Masih Ikut Perayaan Natal dan Tahun Baru? Dengarkan di Sini Kajian Nataru

Oleh Tim Jurnalistik Santri
Di antara rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah adanya syariat amar makruf nahi munkar.
Ya, dengan adanya amar makruf nahi munkar, kaum muslimin akan saling bahu-membahu dalam meniti jalan menuju surga dan terhindar dari neraka. Seorang muslim tidak akan rela melihat saudaranya diam tidak melakukan kebaikan, sehingga dia melakukan amar makruf untuk mengingatkannya. Dia tak ingin pula saudaranya terjatuh dalam kemungkaran, dia pun menegakkan nahi munkar demi menyelamatkannya.
Kebaikan (perbuatan makruf) terbesar yang Allah perintahkan adalah tauhid dan mengesakan Allah. Sebaliknya, kemungkaran terbesar adalah menyekutukan Allah, menjadikan untuk-Nya tandingan, Begitu pula mengatakan bahwa Allah memiliki anak, sebagaimana keyakinan kaum Nasrani.
Kajian Ilmiah Seputar Nataru
Berangkat dari hal-hal di atas, Ma’had Minhajul Atsar menyelenggarakan sebuah Kajian Ilmiah berjudul: Ingkar Mungkar, Ayo Segerakan! NATARU di Hadapan Mata, dengan pemateri al-Ustadz Luqman bin Muhammad Baabduh hafizhahullah.
Tak lain yang mendorong hanyalah rasa peduli terhadap kondisi kaum muslimin yang sering ikut-ikutan dalam Perayaan Natal dan Tahun Baru. Perayaan yang mengandung unsur keyakinan trinitas, keyakinan bahwa Allah memiliki anak, dan keyakinan-keyakinan lainnya yang bertentangan dengan akidah Islam. Padahal Allah mengatakan:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا، لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا، تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا، أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا، وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
“Mereka berkata, ‘(Allah) Yang Maha Pengasih telah mengangkat anak.’ Sungguh, kamu benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Karena ucapan itu, hampir saja langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping. (Hal itu terjadi) karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak sepantasnya (Allah) Yang Maha Pengasih mengangkat anak.” (QS. Maryam: 88-95)
Tak hanya bertentangan dengan akidah Islam, al-Ustadz Luqman juga menjelaskan bahwa keyakinan trinitas bertentangan dengan sila pertama dalam Pancasila. “Akidah trinitas yang meyakini adanya tiga Tuhan (Tuhan Bapak, Tuhan Ibu, Tuhan Anak) adalah keyakinan yang bertentangan dengan akidah Islam, bertentangan dengan Ketuhanan yang Maha Esa. Tidak lagi menjadi Esa ketika dikatakan bahwa di situ ada Tuhan lainnya.”
Berangkat dari Rasa Kepedulian
Kajian semacam ini bukanlah yang pertama kalinya diadakan di Ma’had Minhajul Atsar. Setahun sebelumnya pihak ma’had juga telah mengadakan kajian yang membahas seputar Hukum perayaan Natal dan Tahun Baru berjudul, Jangan Kau Pertaruhkan Akidahmu untuk Nataru.
Maka pada tahun ini, pembahasan kajian lebih ditekankan untuk membangkitkan kepedulian dan kecemburuan kaum muslimin dalam mengingkari kemungkaran ini dengan cara yang terbaik dan penuh hikmah.
“Kemungkaran besar ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengingkarinya. Setidaknya untuk membentengi akidah saudara-saudara kita kaum muslimin, agar tidak jatuh pada suatu kemungkaran besar.” Demikian Ustadz Luqman Baabduh hafizhahullah menjelaskan.
Baca Juga: Artikel Seputar NATARU di Website Minhajul Atsar
Berlangsungnya Kajian Nataru
Kajian Ilmiah ini berlangsung selama 2 sesi. Sesi pertama dimulai setelah salat magrib hingga menjelang isya. Lalu dilanjutkan dengan sesi kedua seusai salat isya hingga pukul 20.00 WIB.
Pada sesi pertama, al-Ustadz Luqman Baabduh banyak menjelaskan dalil-dalil tentang wajibnya ingkar mungkar dan apa saja dampak negatif jika ingkar mungkar tidak dilakukan. Di antaranya beliau membawakan ayat:
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُون كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Orang-orang yang kufur dari Bani Israil telah dilaknat (oleh Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu mereka lakukan.” (QS. al-Maidah: 78)
“Kita tidak ingin mendapat laknat Allah. Kita tidak ingin negeri ini dan bangsa ini mendapat laknat dan murka Allah Tabarak awa Ta’ala ketika kemungkaran itu dibiarkan terus terjadi.” Kata al-Ustadz Luqman usai membawakan ayat di atas.
Hikmah dalam Mengingkari Kemungkaran
Setelah menyebutkan dalil-dalil tentang amar makruf nahi mungkar, al-Ustadz Luqman menjelaskan pula tentang cara yang benar dalam mengingkari kemungkaran ini. Bahwa kita tidak boleh bersikap anarkis, tidak boleh pula diam dari kemungkaran ini dengan dalih toleransi beragama. Justru kita bersikap pertengahan antara ekstrem kanan dan ekstrem kiri.
“Bedakan antara toleransi beragama dengan toleransi antar umat beragama. Kaum Nashara, Kaum Yahudi dan selainnya dari berbagai agama, mereka sebagai manusia, agama Islam yang indah dan suci yang penuh kasih sayang ini mengajarkan untuk kita tidak menzaliminya, tidak mengganggunya, tidak mengambil hartanya.
