Betumping Masa Kini, Menanti Kedatangan Santri
Dusun Betumping sebenarnya berada tidak jauh dari Tanjung (ibu kota Kabupaten Lombok Utara), hanya saja lokasi di atas bukit dan kondisi alam/akses yang berbukit membuat daerah ini lebih sulit ditempuh dibandingkan daerah lain yang berada di dataran rendah.
Waktu tempuh dari Tanjung ke Betumping menggunakan mobil sekitar 20 – 30 menit dengan jalan berliku dan medan naik turun khas perbukitan.
Mata pencaharian warga Betumping mayoritas adalah dari hasil perkebunan kelapa, selainnya juga ada yang menjadi guru, tukang bangunan, karyawan, dll. Adapun hasil dari perkebunan kelapa masih tergolong rendah semenjak musibah gempa terjadi.
Di Betumping yang jumlah keluarga adalah 165 KK, belum ada warga yang mendapatkan program penggantian rumah dari pemerintah. Baru ada 4 KK yang sudah mendapatkan surat (semacam SK) dari pemerintah tentang akan turunnya dana penggantian, hanya saja hingga saat ini rumah baru belum juga dibangun. Otomatis warga masih tinggal di hunian sementara (huntara) dengan berbagai macam kondisi huntara mereka.
Sebanyak 55 KK sudah mendapatkan bantuan huntara dari donatur berupa bangunan hunian yang cukup baik untuk digunakan sebagai tempat tinggal, sambil menunggu bantuan dari pemerintah turun.
Sementara sebanyak 110 KK yang lain masih tinggal di huntara seadanya yang material bangunannya dikumpulkan sisa–sisa material rumah mereka yang ambruk dan dari lingkungan sekitar tempat tinggal (batang & daun pohon, dll).
Sasaran Santri Peduli Negeri kali ini adalah membantu warga agar bisa mendapatkan huntara yang cukup baik. Setelah nantinya bantuan penggantian rumah dari pemerintah turun, bangunan huntara ini masih bisa digunakan sebagai bagian dari tempat tinggal warga.
Foto hunian sementara warga Betumping yang perlu perbaikan (foto diambil Jum’at 8 November 2019.
Sinergi Bersama Santri
Dari hasil pertemuan dengan Kepala Dusun Betumping Bpk. Zul Isnaini, 1 unit hunian sementara dengan ukuran 3 x 4 m2 membutuhkan atap spandek panjang 3 meter sebanyak 14 lembar dan dinding triplek sebanyak 14 lembar.
Adapun rangka – rangka bangunan diminta swadaya warga untuk memanfaatkan yang ada, semisal rangka kayu atau besi dari sisa bangunan rumah mereka, atau memanfaatkan pepohonan dari hutan disekitar tempat tinggal mereka.
Jumlah warga yang memerlukan bantuan sebanyak 110 KK. Diharapkan tiap KK mendapatkan 12 lembar spandek, 12 lembar triplek dan paku 2 kg.
Untuk Onggong Lauk tidak dianggarkan bantuan huntara, karena dari informasi yang ada banyak warga sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Anda bisa melihat contoh huntara di Lombok bantuan Tim Peduli Bencana.