Jangan sampai menyesal

 

Oleh Hafidz Perawang Takhasus

 

Sejarah mencatat bahwa seorang yang bernama Qorun adalah orang yang sangat giat mempelajari kitab suci Taurat, ia berguru kepada Nabi Musa ‘alaihis salam. Qorun berhasil memahaminya dengan perdikat baik. Namun dia gagal saat mendapatkan ujian dari Allah Ta’ala. Saat harta datang kepadanya, ia lalai. Ya, Qorun lalai untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala. Ia lupa untuk bersyukur kepadanya.

 

Sejarah kesombongan yang terkutuk

Qorun yang congkak ini mulai menentang Nabi Musa ‘alaihis salam. Menentang dengan terang-terangan. Dia merasa lebih baik dari Musa, “Saya memiliki harta yang sangat banyak, berarti Allah Ta’ala lebih cinta kepada saya.” Batin Qorun.

Bahkan ia sampai mengajak Nabi Musa ‘alaihis salam untuk bermubahalah (saling mendoakan kejelekan). Nabi Musa memerintahkan Qorun untuk berdoa terlebih dahulu, namun ternyata doanya tidak berpengaruh sama sekali. Barulah giliran Nabiuyyullah Musa ‘alaihis salam berdo’a.

 

Tiba-tiba, terbelahlah tanah yang di bawah kaki Qorun. Tenggelamlah dia beserta harta kekayaannya. Yang tersisa tinggalah cerita. Kalau saja cerita itu adalah cerita kebaikan, bisa jadi kebanggaan. Tapi sayang seribu sayang, ternyata cerita itu adalah cerita kegagalan, cerita kekalahan, dan cerita kesengsaraan. Allah Ta’ala mengabadikan kisahnya di dalam al-Qur’an sebagai peringatan bagi orang-orang setelahnya:

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Kami tenggelamkan dia beserta singgasananya ke dalam bumi, dalam keadaan tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya selain Allah. Dan dia memang bukan orang yang pantas untuk ditolong. Setelah itu, orang-orang yang dahulunya menginginkan apa yang diraih Qorun berkata, ‘Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya, kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang kafir yang mengingkari nikmat Allah.” (QS. Al-Qoshos: 81-82)

 

Mari sadar sebelum menyesal

Sebelum semuanya tinggal angan tak berarti. Sadarlah, kesempatan tak datang dua kali. Demikian ungkapan masyhur yang sering sekali kita dengarkan. Ya, berbagi penghalang bisa saja tak lama lagi datang menghadang. Siapa yang menjamin kita akan hidup hingga nanti sore? Siapa yang menjamin kita masih bisa menyaksikan kehadiran mentari di esok hari? Tidak ada yang sanggup untuk menjaminnya.

 

Mereka yang celaka

Uqbah bin Abi Mu’it tak bisa menjamin dirinya bisa kembali ke lembah Makkah pasca perang Badr. Setelah wajah bersih sang Rasul yang mulia ia kotori dengan ludah mulutnya. Fira’un tak pernah menyangka kalau ia tidak bisa kembali ke istana megahnya selama-lamanya. Setelah upaya pengejaran yang ia lakukan terhadap Nabiyullah Musa ‘alaihis salam.

Benar sekali! Keduanya mati tanpa rencana. Keduanya mati sebelum sempat berucap kalimat perpisahan, kepada sahabat setia ataupun keluarga tercinta. Seorang penyair Arab pernah berkata:

تزود في الدنيا فإنك لا تدرى                               إذا جن الليل هل تعيش إلى الدهر

و كم من فتى يمسى و يصبح لاهيا                   وقد نسجت ألفانه وهو لا يدرى

Cepatlah berbekal di dunia, sebab kamu tidak mengetahui

Saat malam telah menyelimuti, akankah kamu hidup sampai esok hari

Berapa banyak pemuda menghabiskan waktu pagi dan sorenya dengan hal tak berarti

Padahal (jatah) kain kafannya sudah mulai ditenun sedang ia tak menyadari

 

Penutup

Sertakan Allah dalam setiap langkahmu. Doa adalah senjata terkuat. Benar! Hanya orang gagal sajalah yang tidak mau berdoa. Dia tak sadar akan kadar dirinya, kesabarannya sempit, semangatnya labil, tekadnya yang mudah rapuh, kemampuannya super terbatas, semua itu ada pada dirinya.

Semoga Allah Subhanhu wa Ta’ala menjaga kita semua dan keturunan kita dari perbuatan yang dilakukan oleh Qorun dan yang semisalnya. Dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur kepada-Nya, Amin ya Mujibas saailin.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.