Sundul, tendang, baru susun..!

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Ide yang hanya terpikirkan oleh salah satu panitia liburan mendorong adanya sebuah perlombaan. Perlombaan yang satu ini sama sekali tidak teragendakan dalam kegiatan liburan Syawwal. Dengan semangat dan ciri khas yang ia miliki, ia mampu membangkitkan jiwa-jiwa para santri tahfizh untuk ikut serta dalam perlombaan ini. Sehingga perlomabaan dapat terlaksana dengan seru dan asyik.

 

Permainan apakah ini sebenarnya?

Sundul, tetapi bukan untuk dimasukan ke arah gawang, guna mencetak skor. Tendang, tetapi bukan untuk menjebol penjagaan dari sang kiper, agar skor di papan angka menjadi berubah. Memang yang menjadi target sundulan dan tendangan adalah bola, tetapi bukan bola yang digunakan untuk sepak bola. Bola yang digunakan kali ini adalah bola untuk bermain kasti.

Yaitu bola yang memiliki ciri khas: berwarna hijau, ringan, dapat memantulkan dirinya jika dilempar atau dijatuhkan ke tempat yang keras, serta mampu masuk dalam genggaman tangan, baik itu orang dewasa maupun yang masih berusia remaja.

 

Nama yang berbeda-beda

Di daerah Sumatra, tepatnya di kota Medan, permainan ini dinamakan dengan ‘pecah piring’. Mungkin di daerah lain juga memiliki nama yang sama. Adapun di daerah Jawa, lebih terkenal dengan nama ‘boy’ atau ‘boy-boyan’.

Siapa yang dapat menyusun seluruh pecahan keramik dengan sempurna, maka tim itulah yang keluar sebagai pemenang. Sedangkan yang terkena bola, dianggap ‘mati’. Apabila seluruh orang dari sebuah kelompok terkena bola, maka dengan terpaksa kekalahan harus diterima oleh kelompok tersebut. Di tempat lain ada juga yang menggunakan pecahan genteng, dan semisalnya. Adapun jumlah yang akan disusun berbeda-beda. Ada yang hanya 15 buah, atau tidak jarang ada yang sampai 30 buah, dan ada pula yang mencapai 50, bahkan lebih.

 

Aturan main

Sesuai dengan jumlah yang yang berbeda-beda, cara bermainnya pun juga memiliki beragam cara pula. Di sana terdapat cara, seluruh anggota badan yang terkenai bola maka ia terhitung ‘mati’, kecuali kepala. Sehingga, ia dapat meneruskan permaiann apabila bola mengenai kepalanya. Bahkan dengan menggunakan kepala, ia dapat menghalau bola yang dilemparkan oleh lawan dengan cara disundul. Itu salah satu trik agar orang yang memiliki spesialis menata dapat menyusunnya dengan mudah dan sama sekali tidak khawatir jika akan ada bola yang mengenainya.

Di tempat yang lain, mulai dari bagian lutut sampai ke bawah tidak terhitung ‘mati’. Dengan aturan main yang demikian, bola dapat di tendang sejauh mungkin, supaya orang yang menyusun lebih merasakan aman dan tenang.

 

Pergantian kelompok yang akan menjadi penyusun dan lawannya yang menjaga agar tidak disusun juga memiliki variasi. Di sebagian tempat ada yang menggunakan cara sebagaimana yang telah disebutkan di atas, kelompok yang seluruhnya telah terkena bola, maka terhitung kalah. Ada di tempat lain, yang jika terkena satu saja, langsung bergantian.

Di pondok kita ini, kita menggunakan nama ‘boy-boyan’. Adapun caranya, kepala dan bagian lutut ke bawah tidak terhitung ‘mati’. Sehingga diperbolehkan untuk menyundul, bahkan menendang bola sejauh-jauhnya. Satu kali permainan berdurasi 7 menit. Setiap tim memasang 10 pemain. Pemenangnya adalah tim yang tercepat dalam menyusun seluruh keramik yang berjumlah 30 buah. Adapun kekalahan akan diterima jika seluruh tim terkena bola.

