PKL Tarbiyah, momen agar bakat terasah!  

 

Saudaraku rahimakumullah

Syukur akan berbuah baik. Betapa pun sulit keadaan kita, jika kita melihat orang yang di bawah kita ternyata nikmat yang kita dapatkan jauh lebih besar.

Sebagaimana hal ini telah disebutkan oleh baginda nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

انظروا إلى من هو أسقل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم فهو أجدر ألاّ تزدروا نعمة الله عليكم

“Lihatlah oleh kalian yang lebih rendah dari kalian dan janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian karena hal itu akan membuat tidak ridha atas nikmat yang Allah berikan kepada kalian.” muttafaqun alaihi.

Sebuah bimbingan yang begitu menyejukkan, keluar dari lisan makhluk termulia suri tauladannya. Sebagai panutan kita nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam kepada para pengikutnya agar mereka tidak menyepelekan karunia dan rezeki yag Allah berikan.

Pembaca yang budiman…

Pada kesempatan ini, kami akan menyuguhkan secercah kisah yang pernah tercurah dalam perjalanan PKL Tarbiyah yang kami lakukan di Ma’had as-Sunnah Ngawi.

 

 

Di tempat kami PKL, didapati seorang santri yang tampaknya tidak pernah jajan, berbeda dengan teman-teman yang lain. Mereka kerap kali keluar dan membeli cilok, mie ayam dsb. Namun, santri satu ini hanya terdiam bisu di sudut kamar setiap harinya. Akhirnya salah seorang dari tim PKL mengajaknya makan mie ayam pada suatu malam.  Di saat demikian teman kami ini bertanya tentang kondisinya yang seperti itu, “Antum kayaknya gak pernah jajan ya? Kenapa?”. Ya… gak ada uang lah mi! Jawabnya tegas.

Barulah ia meluapkan dan menceritakan kondisinya.

Jangankan untuk jajan, busana muslim yang ia miliki hanya dua helai saja. Itu pun sudah usang dan kekecilan.

Sebenarnya ia sudah lama  meminta kepada ayahnya yang jauh diseberang pulau untuk dibelikan busana muslim baru, namun tahun demi tahun permintaannya belum juga terpenuhi. Berakhirlah ia tetap bersabar dengan keadaaan yang ada. Ya hanya dengan dua busana muslim. masyaAllah.

KISAH LAIN YANG KAMI ALAMI DI SANA…

Malam itu terlihat seorang santri berada di dapur sekitar jam 20.00 WIB, kebetulan hujan mengguyur deras membasahi bumi, sampai atap dapur pun bocor. Meski hujan sudah mulai reda, sisa-sisa air masih saja menetes melalui atap yang bocor tersebut. sehingga air hujan itu mengenai nasi yang berada di atas meja di dapur, ternyata santri tersebut memakan nasi di wadah itu.

 

Ilustrasi Dapur

Salah satu dari kami pun mendekatinya seraya berkata, “antum kenapa makan nasi ini?” saya lapar mi, belum makan! Ujarnya. Sambil menelan nasi tersebut ia menatap temanku dengan tersenyum malu.

Melihat kondisi seperti itu membuat hati ini miris, logikanya jika anak itu  punya uang tentu ia akan membeli lauk dsb. Apalagi lauk di sekitar ma’had murah-murah.

Ada juga seorang santri yang kami hadiahkan jubah “al-haramain” bekas dari kami sebelum kepulangan kami di Ma’had Jember. Pemberian itu membuahkan kegembiraan begitu besar yang ia rasakan ketika kami sampai di Ma’had Jember dan pergi meninggal mereka.

Belum lama kami di Ma’had, anak tersebut menelpon kami dan berterimakasih dari hadiah tersebut. Jazakumullahukhairan mi, jubahnya, seneng biaanget aku mi, he… he…  jubahnya bagus, aku sampe  bingung saking senengnya. ungkapan gembira.

Itulah kata-kata yang keluar dari lisannya, padahal apa yang kami berikan tidaklah seberapa, namun  ia menganggap itu adalah pemberian yang besar.

Ia berkata, “seumur hidup baru kali ini ana pake jubbah al-haramain mi, ya.. Cuma dikasih ami tok.”

Sontak air mata ini menetes haru mendengar penuturan itu. Padahal di Ma’had kami jubbah-jubah begitu banyaknya berserakan, seolah tak bertuan.

Itulah kawan, kita banyak-banyak bersyukur dan melihat orang yang di bawah kita agar rasa syukur itu semakin menghujam dihati kita.

 

PKL SEAKAN CERMIN YANG MEMBONGKAR KEKURANGAN KAMI.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk fisik kalian atau rupa kalian akan tetapi  Allah itu melihat kepada hati-hati kalian.” Riwayat Muslim.

Masih berkisah tentang PKL di bumi Ngawi.

Di antara agenda yang kami canangkan dalam PKL ini ialah berkunjung ke rumah ikhwah, atas dasar itu, pucuk dicinta ulam pun tiba. Kami diundang oleh ikhwah setempat,, sebut saja ami Abu Abdillah. Melihat dari sosok lahiriyahnya beliau adalah orang yang biasa-biasa saja. Sepeda motornya saja hampir-hampir butut. Dengan itulah ia jalani kehidupannya.

Jual beli kambing itulah profesi beliau selama ini. Hari-hari beliau lalui dengan menampakkan wajah ceria dan berseri-seri. Beliau juga murah senyum, supel dan royal. Sangat cocok untuk kami tiru.

Sedikit banyak perbincangan kami dengan beliau sampai ia mengisahkan asam garam kehidupan yang pernah beliau hadapi. Pahit, manis, suka dan duka sebagain warna-warni kehidupan beliau. Perjuangan dan pengorbanan merupakan suatu hal yang tidak bisa dielak.

Subhanallah… terkejut dan malu menyelimuti perasaan kami ketika mendengarkan penuturan beliau. Kami menilai sosok beliau hanya dari penampilannya saja. Namun kenyataannya beliau adalah orang yang telah banyak menghabiskan waktunya untuk membela agama ini. Bahkan sudah banyak pula peran beliau dalam berta’awun untuk dakwah. masyaAllah.

Hal ini membuat kami tersadar, bahwa apa yang kami lakukan ini belum ada 0%nya dari apa yang mereka lakukan. Rona ketawadhuan dan sikap tak suka dipuji seakan menutupi jasa-jasa yang telah mereka abadikan.

Atas dasar ini, menuntut kami untuk lebih banyak lagi intropeksi diri. Terkadang jiwa yang rendah ini acap kali merasa besar dan merasa banyak jasa. Padahal hanya sebatas sebuah ide yang terlontar dalam sebuah musyawarah, itupun mesti ditinjau ulang sisi mashlahat dan mafsadatnya. Wallahu musta’an.

Itulah kawan…

Untuk kita banyak-banyak merenung, intropeksi diri, ternyata sudah banyak orang-orang yang telah mendahului kita dalam kebaikan. Namun mereka seolah-olah bukanlah orang yang berjasa. Karena mereka menutupi semua itu dengan keikhlasan dan takwa. Ini merupakan cermin yang membongkar kekurangan kami.

Di tulis oleh kelas 4 Takhassus Abu Ubaidah Aiman al-Palembangi.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.