Mengasah Hassasiyyah

Gambar. Bila air pasang, jalan menuju rumah ini terendam air. Tim PKL dituntut kepekaannya mengatasi masalah ini. Menurut Anda, bagaimana caranya?

Di antara pelajaran berharga yang bisa kami petik dari PKL adalah mengasah hassasiyah. Hassasiyah jika diartikan sederhana adalah sensitivitas tinggi atau kepekaan.

Jadi, ketika menemukan atau melihat sesuatu, kami dituntut untuk berpikir dan menganalisa sesuatu tersebut, menilai sisi positif dan negatif dari hal tersebut, serta menimbang maslahat dan mafsadah. Jika hal tersebut positif dan baik, maka dipertahankan atau kalau bisa ditingkatkan. Agar hasilnya semakin optimal.

Namun, jika ternyata kurang tepat atau kurang pas, maka berusaha untuk dibenahi. Sehingga, hal-hal negatif yang akan muncul bisa dihindari.

Demikian, kepekaan harus tumbuh di jiwa kami. Kepekaan di bidang apapun; sosial, kerapian, kebersihan dan bidang-bidang lainnya.

Ambil contoh, melihat jam dinding mati. Jiwa harus peka untuk segera membenahinya, menghubungi siapa yang bertanggung-jawab, atau kita sendiri yang memperbaikinya.

Contoh lain, sampah yang berserakan. Jiwa harus peka untuk memungutnya dan memasukkannya ke dalam tempat sampah.

Misalnya juga, ada anak kecil yang melakukan sesuatu yang tidak baik. Jiwa ini harus peka untuk kemudian tergugah, menegur anak itu, menasehati, dan mengarahkan kepada perbuatan yang baik.

Bukan sikap cuek atau acuh tak acuh, atau tidak peduli dengan apa yang ada di sekitar kita.

Teorinya mudah! Tapi, memupuknya dalam jiwa begitu berat dan membutuhkan latihan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Mari, kita asah hassasiyah!

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.