Agar Kita Semakin Bersabar

 

Oleh al-Faruq Syaiful Islam, Gresik

 

Sungguh tidak ada jalan terbaik saat kita tertimpa musibah dan fitnah kecuali dengan bersabar. Sampai Allah Azza wa Jalla menjanjikan pahala yang tiada terbatas untuk orang-orang yang sabar. Allah subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang tercukupi pahala mereka tanpa batas.”(Qs. Az-Zumar: 10)

Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman,

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl: 96)

 

Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya untuk bersabar dan istikamah di atas kesabaran. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Berkata as-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’di rahiamahullah menjelaskan ayat di atas, “Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mendorong mereka untuk menempuh jalan yang mengantarkan mereka kepada kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan. Bahwa jalan yang mengantarakan kepada hal tersebut ialah selalu bersabar, yang hakikatnya adalah menahan jiwa dari apa yang ia benci. Dengan meninggalkan segala kemaksiatan kepada Allah dan bersabar terhadap segala musibah yang menimpa. Bersabar atas kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan yang berat bagi jiwa untuk menunaikannya.

Allah memerintahkan mereka untuk bersabar atas hal tersebut. Dan al-mushabarah ialah selalu konsisten di atas kesabaran.”

 

Hikmah yang Allah Tetapkan

Sungguh di antara hikmah Allah yang sempurna adalah, Allah Azza wa Jalla menjadikan bagi setiap nabi dan ulama, musuh dan para pengekor hawa nafsu. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Qs. Al-An’am: 112)

Dalam ayat di atas Allah Ta’ala menjelaskan bahwa Allah Ta’ala menjadikan bagi setiap para nabi itu musuh. Para ulama juga masuk dalam ayat ini sebagaimana yang tersebut dalam Tafsir ath-Thabari jilid 12 halaman ke 51. Namun tidaklah itu semua Allah takdirkan, melainkan memiliki hikmah yang sangat agung. Di antaranya;

 

Hikmah yang Pertama

Bahwa ujian tersebut dalam rangka menjelaskan kebenaran dan menampakkannya. Sebagaimana yang kata Syaikh as-Si’di dalam tafsirnya ketika beliau menafsirkan ayat 112 dan 113 dalam surat al-An’am,

“Di antara hikmah darinya ialah, bahwa ujian tersebut sebagai penjelas bagi kebenaran, dan menampakkannya. Karena kebenaran akan bersinar terang dan semakin jelas jika ada kebatilan yang memeranginya dan menentangnya. Oleh karena itu kebatilan tersebut akan semakin jelas dengan adanya dalil kebenaran. Kebatilan menjadi saksi atas jujurnya kebenaran tersebut dan kejelasannya, serta rusaknya kebatilan tersebut dan ketidak benarannya. Yang ini adalah termasuk tujuan utama yang paling dituntut, yang agar orang–orang saling berlomba padanya”. (Tafsir As-Si’dy hal: 239)

 

Hikmah yang Kedua

Sebagaimana yang kata Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah,

لَولاَ هَذَا الاِبتِلاَءُ وَالاِمتِحَانُ لَمَا ظَهَرَ فَضلُ الصَّبرِ وَالرِّضَا والتوكُّل والجِهَاد والعِفَّة والشَّجَاعَة والحِلم والعَفوِ والصَّفح وَاللهُ سُبْحَانَهُ يُحِبُّ أَنْ يُكْرِمَ أَوْلِيَاءَهُ بِهَذِهِ الْكَمَالَاتِ وَيُحِبُّ ظُهُورَهَا عَلَيْهِمْ لِيُثْنِيَ بِهَا عَلَيْهِمْ هُوَ وَمَلَائِكَتُهُ وَيَنَالُوا بِاتِّصَافِهِمْ بِهَا غَايَةَ الْكَرَامَةِ وَاللَّذَّةِ وَالسُّرُورِ وَإِنْ كَانَتْ مُرَّةَ الْمَبَادِئِ فَلَا أَحْلَى مِنْ عَوَاقِبِهَا!

“Kalaulah sekiranya bukan karena ujian dan cobaan, niscaya tidak akan tampak keutamaan sabar, rida, tawakal, jihad, menjaga diri, keberanian, kesantunan, sikap saling memaafkan, dan melapangkan.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala senang untuk memuliakan para walinya dengan sifat-sifat sempurna seperti ini. Dia senang menampakkan sifat kesempurnaan tersebut atas mereka, agar Allah beserta para malaikatnya memuji mereka karena sifat kesempurnaan yang ada pada mereka.