 

Permainan dimulai

“Pancing..!! Pancing..!!” Kata salah seorang yang bertugas menyusun. “Duug..” Bola pun terlempar menjauh dari tempat menyusun akibat sundulan salah seorang di antara mereka. Penyusun segera melakukan tugasnya. Tetapi tak terasa bola itu kembali dengan cepat. “Sini..!! Sini..!!” Ujar salah satu penjaga kepada temannya yang lain.

Bola pun diberikan kepadanya. Sontak orang yang menyusun pun segera berlari untuk menghindari bola. “Buk..!!” Terdengarlah suara bola yang mengenai bagian punggung orang yang berlari tadi. Ia pun dianggap ‘mati’. Teman-temannya pun ikut ‘mati’ satu persatu.

“Ayo kepuuung..!!” Orang yang menyusun hanya tersisa satu. Pengepungan pun berjalan dengan mudah. Padahal keramik yang belum tersusun tersisa sedikit. Tapi apa hal, ia pun akhirnya terkena. Karena lemparan dari salah seorang penjaga yang tidak terlalu bertenaga, maka suara yang dihasilkan juga tidak begitu jelas. Mungkin ia merasa kasihan terhadap lawan yang menjadi penyusun terakhir itu.

 

Tantangan dari panitia

Bi idznillah tim At-Tiin keluar sebagai juara. Rupa-rupanya panitia menantang mereka untuk bermain. Pada permainan pertama, panitia dapat menyelesaikan susunan keramik dalam waktu 4 menit 34 detik. Usaha yang mereka lakukan telah maksimal. Tendangan keras yang dilakukan oleh santri asal Palembang itu mampu membuat bola pergi jauh menuju lantai dua yang melewati tangga masjid bagian selatan.

Mereka pun mulai menyusun. Tak disangka tim At-Tiin mampu mengambil bola tersebut dengan cepat, sehingga susunan belum dapat diselesaikan oleh panitia. Setelah itu ternyata tim At-Tiin menggunakan trik yang sedikit sulit untuk ditembus. Trik tersebut telah dicontohkan tim SAR sebelumnya. Yaitu dengan memagari tempat yang digunakan untuk menyusun sambil mengoper bola dari satu ke yang lain tanpa mengejar orang-orang yang menyusun. Para panitia pun melarang cara yang demikian, karena hal tersebut akan memperlama waktu lawan. Akhirnya panitia berhasil menyusun semua keramik itu. Setelah waktu yang dimiliki oleh panitia dalam menyusun habis, yaitu 7 menit, maka mereka berganti menjadi penjaga.

 

3 menit 14 detik

“Aduuuuuhhh..!!” Ujar santri asal Tegal yang meleset saat melempar salah satu anggota tim At-Tiin. Dengan jarak yang begitu dekat, tidak mencapai 1 meter, entah kenapa lemparannya mengarah ke bawah, sehingga memantul semakin jauh, ia pun berusaha mengejarnya. Tiba-tiba, salah seorang ustadz yang melihat asyik dan serunya permainan ini, tak disangka-sangka menendang bola tersebut ke arah taman bermain.

Memang keberadaan ustadz tersebut yang hanya melihat permainan dari pintu gerbang, sehingga bertepatan dengan mengarahnya bola ke arah beliau. “Sini..!! Sini..!!” Teriak penjaga dari panitia. “Bug..!!” Suara dari salah seorang penyusun yang bagian pahanya sedang terkena bola. Setiap dari anggota tim At-Tiin menjadi buronan.

 

Mereka menjauh dari tempat menyusun guna menghindari lemparan yang cukup keras dari panitia. “Aduuuuuhhh…!!” Lagi-lagi suara dari santri asal Palu yang kali ini gagal dalam menembak sasaran sehingga membuat bola pergi jauh ke arah sakan tahfizh. “Gameeeee..!! Selesaiiiiii…!!” Suara dari tim At-Tiin yang telah selesai dalam menyusun seluruh keramik. Rupa-rupanya, tim at-Tiin dapat menyelesaikan permainan mereka dengan waktu yang lebih cepat.

