Kapan niat puasa Ramadhan dilakukan?
Oleh Aufa Sunda Takhasus
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, alhamdulillah kita sudah mengetahui rukun puasa pada artikel sebelumnya. Di antara rukun tersebut adalah niat puasa, namun kapankah waktu yang tepat untuk berniat puasa, sehingga dengan itu puasanya teranggap sah?
Dalil niat puasa merupakan rukun
Sebelum kita membahas kapan waktu yang tepat untuk berniat puasa, tidak ada salahnya kita mengulang kembali dalil yang menunjukan kewajiban niat puasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya.” [HR. Al–Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907 dari sahabat Umar radhiyallahu ‘anhu]
Apa yang dimaksud niat puasa?
Niat puasa adalah ia bermaksud atau berkehendak melakukan amalan puasa dan melakukan puasanya untuk siapa dan karena apa. Ia wajib menetukan puasanya, apakah puasa wajib ataukah sunnah, untuk Allah ataukah untuk selain-Nya.
Waktu yang tepat untuk berniat puasa Ramadhan
Setelah kita memahami apa itu niat dan posisinya yang penting dalam semua ibadah termasuk puasa, mari kita pelajari kapan waktu tepat niat puasa dilakukan.
Wajib bagi seorang yang ingin berpuasa, baik itu puasa Ramadhan, kafarat, nadzar atau qadha (pengganti puasa wajib) untuk berniat di malam hari. Batas akhir waktu niat puasa Ramadhan adalah sebelum terbitnya fajar atau sebelum datangnya waktu subuh.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Barang siapa tidak berniat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya.” [HR. At-Tirmidzi no. 733 dari shabiyah Hafshah radhiyallahu ‘anha]
Rahasia wajibnya niat puasa sebelum fajar adalah karena puasa Ramadhan sebagaimana definisinya merupakan ibadah yang dimulai sejak terbitnya fajar, ibadah satu hari penuh. Maka dari itu, wajib bagi siapa saja yang ingin menjalankan ibadah puasa, untuk berniat sebelum terbit fajar. Jika ia baru berniat puasa setelah fajar, ia tidak dianggap puasa satu hari penuh dan tidak sah puasanya, kecuali puasa sunnah.
Adapun puasa sunnah boleh baginya berniat setelah fajar dengan syarat belum melakukaan pembatal puasa, seperti makan atau minum. Hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: «هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟» فَقُلْنَا: لَا، قَالَ: «فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ»
“Sahabiyah Aisyah ibunda kaum mukminin berkisah, pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumpaiku di rumah kemudian beliau bertanya, ‘Apakah kamu memiliki sesuatu (yang bisa dimakan)?’Aku menjawab, ‘Tidak ada.’ Beliaupun berkata, ‘Jika begitu, aku berpuasa.’” [HR. Muslim no. 1154]
Cukupkah niat puasa di awal Ramadhan atau harus niat puasa setiap malam?
Ulama berbeda pendapat apakah seorang yang berpuasa Ramadhan wajib niat puasa setiap malam ataukah cukup berniat di awal Ramadhan.
Adapun yang dipilih oleh penulis kitab syarh al-Mumti’ karya Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah adalah cukup bagi seorang niat puasa di awal Ramadhan selama puasanya tidak terputus karena adanya udzur syar’i seperti safar atau sakit. Seorang yang sudah terputus puasanya karena udzur, wajib baginya memperbarui niat puasanya. Sebab, bisa dipastikan setiap muslim di awal Ramadhan pastilah mereka bermaksud puasa satu bulan penuh, hal ini dianggap sebagai niat.
Disimpulkan oleh para ulama penulis kitab al-Fiqhu al-Muyassar, “Niat puasa satu kali di awal Ramadhan untuk satu bulan penuh teranggap cukup, namun jika ia setiap hari memperbarui niatnya pada setiap malam, hukumnya mustahab.”
Disadur dari kitab asy-Syarh al-Mumti’ (6/ 356) karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimn dan al-Fiqhu al-Muyassar (1/ 153).