10 Sunnah Ketika Berwudu, Lengkap dengan Dalilnya

 

Oleh Muhammad Sukoharjo, Takmili

 

Para pemabaca rahimakumullah, dalam kesempatan ini, kami ingin sedikit menyampaikan tentang sunnah-sunnah yang sepantasnya dijaga oleh setiap muslim ketika dia berwudu. Dengan harapan tercapainya kesempurnaan amalan wudu tersebut. Karena kita tahu bersama bahwa amalan sunnah merupakan peneyempurna bagi amalan yang wajib.

Adapun sunnah-sunnah tersebut antara lain adalah:

 

Sunnah Pertama

  1. Bersiwak

Hal ini berdasarkan hadis dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْلا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي، لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ

“Kalau saja bukan karena khawatir akan memberatan umatku, maka pasti aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak salat.” (HR. Ahmad no. 607)

 

Pada riwayat lain dengan lafazh:

لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ

Maka pasti aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudu.”

Dan pada riwayat al-Bukhari secara mu’allaq:

لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ

Maka pasti aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak berwudu.”

 

Sunnah Kedua

  1. Membaca ‘bismillah’ sebelum wudu.

Hal ini berdasarkan hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا وُضُوءَ لَهُ، وَلَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ

“Tidak ada salat (tidak sah salatnya -pent.) bagi orang yang tidak berwudu dan tidak ada wudu (tidak sempurna wudunya -pent.) bagi orang yang tidak menyebut nama Allah dalam wudunya.” (HR. Ahmad no. 9418, Abu Dawud no. 101, dan Ibnu Majah no. 398, dan hadis ini adalah hadis yang hasan).

 

Sunnah Ketiga

  1. Membasuh kedua telapak tangan di awal wudu.

Seseorang membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali dengan menyela-nyela jari-jemarinya menggunakan air dari bejana (jika dia berwudu dengan menggunakan air bejana -pent.). Hal ini sebagaimana ketika sahabat Utsman radhiyallahu ‘anhu menggambarkan tata cara wudu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata:

دَعَا بِالمَاءِ فَأَفرَغَ عَلَى كَفَّيهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَغَسَلَهُمَا ثُمَّ أَدخَلَ يَدَه فِي الإِنَاءِ

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta air, lalu menuangnya ke telapak tangan sebanyak tiga kali, kemudian membasuhnya dan memasukkan tangannya ke dalam bejana.” (Muttafaun ‘alaihi)

 

Sunnah Keempat

  1. Bersungguh-sungguh dalam madmadhah (kumur-kumur). Masuk juga dalam hal ini istinsyaq (memasukkan air ke hidung) dan istintsar (mengeluarkan air dari hidung). Bersungguh-sungguh pada keduanya (berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung) selagi tidak berpuasa.

Hal ini berdasarkan tata cara wudu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ، إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا

“Dan bersungguh-sungguhlah dalam memasukkan air ke dalam hidung, kecuali jika engkau sedang berpuasa.” (HR. Abu Dawud no. 142, At-Tirmidzi no. 788, Ibnu Majah no. 407, An-Nasai no. 87, disahihkan oleh At-Tirmidzi)

 

Sunnah Kelima

  1. Menyela-nyela jenggot yang lebat.

Hal ini berdasarkan hadis dari sahabat Utsman radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كَانَ يُخَلِّلُ لِحيَتَهُ

“Dahulu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyela-nyela jenggot beliau.” (Berkata Imam At-Tirmidzi, “Ini adalah hadis hasan sahih.” Imam Bukhari berkata, “Hadis ini termasuk yang tersahih di bab ini)

 

Sunnah Keenam

  1. Menyela-nyela jari jemari kedua tangan dan kaki.

Berdasarkan hadis dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَوَضَّأْتَ فَخَلِّلْ أَصَابِعَ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكَ

“Apabila engkau berwudu, maka hendaknya engkau menyela-nyela jari-jemari tanganmu dan kakimu.” (HR. Al-Hakim no. 648)

Dan juga berdasarkan hadis dari sahabat Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah menyela-nyela jari-jemari kakinya dengan kelingking beliau (ketika berwudu).” (HR. Al-Khamsah, kecuali Imam Ahmad)

 

Sunnah Ketujuh

  1. Mendahulukan anggota wudu yang kanan.

Maksudnya adalah memulai untuk membasuh tangan dan kaki dari yang kanan terlebih dahulu sebelum yang kiri. Hal tersebut berdasarkan hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suka untuk mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusan beliau.” (Muttafaqun ‘alaih)

 

Sunnah Kedelapan

  1. Membasuh anggota wudu lebih dari sekali.

Satu kali basuhan pada wudu hukumnya adalah wajib, adapun basuhan yang kedua dan ketiga, maka hukumnya sunnah. Hal tersebut berdasarkan hadis dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhum dia berkata:

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُهُ عَنِ الْوُضُوءِ؟ فَأَرَاهُ ثَلَاثًا، ثَلَاثًا قَالَ: ” هَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَسَاءَ، وَتَعَدَّى، وَظَلَمَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi oleh seorang Arab badui, dia bertanya tentang wudu. Maka aku melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membasuh anggota wudunya tiga kali tiga kali, kemudian beliau bersabda, “Demikianlah wudu, barang siapa yang menambahnya -dari apa yang aku contohkan- maka dia telah berbuat jelek, melampaui batas, dan telah berbuat zalim.” (HR. Ahmad no. 6684)

Dan juga berdasarkan hadis dari sahabat Utsman radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berwudu, beliau membasuh anggotanya tiga kali-tiga kali.” (HR. Ahmad no. 403)

 

Sunnah Kesembilan

  1. Membaca doa dan zikir setelah selesai wudu.

Hal ini berdasarkan hadis Umar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudu, lalu menyempurnakan wudunya, kemudian mengucapkan doa:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ

‘Aku besaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.’ Kecuali akan dibukakan untuknya delapan pintu surga yang bisa ia masuki sesuai kehendaknya.” (HR. Muslim)

 

Sunnah Kesepuluh

  1. Menghemat air.

Hal ini didasari dengan hadis dari sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati Saad yang sedang berwudu, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا هَذَا السَّرَفُ يَا سَعْدُ؟ قَالَ: أَفِي الْوُضُوءِ سَرَفٌ ؟ قَالَ: ” نَعَمْ، وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهْرٍ جَارٍ

“Apa-apaan ini, engkau telah melampaui batas wahai Saad?!” Maka Saad bertanya, “Apakah ada perbuatan melampoi batas pada wudu?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, walaupun engkau berwudu di sungai yang mengalir.” (HR. Ahmad no. 7066).

Dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menjadi penjelas untuk hadis di atas tadi, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

هَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَسَاءَ، وَتَعَدَّى، وَظَلَمَ

“Demikianlah wudu, barang siapa yang menambahnya -dari apa yang aku contohkan- maka dia telah berbuat jelek, melampaui batas dan telah berbuat zalim.”

 

Akhir Kata Penutup   

Demikianlah sunnah-sunnah wudu yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga Allah memeberikan kita taufik-Nya untuk bisa beramal dengannya, dengan harapan akan menambah kesempurnaan pahala wudu kita. Wa shallallahu wa sallama wa baaraka ‘ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbih.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.