Lika-Liku dalam Menuntut Ilmu

keistimewaan

Oleh Muhammad Rafi Sorowako Tahfizh Qudama’

 

Segala puja-puji syukur hanya milik Allah ta’ala yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan-Nya nan agung lagi berlimpah yang kita semua tidak akan mampu untuk menghitungnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

                وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

                “Jika kalian menghitung nikmat-nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya” (QS. An-Nahl 18)

Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha Agung , yang dengan-Nya seluruh takdir dia tentukan tidak akan pernah lepas dari hikmah-hikmah-Nya dengan berbagai macam betuknya. Ada yang nampak, ada pula yang tidak nampak. Ada bisa langsung di rasakan adapula yang sebaliknya.

Hingga akhirnya pada bulan November 2019 Allah ta’ala yang Maha Bijaksana dengan segala hikmahnya menakdirkan turunnya wabah covid-19 yang menyerang dunia. Dimulai dari provinsi Wuhan, China hingga akhirnya mulai memasuki bumi pertiwi ini pada awal bulan Maret. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan (protokol-protokol) kesehatan dalam rangka menanggulangi penyebaran virus covid-19 ini.

Demi menjalankan imbauan pemerintah, Alhamdulillah Ma’had Minhajul Atsar Jember memutuskan untuk mempertahankan santri-santrinya agar tetap tinggal di ma’had. Ini semua dalam rangka menjaga mereka semua dari penyebaran virus yang ganas lagi mematikan ini. Hingga saat ini (saat ana menulis tulisan ini) kami masih berada di pondok tercinta ini walhamdulillah.

Liburan yang waktu itu sudah diumumkan (walaupun masih jauh dan lama) akhirnya tertunda. Rasa rindu pun mulai menghampiri jiwa para santri, namun itu semua terlupakan begitu saja disebabkan nikmatnya menuntut ilmu agama di ma’had.

Virus covid-19 ini juga memberikan pelajaran bagi kita tentang bagaimana pola hidup yang bersih, sehat dan tentang pentingnya kebersihan di mana pun kita berada. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ

“Kesucian adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim)     

Pada masa belajar ini, tentunya sangat banyak berbagai macam ujian dan cobaan dalam menuntut ilmu. Tapi ingatlah wahai saudaraku! Menuntut ilmu agama adalah suatu amalan yang sangat agung, maka dari itu cobaan yang didapatkan oleh seorang penuntut ilmu agama pun akan sesuai dengan derajat amalan yang dia lakukan. Ya itulah lika-liku thalabul ilmi.

Kelakuan yang tidak disukai dari teman dan pengajar pun menjadi ujian bagi seorang pelajar. Maka dari itu tidak ada cara lain bagi kita untuk menghadapinya kecuali dengan bersabar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا (20)

                “Dan kami jadikan sebagian kalian dengan sebagian uang lainnya sebagai fitnah. Apakah kalian mau bersabar?” (Al Furqan: 20)

Adapun perlakuan kurang enak dari seorang pengajar adalah sesuatu yang memang harus dirasakan oleh seorang pelajar dalam masa menuntut ilmunya, jika itu ada. Karena itu merupakan salah satu sebab berhasilnya dia dlam menuntut ilmu. Sebagaiman perkataan Asy-Syafi’i rahimahullahu ta’ala:

اِصبِر عَلى مُرِّ الجَفا مِن مُعَلِّمٍ                              فَإِنَّ رُسوبَ العِلمِ في نَفَراتِهِ

وَمَن لَم يَذُق مُرَّ التَعَلُّمِ ساعَةً                     تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهلِ طولَ حَياتِهِ

 

“Bersabarlah dalam menghadapi sikap kasar dari seorang pengajar. Karena kegagalan ilmu itu ada pada saat engkau lari dariya. Dan barangsiapa yang tidak mau merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat niscaya dia akan merasakan pahitnya kebodohan sepanjang hidupnya.”

Maka, bersabarlah wahai saudaraku!

Begitu pula dengan masa futur/jenuh/bosan/malas/yang mesti menghampiri seorang penumtut ilmu akan menjadi ujian baginya. Hingga dengannya Rasul shalallahu alaihi wa sallam juga telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menghadapi masa tersebut, yaitu dengan berpindah dari suatu amalan kebajikan menuju amalan kebajikan yang lainnya, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

” لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي، فَقَدْ أَفْلَحَ، وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ “

                “Setiap amalan pasti ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat pasti ada masa futurnya, maka barangsiapa yang masa futurnya mengarah kepada sunnah, maka dia akan beruntung. Dan barangsiapa yang masa futurnya mengarah kepada selainnya (selain sunnah) maka dia akan celaka.” (HR. Ahmad)

Maka dari itu sudah sepantasnya bagi kita untuk memenuhi waktu kita dengan hal-hal yang bermanfaat.

Asy-Syaikh Utsaimin pernah berkata:

                “Jika engkau melihat pada dirimu bahwasannya waktu-waktumu berlalu begitu saja tanpa faedah, maka wajib bagimu untuk memerhatikan hatimu, karena itu semua tidak terjadi kecuali di sebabkan kelalaian hati dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala.”

Dalam masa menuntut ilmu, beramal dengan ilmu yang di dapati adalah sebuah perkara yang sangat penting dan itulah yang menjadi tujuan seorang untuk menutut ilmu. Dan dia merupakan tanda barakahnya ilmu yang dimiliki oleh seseorang.

Dan diantara sebab lain yang dapat menjadikan ilmu yang kita miliki diberkahi adalah menyampaikan ilmu tersebut kepada manusia. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullahu ta’ala pernah berkata:

إذا أردت أن يبارك الله فى علمك عليك بكثرة تبليغه

                “Jika engkau ingin Allah ta’ala memberkahi ilmu yang engkau miliki, maka wajib bagimu untuk semangat dalam menyebarkannya.”

Maka saudaraku, bersemangatlah dalam menuntut ilmu dan bersabarlah dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang terjadi di dalamnya, karena itu semua bisa menjadi sebab keberhasilan seorang dalam menuntut ilmu agama ini. Semoga bermanfaat. Wallahul muwaffiq

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.