Kita dalam Islam diajarkan untuk berbuat baik kepada seluruh manusia bahkan seluruh makhluk selain manusia sekali pun, dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Berbuat baik dalam bingkai al-Quran dan Sunnah, berbuat baik kepada manusia walaupun dia kafir.” Demikian Ustadz Luqman menjelaskan keindahan Islam.
“Bukan berarti ketika kita boleh berbuat baik untuk kaum kuffar, kita kemudian dibolehkan untuk memfasilitasi peribadatan mereka atau menghadiri peribadahan mereka, atau mengucapkan selamat, apalagi dukungan terhadap hari-hari perayaan agama mereka.” Lanjut Ustadz asal Bondowoso tersebut memperingatkan dari sikap ekstrem kirinya kaum liberalis.
ٍSesi Kedua Kajian Nataru
Adapun di sesi kedua, kajian lebih fokus membahas terkait Perayaan Tahun Baru. Dimulai dari sejarah perayaan Tahun Baru yang ternyata mengandung unsur penghormatan kepada Dewa tertentu, hingga permasalahan petasan serta hubungannya dengan tahun baru. Tak lupa, al-Ustadz Luqman juga menyebutkan mafsadah yang ditimbulkan dari Perayaan Tahun Baru, semisal pemborosan harta dan melayangnya nyawa sembari membawakan contoh-contohnya.
“Kalau dari penduduk Indonesia yang berjumlah 280 juta, katakan hanya 10% (gak nyampe 20%), 10% dari yang ikut meramaikan dan membeli petasan. 10% dari 280 juta itu adalah 28 juta.
‘Wah, mungkin gak nyampe lah, Ustadz. Mungkin Cuma 5 persennya.’
Mungkin Cuma 5% nya, yakni 14 juta. Kalau 1 orang kita ambil rata-rata 100 ribu rupiah, 1 juta manusia itu sudah (kalau saya tidak salah hitung) sekitar 100 miliar. Kalau 14 juta, 1 koma 4 triliun, jika memang demikian. 1,4 triliun itu bisa senilai dengan anggaran APBD sebuah kabupaten yang mengurus ratusan ribu warganya untuk berbagai kepentingan.
Itu baru urusan petasan. Belum lagi pesta-pesta tahun baru, menyewa hotel.” Dan seterusnya hingga akhir contoh yang dibawakan oleh Ustadz Luqman, yang semestinya jika seorang benar-benar mencintai agama, bangsa, dan negaranya, tentu ia tidak akan ikut-ikutan dalam perayaan Tahun Baru ini.
Mari Bersama Menyebarkan Kajian Nataru
Demikianlah kajian seputar Nataru yang baru saja diselenggarakan di Ma’had Minhajul Atsar. Ilmu yang disampaikan malam itu, laksana lentera yang menerangi gelapnya kebodohan yang marak terjadi di tengah-tengah saudara kita kaum muslimin. Ya, seperti itulah realita yang menimpa sebagian saudara-saudara kita. Mereka butuh perhatian dari orang-orang yang berilmu. Maka mari kita bangkit untuk mengulurkan tangan kepedulian kepada mereka dengan menegakkan amar makruf nahi mungkar.
Selain dihadiri oleh para santri Ma’had Minhajul Atsar Jember dari jenjang Tahfizh sampai jenjang Takhasus begitu pula santriwati, muhadharah ini juga disiarkan secara live di Radio Minhajul Atsar, supaya manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat muslim lebih luas lagi.
Setelah berlalunya muhadharah, rekaman kajian juga di-publish, supaya dapat diputar ulan oleh siapa yang yang tidak sempat mendengarkannya secara live saat berlangsungnya kajian.
Apa yang kami sebutkan di sini hanyalah sebagian kecil dari faedah yang sangat banyak dalam kajian tersebut. Mari kita bersama-sama mendengarnya lalu menyebarkannya kepada siapa saja yang membutuhkan, mulai dari sanak kerabat, rekan kerja, dan orang-orang di sekitar kita.
Asa dan Doa
Andai siapa saja yang mendengarkan kajian ini tersadar lalu mau mengikuti prinsip Islam ini, niscaya biidznillah negara ini akan berkembang di atas bahtera sunnah dengan lentera ilmu. Pertolongan akan senantiasa menyertai, sebagaimana yang Allah janjikan dalam kitab-Nya.
Semoga Allah Taala selalu melimpahkan kepada kita semua hidayah dan rahmat-Nya. Amin.
Penulis: Abdullah al-Atsari Jogja, Takhasus
Artikel Kami: Artikel Tentang NATARU di Website Islam Hari Ini
Link Unduhan Audio
- Audio Kajian Aqidah: Jangan Kau Pertaruhkan Akidahmu Untuk Nataru (Sesi 1)
- Audio Kajian Aqidah: Jangan Kau Pertaruhkan Akidahmu Untuk Nataru (Sesi 2)
- Audio Kajian Aqidah: Ingkar Mungkar, Ayo Segerakan! Nataru di Hadapan Mata (Sesi 1)
- Audio Kajian Aqidah: Ingkar Mungkar, Ayo Segerakan! Nataru di Hadapan Mata (Sesi 2)
Situs Resmi Ma’had Minhajul Atsar: https://www.minhajulatsar.com/
Maasya Alloh… sgt bermanfaat…