Beriman terhadap adanya jembatan

 

Oleh Iqbal Hamdani Aceh 2B Takhasus

 

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, setiap muslim sejati tidak hanya mentauhidkan Allah Ta’ala semata, akan tetapi ia meyakini berita-berita yang telah disampaikan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)

“Dan tidaklah yang diucapkan (Muhammad) dari (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [QS. An-Najm: 3-4]

Salah satu berita yang beliau shallallahu ‘alahi wa sallam sampaikan bersifat ghoib (tidak tampak) ialah ash-Shirot (jembatan).

 

Pengertian ash-Shiroth (jembatan)

Secara etimologi bahasa bermakna jalan. Adapun secara konteks syariat ialah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahanam, dengannya manusia melintas hingga ke surga. Allah Ta’ala befirman,

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا

“Tidak ada salah satu di antara kalian kecuali akan melewatinya.” [QS. Maryam: 71]

Sejumlah ahlu tafsir seperti Abdullah bin Mas’ud, Qotadah dan  Zaid bin Aslam menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah jembatan yang akan dilewati oleh manusia.

Jika ada yang bertanya, “Apakah jembatan itu telah dibentangkan?” Jawabannya belum. Karena Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

ثُمَّ يُضْرَبُ الْجِسْرُ عَلَى جَهَنَّمَ، وَتَحِلُّ الشَّفَاعَةُ، وَيَقُولُونَ: اللهُمَّ سَلِّمْ، سَلِّمْ

“Kemudian akan dibentangkan jembatan di atas Jahannam, syafa’at diberlakukan lalu para Nabi ‘alaihi wa sallam akan mengatakan ketika itu: Ya Allah…selamatkanlah dia, selamatkanlah dia.” [HR. Muslim no. 302]

 

Bentuk jembatan

Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ditanya tentangnya lalu beliau menjawab:

مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ، وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ، تَكُونُ بِنَجْدٍ، يُقَالُ لَهَا: السَّعْدَانُ

“Dia adalah tempat menggelincirkan, di atasnya banyak penyambar, cakar-cakar, besi-besi yang dijadikan padanya bengkok (seperti mata kail) sebagaimana yang ada di negeri Najd. Disebut juga dengan as-Sa’daan.” [HR. al-Bukhari no. 7439]

 

Proses Penyeberangan Jembatan

Tidak ada seorang pun melewatinya kecuali orang mukmin, sesuai dengan kadar amalan mereka berdasarkan hadits dari sahabat Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:

المُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ، وَكَأَجَاوِيدِ الخَيْلِ وَالرِّكَابِ

“Orang mukmin melewati jembatan seperti kedipan mata cepatnya, ada yang secepat kilat,  secepat angin, secepat burung, berjalan seperti jalannya kuda yang bagus.” [HR. al-Bukhari no. 7439]

 

Doa

Mudah-mudahan Allah memberika kami keistiqomahan di dalam agama ini dan menyelamatka kami dari berbagai macam ujia dan coba’an. Amin

 

Rujukan:

Lum’atul I’tiqad karya Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullahu.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.