Teman, sumber kebaikan maupun keburukan
Teman sejati adalah yang tetap akan menjadi temanmu di dunia dan di akhirat. Karena dia membantumu untuk taat kepada Allah Ta’ala. Dengannya engkau berjuang mencari rida Sang Pencipta. Sedangkan teman yang buruk tidak akan menjadi teman sejati meskipun dia sekarang setia kepadamu, namun nanti dia akan mejadi musuh sejatimu.
Wahai pencari teman sejati, seseorang itu dinilai dengan siapa dia berteman.
Yahya bin Sa’id al-Qaththan rahimahullah berkata, Sufyan ats-Tsauri datang ke Bashrah, beliau melihat kondisi ar-Rabi’ bin Shubaih dan kedudukannya di hadapan manusia. Maka Sufyan bertanya, “Apa madzhabnya?” Mereka menjawab, “Tidak lain madzhabnya adalah Sunnah.” Sufyan bertanya lagi, “Siapakah teman-teman dekatnya?”
Mereka menjawab, “Pengingkar Takdir.” Sufyan menegaskan, “Kalau begitu dia adalah Qadari (pengingkar takdir)!” Ketahuilah wahai saudaraku yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Watak dan karakter yang berbeda sangat memengaruhi pergaulan sehari-hari. Perbedaan watak dan karakter menyebabkan setiap individu akan mencari yang serupa dan menolak jika tidak sama. Yang baik akan bergabung dengan yang baik dan yang jelek akan bergabung dengan yang jelek.
Hal ini telah disinyalir oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:
الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها ائتلف، وما تناكر منها اختلف
“Ruh-ruh itu adalah tentara yang berbaris. Yang saling kenal (cocok/sesuai), mereka akan saling bersatu; adapun yang tidak saling kenal (tidak cocok/tidak sesuai) akan berselisih (berpisah).”
Imam Al-Baghawi Rahimahullah di dalam Syarhus Sunnah (13/57) mengatakan: “Hadits ini disepakati ulama tentang keshahihannya, diriwayatkan oleh Muhammad (Al-Bukhari , pen.) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dan diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim Rahimahullah dari Yazid bin Al-Asham, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ruh itu sebuah tentara yang dipersiapkan akan bertemu dengan yang sepadan. Sebagaimana kuda, jika dia cocok maka akan menyatu dengannya, dan bila tidak akan berpisah.”
Jasad yang menjadi tempat ruh akan bertemu di dunia, maka akan bertemu atau berpisah sesuai dengan keserupaan atau tidaknya, yang telah diciptakan baginya di awal penciptaannya. Sehingga engkau melihat seseorang yang baik akan mencintai yang baik, dan orang yang jahat akan senang kepada yang serupa. Dan masing-masing dari keduanya akan lari dari lawannya.
Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam syarah beliau menjelaskan, “Orang yang baik akan condong kepada orang yang baik dan orang yang jahat akan condong kepada yang jahat.”
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ukurlah manusia itu berdasarkan teman dekatnya. Seorang muslim itu akan mengikuti muslim, sedangkan orang fajir juga akan mengikuti orang fajir.”
Abu Hatim rahimahullah berkata, Musa bin ‘Uqbah ash-Shuri datang ke Baghdad. Maka disampaikan (berita tersebut) kepada Ahmad bin Hanbal, beliau pun berkata, “Lihat kepada siapa turun (singgah) dan kepada siapa dia berlindung.”
Abu Qilabah berkata: Saya katakan : “Ucapan Abu Qilabah (Qaatalallahu) ini adalah ungkapan yang menunjukkan kekagumannya dengan bait syair tersebut dan ini adalah syairnya Ady bin Zaid Al Abadiy.”
Al Ashma’iy berkata: “Saya belum pernah menemukan satu bait syair yang paling menyerupai As Sunnah selain ucapan Ady ini.”
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “(Agama) seseorang (dikenal) dari agama temannya maka perhatikanlah siapa temanmu.” (As Shahihah 927)
Ibnu Mas’ud berkata: “Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman karena seorang Muslim akan mengikuti Muslim yang lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir yang lainnya.” (Al Ibanah 2/477 nomor 502 dan Syarhus Sunnah Al Baghawi 13/70)
Dengan demikian syariat telah menganjurkan kita untuk berteman dengan orang-orang yang baik dan menjauhkan diri dari teman yang jelek.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ
“Seseorang berada di atas agama temannya.” (HR. Ahmad)
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskannya sebagaimana dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti (berteman) dengan pembawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Dan adapun (berteman) dengan pembawa minyak wangi kemungkinan dia akan memberimu, kemungkinan engkau membelinya, atau kemungkinan engkau mencium bau yang harum. Dan (berteman) dengan tukang pandai besi kemungkinan dia akan membakar pakaianmu atau engkau mendapatkan bau yang tidak enak.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah di dalam kitabnya Fathul Bari (4/324) menjelaskan: “Di dalam hadits ini terdapat larangan berteman dengan seseorang yang akan merusak agama dan dunia. Hadits ini juga mengandung anjuran agar seseorang berteman dengan orang yang akan bermanfaat bagi agama dan dunianya.”
