Terasing di Negeri Sendiri

Oleh Hudzaifah at-Tamimi Tahfizh Mutawassith

 

Bersyukurlah teruntuk para santri yang masih menghirup sejuknya nuansa pesantren. Para santri yang masih dapat bersua dengan majelis ilmu, bersaing untuk meraup sebanyak banyaknya warisan Nabi. Walau ancaman dan serangan terus mengintai, tetapi mereka selalu mendapat arahan, motivasi dan dukungan.

Beda ceritanya dengan mereka yang tinggal seorang diri. Jauh dari saudara seiman yang sama sama menjunjung tinggi sunnah Nabi. Setiap hari pasti datang cobaan dan rintangan, hujatan juga makian.

Namun, demikianlah sunnatullah. Islam datang dalam keadaan terasing dan tidak dikenal oleh manusia, hingga suatu saat Islam menjadi jaya dan tersohor mulia. Kemudian di penghujung zaman, Islam akan kembali asing seperti sedia kala.

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam itu datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal kali munculnya. Maka beruntunglah orang orang yang terasing.” (H.R Muslim dari shahabat Abu Hurairah)

Beberapa Ulama pakar hadis menambahkan pada jalur periwayatan yang lainnya:

قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنِ الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ: الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

“ Ditanyakan kepada Nabi, “Wahai rasulullah, siapakah mereka yang terasing itu?.” Maka Nabi menjawab: “ Mereka adalah orang orang yang mengadakan perbaikan dikala manusia sudah rusak (agamanya).”

Al Allamah Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menjelaskan hadis diatas,

الذين يصلحون عند فساد الناس، إذا تغيرت الأحوال والتبست الأمور وقل أهل الخير ثبتوا هم على الحق واستقاموا على دين الله ووحدوا الله وأخلصوا له العبادة واستقاموا على الصلاة والزكاة والصيام والحج وسائر أمور الدين، هؤلاء هم الغرباء

“Saat manusia sudah berubah dan banyak urusan yang menjadi kacau balau, sementara orang yang baik kala itu sangat sedikit, mereka tetap mampu untuk kokoh menjalani kebenaran dan istiqamah di atas agama Allah. Mereka juga selalu mentauhidkan Allah dan tetap mengikhlaskan (seluruh amalan) hanya untuk-Nya. Mereka akan selalu teguh untuk tetap menjalankan shalat, zakat, puasa, haji dan semua perintah agama. Mereka itulah yang dijuluki dengan orang asing.” (Fatawa Nur ‘alad Darb)

Maka, berbahagialah orang yang terasing!

Keberuntungan bagi orang yang terasing berupa keberuntungan dan kebahagiaan di Jannah yang kekal abadi. Sungguh, janji Allah yang benar benar nyata.

Wallahu a’lam

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.