Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Pra Kenabian

 

Oleh Wahyu Satria Perawang Takmili

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan di kota Makkah al-Mukarramah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 571 M. Tahun itu dikenal dengan tahun gajah, karena Raja Abrahah al-Habasyi dan bala tentaranya pasukan bergajah yang berasal dari negeri Yaman berusaha merobohkan Ka’bah.

Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan mereka terlebih dahulu, sebagaimana yang Allah kisahkan tentangnya dalam surat al-Fiil.

 

Nasab Beliau

Ayah beliau bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Adnan adalah salah satu putra Ismail bin Ibrahim ‘alaihimas salam. Nasab ayah dan ibu beliau bertemu di Kilab bin Murroh. Ayahnya wafat sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir, oleh karenanya beliau lahir dalam keadaan yatim.

 

Ibu beliau bernama Aminah bintu Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhroh bin Kilab bin Murroh. Tatkala ibunya telah melahirkan beliau, ibunya memanggil kakeknya untuk memberi kabar gembira tentang kelahiran cucunya.

Kemudian Abdul Muthalib menggendong cucunya dan membawanya masuk ke dalam Ka’bah. Abdul Muthalib mendoakannya dan memberi nama Muhammad. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan perkataan Nabi Isa ‘alaihis salam:

وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

“Sebagai berita gembira dengan adanya Rasul yang datang setelahku yang bernama Ahmad.” (QS. Ash-Shaf: 6)

 

Masa Penyusuan        

Di antara kebiasaan para pemuka Quraisy dahulu adalah memberikan anak-anaknya kepada para wanita pedalaman Arab untuk disusui. Tujuannya agar bayi tadi hidup di tempat yang masih segar dan sejuk, sehingga bayi tersebut tumbuh dengan badan yang lebih kuat dan  sehat.

Akhirnya Abdul Muthalib mencarikan ibu susuan untuk cucu tercintanya. Tatkala rombongan wanita Bani Sa’ad yang tinggal di pedalaman Arab mendatangi kota Makkah, mereka mencari bayi yang dapat mereka susui. Di antara para wanita tersebut adalah Halimah as-Sa’diyah.

 

Kemudian rombongan wanita Bani Sa’ad sudah mendapatkan apa yang mereka cari, kecuali Halimah as-Sa’diyah yang belum mendapatkannya, karena tersisa hanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Halimah as-Sa’diyah ragu untuk mengambil bayi ini, karena terlahir dalam keadaan yatim. Akan tetapi Halimah tidak suka kembali ke kampungnya tanpa membawa bayi susuan. Akhirnya Halimah membawa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Tatkala Halimah membawanya, dia mendapatkan banyak berkah dari bayi tersebut. Selama dua tahun masa penyusuan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tumbuh di tengah-tengah Bani Sa’ad.

Ketika telah usai masa penyusuan dua tahun, Halimah berangkat bersama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui ibunya untuk meminta agar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal bersama Halimah sampai beberapa waktu lagi.

 

Peristiwa Pembelahan Dada

Tatkala Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai usia 5 tahun, terjadilah peristiwa pembelahan dada beliau. Malaikat Jibril ‘alaihis salam datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang asyik bermain bersama dua temannya.

Jibril membelah dadanya, kemudian mengeluarkan hatinya dan memisahkan gumpalan darinya. Malaikat Jibril kemudian berkata: “Ini adalah bagian setan dalam dirimu.” Lalu Jibril mencucinya  di sebuah bejana yang terbuat dari emas dengan menggunakan air zam-zam. Setelah itu, mengembalikan hatinya seperti semula.

 

Sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku dahulu pernah melihat bekas jahitan di dada Nabi.”

Tatkala Halimah melihat peristiwa pembelahan dada, dia pun merasa khawatir. Kemudian mengembalikan Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunya.

 

Wafatnya Sang Ibu

Kini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di bawah pengasuhan ibunya, setelah Halimah memulangkannya kepada Aminah. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai usia enam tahun, beliau melakukan safar bersama ibunya dan pembantunya Ummu Aiman ke kota Madinah untuk menziarahi paman-pamannya dari Bani Najjar.

Ketika perjalanan pulang menuju Makkah, ibunya meninggal di sebuah tempat yang bernama al-Abwa. Sebuah tempat yang terletak antara Makkah dan Madinah. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan safarnya menuju Makkah bersama Ummu Aiman, kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib.

 

Nantikan kisah berikutnya tentang kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sarat dengan hikmah, wallahu ‘alam.

Sumber: Modul pelajaran sirah lembaga Takmili Ma’had Minhajul Atsar Jember. 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.