Sehingga mereka mendapatkan puncak kemuliaan, kelezatan dan kebahagiaan dengan sifat kesempurnaan yang ada pada mereka. Walaupun pada awalnya pahit, namun tiada yang lebih manis dari hasil akhirnya!”. (Syifaaul ‘Alil hal: 244)

 

Hikmah yang Ketiga

Allah Subhaanahu wa Ta’ala ingin menampakkan keutamaan orang tersebut atas yang lainnya. Sebagaimana kata seorang penyair,

وإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشرَ فَضِيلَةِ … طُوِيَت أَتَاحَ لَهَا لِسَانُ حَسُودِ

Jika Allah ingin menampakkan kutamaan seseorang

Niscaya Allah akan membukanya dari lisan orang yang hasad

 

Mereka yang Telah Diuji

Kita telah sering mendengar kisah-kisah para nabi dan ulama, yang mereka diuji dengan berbagai ujian dan cobaan. Seperti nabi Ayyub ‘alaihissalam, yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat menjijikkan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diuji dengan kaumnya sampai beliau dilempari batu oleh mereka, hinga berdarah kaki beliau yang mulia.

Tak ketinggalan juga para ulama, mereka diuji dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Seperti Imam Ahmad bin Hanbal, beliau diuji dengan pemerintah yang waktu itu berada di atas akidah Jahmiah, menterinya pun salah seorang pembesar Jahmiah. Beliau dipaksa untuk meyakini al-Quran adalah makhluq, sampai dimasukkan dalam penjara, dicambuk dan lain sebagainya. Namun itu semua tak menggoyahkan beliau untuk selalu di atas kebenaran, meyakini al-Quran adalah kalamullah ghairu makhluq.

 

Di antaranya juga ialah Syaikhul Islam rahimahullah, beliau mendapat ujian dengan berbagai kelompok sesat sampai beliau sering bolak balik masuk penjara. Hingga akhirnya beliau meninggal di penjara dalam keadaan terzalimi rahimahumullah .

Dan masih banyak lagi mereka yang telah Allah uji, semestinya bagi kita untuk membaca kisah-kisah mereka yang menggugah jiwa untuk bersabar.

 

Nasehat Penutup

Sebagai pentup kami akan membawakan untaian nasehat yang sangat indah dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah,

وَأَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْحَدِيثِ فَمَا يُعْلَمُ أَحَدٌ مِنْ عُلَمَائِهِمْ وَلَا صَالِحِ عَامَّتِهِمْ رَجَعَ قَطُّ عَنْ قَوْلِهِ وَاعْتِقَادِهِ بَلْ هُمْ أَعْظَمُ النَّاسِ صَبْرًا عَلَى ذَلِكَ وَإِنْ اُمْتُحِنُوا بِأَنْوَاعِ الْمِحَنِ وَفُتِنُوا بِأَنْوَاعِ الْفِتَنِ وَهَذِهِ حَالُ الْأَنْبِيَاءِ وَأَتْبَاعِهِمْ مِنْ الْمُتَقَدِّمِينَ كَأَهْلِ الْأُخْدُودِ وَنَحْوِهِمْ وَكَسَلَفِ هَذِهِ الْأُمَّةِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَغَيْرِهِمْ مِنْ الْأَئِمَّةِ

“Adapun ahlus sunnah dan ahlul hadits, tidak  ada sedikit pun dari mereka (baik ulamanya atau orang salehnya) yang berhenti dari perkataan dan keyakinannya. Bahkan mereka adalah orang yang paling kuat kesabarannya, walaupun mereka mendapat berbagai ujian, dan memperoleh berbagai fitnah. Maka ini adalah keadaan para nabi dan pengikutnya dari orang-orang yang telah lalu, seperti ashhabul ukhdud dan semisalnya. Begitu pula orang yang terdahulu dari umat ini seperti para sahabat, tabi’in dan yang selainnya dari kalangan ulama umat ini .”(Majmu’ fatawa 4/50)

Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan menjadi amal saleh di sisi-Nya. Amin.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.