Wahai pemuda, manfaatkan waktumu dengan sebaik-baiknya!

Fatwa Syaikh ‘Abdul ’Aziz bin Baz rahimahullah.

 

Pertanyaan:

Bagaimana kita mengarahkan para pemuda agar bisa menggunakan semua waktunya untuk meraih keridhaan Allah baik berupa ucapan maupun amalan? Sebagai tambahan, di sana ada pihak-pihak yang menyanggah hal ini, dimana mereka beralasan bahwa:

“Tidak harus setiap saat kita mengurus hal-hal yang berbau agama.”

Atau:

“Kehidupan ini tidak mesti semuanya kita isi dengan agama.”

Mereka membedakan antara agama dan dunia. Maka bagaimana arahan dari Antum wahai yang mulia?

 

Jawaban:

Nasehat adalah sesuatu yang sangat dituntut, apakah itu diperuntukkan bagi pemuda atau selain pemuda. Dikarenakan jika nasehat sudah diabaikan, niscaya hati ini akan dikuasai hawa nafsu, cenderung tergesa-gesa, senang santai, dan suka menuruti gejolak jiwa.

Ibarat cambuk, nasehat itu melecut semangat seorang insan untuk berbuat kebajikan, melunakkan hati, dan mengingatkan kepada akhirat. Sehingga yang namanya nasehat, arahan, dan wejangan merupakan kebutuhan primer. Jikalau sirna semua itu, maka kehidupan pun akan dipenuhi kelalaian serta hawa nafsu.

 

Oleh karena itu Allah mensyariatkan dan menghasung untuk melakukan at-Tadzkir (memberi peringatan), Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

{وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ} [الذاريات:55]

“Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi kaum mukminin.” (QS. Adz-Dzariyat: 55)

Dan firman-Nya,

{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ} [الغاشية:21]

“Dan berilah peringatan, engkau tidak lain hanyalah sebagai pemberi peringatan.” (QS. Al-Ghasyiah: 21)

{فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى} [الأعلى:9]

“Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat.” (QS. Al-A’la: 9)

{وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا ۝ وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا ۝ وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا} [النساء:66- 68]

“Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan dengan demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti kami tunjukkan kepada mereka jalan yang lurus. ” (QS. An-Nisa’: 66-68)

 

Mengambil pelajaran dan memberi peringatan merupakan dua hal yang memiliki kebaikan serta manfaat nan melimpah. Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

«الدِّين النَّصيحة»

“Agama itu seluruhnya nasehat.”

Beliau mengulanginya sebanyak 3X, kemudian para sahabat bertanya: “Nasehat untuk siapa wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab,

«لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامَّتهم» [رواه مسلمٌ]

“Nasehat bagi Allah, kitab suci-Nya, Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin beserta rakyatnya.” (HR. Muslim)

 

Beliau menyebutkan demikian tanpa mengulangi. Tetapi disebutkan dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Imam Abu Daud dan selainnya bahwa Nabi mengulangi sabda beliau tersebut, yang menunjukkan akan sangat urgensinya perkara ini.

Nasehat itu sangat penting dan harus dilakukan. Namun mau tidak mau mesti ada bagian dari nasehat yang diabaikan. Dikisahkan dalam sebuah hadits, bahwasanya sahabat Hanzhalah mengadu kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, aku telah menjadi munafik.”

Rasulullah lalu bertanya,

«لم ذاك؟!»

“Apa yang menyebabkan demikian.”

Hanzhalah menjawab: “Ketika kami berada di sisi engkau, engkau selalu mengingatkan kami tentang surga/akhirat. Hingga seakan-akan kami menyaksikannya langsung dengan mata kepala kami. Hati kami pun menjadi lembut. Lalu ketika kita berpisah, kami berkumpul dan bersenda gurau bersama istri serta anak-anak kami. Dan kami disibukkan dengan perkebunan kami. Akibatnya banyak dari nasehat darimu yang kami lupakan.”

Rasulullah pun bersabda,

«لو أنَّكم تدومون على ما تكونون عندي لصافحتكم الملائكةُ في طرقاتكم، وعلى فُرشكم، ولكن يا حنظلة ساعة وساعة»

“Kalau seandainya semua nasehat yang aku sampaikan kepada kalian terus menetap di hati kalian (tidak terlupakan sama sekali), niscaya rombongan malaikat takan berhenti menjabat tangan kalian di jalanan dan tempat tidur kalian.

Namun wahai Hanzhalah, sa’ah sa’ah (ada waktunya untuk urusan akhirat, dan ada waktunya untuk urusan dunia).”

 

Kesibukan duniawi mau tidak mau selalu ada, mulai dari mencari rezeki, bergaul bersama sanak famili, perniagaan jual beli, dan seterusnya.

Waktu yang diisi untuk mencari rezeki dan duduk bercanda bersama keluarga terhitung menghabiskan waktu yang samasekali tidak membahayakan seorang hamba, selama si hamba tidak melakukan dosa disana, selama urusan-urusan tersebut tidak dicampuri dengan perbuatan haram, seperti: ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), berdusta, persaksian palsu, dan semua perbuatan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Adapun berdakwah kepada Allah, memberi peringatan, menasehati, dan berupaya untuk selalu menjaga waktu, ini semua adalah hal yang diperintahkan agama.

Namun bersamaan dengan itu, manusia juga memiliki kebutuhan yang harus mengorbankan waktu. Dan ini tidaklah mengapa, bahkan terkadang itu akan membantunya meraih kebaikan akhirat.

 

Oleh karenanya lah Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

«ولكن ساعة وساعة»

“Akan tetapi, sa’ah sa’ah.”

Artinya: Satu bagian waktu untuk agama, beramal, dan berupaya meraih pahala. Dan bagian waktu lainnya untuk dunia dengan beragam jenisnya, mulai dari perdagangan, pertanian, dan hal-hal yang dilakukan bersama keluarga dan anak-anak. Allahul Musta’an.

 

? Sumber: Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah dari situs resmi beliau https://binbaz.org.sa/

 

✍️ Terjemah oleh Abdul Halim Perawang.

 

 

 

 

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.