Syarat-Syarat Jual Beli
Diantar syarat-syarat jual beli adalah sebagai berikut:
- Keridhaan (suka sama suka) kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama-suka di antara kalian” (an-Nisa’:29).
- Pedangang dan pembeli haruslah orang yang bisa memanfaatkan harta, yaitu orang yang sudah balig, berakal, bukan budak dan rasyid (memahami jual beli).
- Penjual haruslah pemilik barang yang dijual, atau dia merupakan wakil dari pemilik barang; seperti penerima wasiat, agen dll. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (artinya), “Janganlah kau menjual apa yang bukan milikmu!” (HR. Ahmad no3/402 dan Abu Dawud no. 3503 dan lainnya).
- Barang yang dijual adalah barang yang boleh digunakan (diambil manfaatnya) secara syari’at. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (artinya), “Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli bangkai, babi dan patung.” (HR. Muttafaqun Alaihi)
- Barang yang dijual adalah barang yang bisa diserahkan kepada pembeli. Karena sesuatu yang tidak bisa diserahkan seperti barang yang tidak ada. Contoh: Menjual ikan yang masih di air (belum ditangkap), maka jual belinya tidak sah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu (artinya), “Rasulullahu shallallahu alaihi wasallam melarang dari jual beli gharar (barang yang tidak jelas).” (HR. Muslim no. 1513).
- Barang yang dijual adalah sesuatu yang sudah diketahui bersama oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli), baik dengan melihat, menyaksikan atau menyebutkan ciri-ciri barang tersebut.
- Harga barang yang dijual belikan diketahui bersama dengan bilangan nominal tertentu.
Diringkas dari kitab al-Fiqh al-Muyassar