Para santri tahfizh pun ikut bersorak, mendukung tim At-Tiin. Hanya dengan 3 menit 14 detik mereka mampu menyusun keramik dengan apik.

 

3 menit 20 detik.

Waktu masih tersisa 3 menit lebih. Tim At-Tiin masih memiliki cukup waktu untuk bermain lagi. Akhirnya mereka segera melempar bola terlebih dahulu untuk meruntuhkan keramik yang telah mereka susun. Tak perlu menunggu waktu yang lama. Susunan itu pun runtuh. Mereka segera menyebar, mencari posisi yang tepat untuk memancing para penjaga dari panitia agar melempar bola. “kena..!! kena..!!” ujar santri asal Palu yang telah melempar Zuhair asal Kendari dengan cukup keras.

“Nggak…!! Nggaaaakkk..!!” Tutur panitia dan sebagian santri yang melihat bola tersebut hanya mengenai baju Zuhair yang ditandai dengan sejajar lurusnya bola yang terlempar. Di tempat lain mungkin ada yang jika bajunya lebih dominan terkena, maka ia dianggap ‘mati’.

 

Bola yang meleset tersebut coba mereka tendang. Mereka pun mulai menyusun satu-persatu keramik tersebut. “Ayo cepat ambilll…!!” Ujar panitia. Tak terasa bola itu telah sampai ke tempat menyusun. Karena bola tersebut tidak terlempar terlalu jauh. “Jangan sambil lari mas kalau sedang membawa bola..!!” Ingat panitia kepada panitia yang sedang bermain. “Kena..!!” dengan raut wajah yang pasrah, salah satu tim At-Tiin harus terkena bola yang telah ditempelkan ke tubuhnya.

Di sana juga ada aturan main yang harus dilempar ketika hendak membuat lawannya ‘mati’.  “Aduuuuuuhhh..!!” suara yang sama dari santri asal Palu itu terdengar kembali setelah melempar bola ke arah masjid. Inginnya mengincar Zuhair, qoddarullah meleset. Memang, jika telah menggenggam bola, rasanya ingin segera melepas bola tersebut dengan sekencang-kencangnya. “Selesaaaaiiiii….!!” Ujar tim At-Tiin dan sebagian santri. Lagi-lagi mereka berhasil menyusun lebih cepat dari panitia, 3 menit 20 detik. Masya Allah! Dua kali selesai dalam satu kali permainan.

 

Saatnya panitia membalas kekalahan

Di manapun, seringnya panitia pasti menang. Apapun caranya dan bagaimanapun keadaaanya. Babak berikutnya dimulai. “Jujur saja.. ana baru pertama kali main permainan ini..” Tendangan dari salah satu panitia yang tuturnya baru pertama kali bermain permainan ini mampu membuat tim At-Tiin kewalahan.

Tendangan santri asal Banjar tersebut begitu jauh melambung sampai ke ujung taman bermain, yaitu di tempat gazebo terbaik berada. Bi idznillah, dengan waktu yang fantastis panitia mampu menyelesaikan susunan keramik itu, 47 detik!! Permainan pun diselesaikan karena waktu telah mendekati azan zhuhur. Ya, panitia dinyatakan sebagai pemenang oleh panitia sendiri. Alhamdulillah perlombaan dan permainan pada hari Rabu, 7 Syawwal berjalan dengan lancar.

 

Khatimatul kalam

Semoga Allah Ta’ala mengkaruniakan semangat yang membara kepada seluruh santri salafiyyin di dalam mencari ilmu agama ini, sehingga mereka dapat meneruskan estafet dakwah salafiyyah ini. Semoga Allah Ta’ala juga memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada pemerintah dan seluruh penerus bangsa Indonesia ini, sehingga mereka dapat menegakan kalimat tauhid di muka bumi ini. Kabulkanlah ya Allah.. sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemberi Rizki dan Maha Pemberi Hidayah..dan Engkau sesungguhnya adalah Maha Mampu atas segala sesuatu..

 

(Gambar terakhir ini adalah gambar saat susunan keramik miring kemudian akan terjatuh..)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.