Di dalam hadits ini terdapat bimbingan dan dorongan agar berteman dengan orang-orang yang shalih dan berilmu, karena berteman dengan mereka akan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Juga terdapat peringatan dari berteman dengan orang yang jelek dan fasik karena akan membahayakan agama dan dunia. Berteman dengan orang baik akan mewariskan kebaikan, sedangkan berteman dengan orang yang jahat akan mewariskan kejelekan. Tak ubahnya seperti angin, jika dia bertiup pada sesuatu yang wangi maka akan membawa bau yang harum. Jika bertiup pada sesuatu yang busuk, maka akan membawa bau yang busuk.
Walhasil, pertemanan akan berpengaruh. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)
Jauhilah teman yang jelek carilah teman sejati
Anda pasti tidak akan sudi dan tidak ingin jika api itu akan membakar pakaian anda atau mendapatkan bau yang busuk. Jika anda tidak sudi hal itu menimpa dunia anda, apakah anda akan senang jika hal itu menimpa agama anda?
Bagaimanakah pendapat anda jika:
- Teman anda adalah orang yang rusak agama, manhaj (pemahaman), aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan semua sendi agamanya?
- Teman anda adalah orang yang curang, pendusta, suka menipu, dan pengkhianat?
Sudikah anda berteman bersama mereka? Jika anda mengatakan iya, berarti bersiaplah menuju kehancuran dan kehinaan hidup karena anda melanggar perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.
Jika anda mengatakan tidak, tahukah anda teman yang baik yang harus anda cari? Carilah teman yang shalil.
Teman yang baik adalah teman yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut;
- orang yang taat dan selalu menepati janji,
- amanah,
- jujur,
- senang berkorban,
- terpuji, dan
- orang yang menjauhi lawan dari sifat tersebut.
Dan ingat hendaknya berteman dengan orang-orang yang bisa membantumu untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Karena jika pertemanan tidak dibangun di atas ketaatan, kelak di hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا () يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا () لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
Dan (ingatlah) hari ketika itu orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai, kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul! Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkanku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)
‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:
عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ
فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
فإن كان ذا شر فجنبه سرعة * وإن كان ذا خير فقارنه تهتدي إِذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ
وَلاَ تَصْحَبِ اْلأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي
Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya
Karena setiap teman (cenderung) meniru temannya
Bila engkau berada pada suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina, niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Oleh karenanya, perhatikan dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berteman. Terutama yang engkau jadikan teman sejati. Karena jika tidak engkau akan mendapatkan akibat yang merugikanmu.
Akibat berteman dengan orang-orang jelek:
- Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat, sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut.
- Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudharatkanmu.
- Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan, sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu, dan engkau akan menganggap tidak apa-apa mengurang-ngurangi dalam ketaatan.
- Berteman dengan orang yang jelek, dapat menyebabkanmu terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih, sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.
- Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat, seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
« مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ فِيهِ إِلاَّ قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً »
Tidak ada suatu kaum yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah dalam majelis tersebut, melainkan mereka akan bangkit dari semisal bangkai keledai dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka. (H.R. Abu Dawud. Shahih, lihat Ash-Shahihah no. 77)
Beberapa contoh pengaruh teman dalam beragama:
- ‘Imran bin Haththan bin Zhabyan As-Sadusi Al-Bashri, termasuk salah satu ulama tabi’in. Akan tetapi beliau termasuk tokoh Khawarij. Hal ini karena awalnya dia ingin menikahi anak pamannya yang berpemahaman Khawarij. Kata Ibnu Sirin, dia menikahinya dalam rangka untuk membantahnya. Namun istrinya yang justru menyeretnya ke dalam madzhab Khawarij.
- Abu Bakr Abdurrazzaq bin Hammam bin Nafi’ bin Sa’dan Al-Himyari Al-Yamani (lebih dikenal dengan Ash-Shan’ani, penulis Al-Mushannaf)
Beliau adalah hafizh besar, alim negeri Yaman. Beliau berangkat mendulang ilmu ke negeri Hijaz, Syam, dan Irak. Beliau tertipu dengan pemikiran gurunya, Ja’far bin Sulaiman Adh-Dhaba’i, sehingga terpengaruh paham Syi’ah.
Ini adalah sedikit contoh dari beberapa contoh sejumlah besar orang yang terpengaruh dengan paham kesesatan karena salah dalam memilih teman.
Jika hal itu terjadi pada diri para ulama besar, akankah kita merasa aman dengan keselamatan diri kita jika berteman dengan orang-orang jelek atau menyimpang?
Semoga ini menjadi peringatan dan semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk bisa berteman dengan orang-orang yang baik agamanya, serta menjauhkan kita dari teman-teman yang jelek. Wallahu a’lam bish-shawab.