: 133)

Tidak lain tujuan ini adalah memberikan hiburan kepada santri. Juga bagian dari penguatan fisik agar badan tetap sehat dan bugar. Amin.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.