Mengulas Makna Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

Makna Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

 

Oleh Fadlan Rasyid Napitupulu, Takhasus

 

Menuntut ilmu syar’i adalah sebuah ibadah. Sebagaimana telah datang hadis yang sahih, bahwa para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu karena rida dengan apa yang mereka perbuat. Maka agar ibadah ini diterima oleh Allah subhanahu wa Ta’ala, hendaknya seorang thalibul ilmi ikhlas dalam menuntut ilmu murni karena Allah Taala. Lalu apa makna ikhlas dalam menuntut ilmu?

 

Makna Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

Ikhlas dalam menuntut ilmu yaitu dengan tidak meniatkannya untuk meraih kedudukan dunia. Semisal, dia menuntut ilmu agar memperoleh reputasi, menjadi pengajar (ustadz atau ulama), menjadi orang yang pandai berbicara, menjadi rujukan, bisa mengisi di seminar-seminar, dan yang semisalnya.

Justru hendaklah penuntut ilmu meniatkan thalabul ilmi-nya dalam rangka beribadah kepada Allah Taala dan mengangkat kebodohan dari dirinya. Sehingga dengan ilmu, dia bisa beribadah kepada Allah Taala di atas petunjuk.

Maka, ikhlas dalam menuntut ilmu adalah dengan mengharapkan wajah Allah Taala, dan tidak mengharapkan bagian dari dunia dengan segala bentuknya. Serta meniatkan thalabul ilmi dalam rangka mengangkat kebodohan dari dirinya.


Baca Juga: Kisah Penggugah Kesabaran dalam Menuntut Ilmu


Kata Salaf Tentang Makna Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

Ada yang bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah tentang apa itu makna ikhlas dalam menuntut ilmu. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah menjawab,

“Dia menuntut ilmu dengan tujuan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya. Karena dia mengetahui bahwa tidak sama kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang bodoh.

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ، قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya? Katakanlah: “Adakah sama kedudukan orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)

 

Allah Taala juga berfirman pada surah al-Mujadalah:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Dalam dua ayat di atas, Allah Taala memberikan keutamaan kepada orang-orang yang berilmu di atas selainnya.

 

Selain itu, seorang penuntut ilmu hendaklah meniatkan dengan thalabul ilmi-nya agar bisa beribadah kepada Allah Taala di atas ilmu. Maka yang seperti ini, dia telah ikhlas. Karena dia telah mengerjakan perintah Allah Taala:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إله إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Rabb (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad: 19) Di dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berilmu sebelum beramal dan beribadah dengan menggunakan kata ‘ketahuilah’.

Termasuk makna ikhlas kepada Allah dalam menuntut ilmu yaitu dengan ia meniatkan untuk selamat dari mengikuti hawa nafsunya yang disebabkan oleh kebodohan dan fanatik buta.

Wallahu a’lam.


Artikel Kami: Mari Menuntut Ilmu!


 

Sumber: Kitab al-Manhajiyyah fi Thalabil Ilmi, karya asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh rahimahullah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.