Menyabarkan Diri di Tengah Pandemi (Curahan Hati Seorang Wali Santri)

 

Sudah 7 bulan lebih tidak terasa kita berada dalam pandemi virus Covid 19. Banyak hal yang berubah karena pandemi ini. Salah satunya adalah sudah sekian lama ana tidak bisa menghadiri majelis ilmu secara langsung. Masih terngiang di telinga nasehat para asatidzah untuk semangat mendatangi majelis ilmu. Qodarullah, untuk sementara kenikmatan tersebut Allah cabut. Semoga Allah segera mengembalikan kenikmatan itu.

Dalam kurun waktu itu pula ana tidak bisa bertemu dengan kedua anak ana yg belajar menuntut ilmu di Ma’had Minhajul Atsar Jember. Dan ini merupakan amanah dan imbauan dari Pemerintah terhadap para wali santri, yaitu untuk tidak menjenguk putra-putrinya di pondok. Bahkan dengan anak ana yang pertama ana sudah tidak bertemu lebih dari 1 tahun karena anak ana dikirim ke salah satu ma’had ahlusunnah yang ada di Sumatra untuk tugas tarbiyah. Alhamdulillah, atas izin Allah sekarang mereka sudah berkumpul di Ma’had Minhajul Atsar Jember.

Besar rasa syukur ana, kedua anak ana berada di tempat yang sangat baik. Dimana mereka berdua tetap bisa menjalani hari-harinya dengan menuntut ilmu, murajaah hafalan al-Qur’an, mempelajari hadits Nabi dan sekian banyak amalan saleh lainnya. Yang dengan itu semua hati akan menjadi hidup dan tidak gersang karena kosongnya dari ilmu agama.

Selama kurun waktu tersebut ana terus berhubungan dengan keduanya melalui telepon. Awalnya memang terasa berat tidak bisa bertemu tetapi mengingat banyak sekali kenikmatan yang didapat kedua anak ana maka rasa rindu itu ana tepis. Digantikan rasa syukur yang senantiasa terucap dari hati dan lisan ana. Ana menyadari kalau mereka berada di tempat teraman bagi anak ana, baik secara fisik dan maknawi mereka.

Ana merasa sangat bahagia karena biidznillah perubahan keduanya ke arah kebaikan dan semakin dewasa dalam bersikap. Mereka memudahkan kami, abah dan ummahnya, untuk melawan rasa rindu yang ada dalam hati. Dari cerita-cerita mereka yg ana tangkap keduanya, Insyaallah ikhlas dan ridha dengan kondisi yang ada sekarang. Bahkan terkadang ada perkataan mereka yang bisa ana ambil faedah darinya. Meskipun terkadang ana juga merasakan mereka tidak bisa menutupi rindu mereka untuk bisa pulang ke rumah untuk berjumpa dengan adik-adik mereka. Tetapi mereka bisa menutupi hal ini bahkan mereka bisa bersabar dengan kondisi ini dan bisa menyabarkan kami sekeluarga. Semoga Allah segera mempertemukan kami. Amiin.

Merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar yaitu kedua anak ana bisa tetap belajar dengan sistem tatap muka dan bukan dengan sistem daring. Dengan pembelajaran secara tatap muka ini akan lebih berkualitas hasilnya dari pada secara daring. Anak-anak akan lebih bersemangat dalam belajar karena bisa belajar bersama teman-temannya dan berhadapan dengan ustadznya secara langsung.

Ana sangat berat membayangkan jika kedua anak ana harus berbulan-bulan berada di luar mahad. Mungkin sehari dua hari sepekan dua pekan merasa senang bisa bertemu dan melepas rindu. Tetapi kalau sampai berbulan-bulan ?? Wallahul musta’an. Sangat berat untuk perkembangan adab, akhlak dan aqidah mereka. Usia mereka merupakan usia rawan yaitu pada tahapan dimana mereka sedang mencari jati diri. Insyaallah di mahad lah tempat yg paling tepat untuk mereka. Mereka akan terbimbing secara benar dan terjaga adab, akhlak dan aqidah mereka.

Akhlak dan adab sangat dibutuhkan oleh seorang thalibul ilmu karena hal ini akan menghiasi ilmu yg ada padanya. Oleh karena itu ana berpesan kepada kedua anak ana, “Nak, jaga adab dan akhlakmu ya. Turuti nasehat ustadz dan musyrif kalian! Kita sama-sama berjuang dan terus berdoa agar Allah segera mengangkat semua wabah ini.”

Ana merasa kemampuan ana dalam mendidik mereka masih sangat kurang apabila mereka harus berada di rumah saat ini. Walhamdulillah, Allah mudahkan mereka untuk bisa belajar di Ma’had Minhajul Atsar Jember. Ana hanya bisa mengucap rasa syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada pihak ma’had.

Jazakumullahu khairan kepada segenap asatidzah dan pengurus Ma’had Minhajul Atsar Jember atas segala usaha dan bimbingannya sehingga tetap bisa mempertahankan para santri untuk tetap mondok.

Semoga Allah melindungi kita semua dari segala fitnah yang tampak maupun tersembunyi dan memberikan istiqamah ketetapan di atas al-Haq kepada kita semua.

Semoga Allah segera mengangkat wabah ini dari negeri kita dan kita kembali bertemu dalam majelis ilmu.

Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yg bisa mengambil pelajaran dari musibah ini. Bersabarlah wahai saudaraku!!

 

Jember, 13 Rabi’ul Awwal 1442 H/30 Oktober 2020

 

Abu Rifqi Andika Wijaya

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.