Kisah Hijrah ke Madinah dan Rencana Pembunuhan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

 

Oleh Ammar Abu Ammar Jember, Takmili

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat di dalam mimpinya bahwa arah hijrahnya tertuju ke negeri Madinah. Maka beliau pun memerintahkan para sahabatnya menuju Madinah. Kemudian terdengar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga akan berhijrah, maka kaum musyrikin berkumpul di Darun Nadwah, bermaksud mencegah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hijrahnya.

Mereka bersepakat mengumpulkan para pemuda yang kuat dari setiap kabilah untuk menunggu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di depan rumahnya. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, maka perwakilan setiap kabilah itu akan memukulkan satu pukulan hingga tertumpahlah darah beliau. Dengan itu Bani Hasyim tidak akan meminta pada setiap kabilah kecuali diat (tebusan uang), bukan tebusan nyawa. Namun Allah Ta’ala berfirman tentang makar mereka:

 

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Ingatlah ketika orang Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal: 30)

 

Kedatangan Malaikat Jibril

Kemudian Jibril ‘alaihis salam datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan rencana mereka. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu untuk tidur di ranjang beliau. Kemudian beliau keluar menuju rumah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu dan mengabarkan bahwasannya Allah Ta’ala memberikan izin untuk berhijrah. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku akan menerima sambutan, Wahai Rasulullah.”

Kemudian beliau kembali menuju rumah, dan setelah itu beliau keluar sedangkan kaum musyrikin telah menunggu di depan rumah beliau, (Namun Allah menutupi pandangan mereka sehingga tidak menyadari kepergian Nabi shallallahu alaihi wa sallam). Beliau mengambil segenggam tanah dan melemparkan ke kepala mereka sambil membaca ayat dari surat Yasin dari awal hingga:

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

“Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat. Kami tutup (mata) mereka sehingga tidak dapat melihat.” (QS. Yasin: 9)

 

Keluar Menuju Gua Tsur

Setelah itu, beliau pergi menuju rumah Abu Bakr dan mereka berdua pergi menuju Gua Tsur. Allah Ta’ala berfirman:

ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا

“Dua kawan yang tatkala mereka berada di dalam gua, maka berkata salah satu di antara mereka, ‘Janganlah kamu bersedih hati, karena sesungguhnya Allah bersama kita. Maka Allah turunkan kepada mereka ketenangan dan Allah kuatkan dengan tentara yang tidak terlihat (malaikat).” (QS. At-Taubah: 40)

Mereka bersembunyi di dalamnya selama 3 hari. Setelah kaum Quraisy mengetahui bahwasannya Nabi telah keluar dan yang tidur di ranjang beliau adalah Ali. Lalu mereka mencari beliau di setiap tempat, akan tetapi Allah Taala menyembunyikan mereka berdua dari penglihatan kaum Quraisy.

Mereka mengadakan sayembara, yaitu barangsiapa yang mendapatkan Nabi dan sahabatnya dalam keadaan mati atau hidup, akan mendapatkan 100 unta.

 

Kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah

Nabi bersama Abu Bakr keluar dari Gua Tsur menuju Madinah dengan petunjuk dari penunjuk jalan yang terpercaya dan handal, yaitu Abdullah bin Uraiqit. Ketika pertengahan jalan, Suraqah bin Malik berkeinginan menangkap beliau dalam rangka mendapatkan hadiah. Akan tetapi, dia tidak mampu melakukannya dan kembali ke Makkah dalam keadaan menjaga rahasia perjalanan Nabi dan Abu Bakr. Setelah sebelumnya, dia sangat berkeinginan membunuh mereka di awal siang.

Kemudian beliau dan sahabatnya terus berjalan hingga sampai di Quba, pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal. Beliau turun di Quba, di tempat Bani Amr bin Auf. Beliau tinggal di Quba selama 14 hari dan mendirikan masjid Quba.

 

Kemudian beliau melanjutkan perjalanan menuju Madinah bersama para sahabatnya. Beliau berjalan melewati tempat menumbuk biji-bijian di wilayah-wilayah kaum Anshar, mereka meminta beliau untuk tinggal bersama mereka dan beliau berkata: “Biarkanlah untaku, karena dia sedang diperintah.

Hingga akhirnya untanya menderum di tempat yang sekarang menjadi Masjid Nabawi. Beliau tinggal di rumah Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu selama 17 bulan sampai terbangunnya masjid beliau dan kamar-kamar istri-istri beliau.

Masjid memiliki peran penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, Rasulullah memulai membangun masjid di Quba ataupun di Madinah. Masjid adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin dan pendidikan pertama di dalam Islam.

 

Demikianlah perjalanan awal kali Nabi dan para sahabatnya berhijrah ke kota Madinah, sampai Allah membuka atau menganugerahi bumi-bumi yang lain untuk Islam. Semoga bermanfaat, wallahu ‘alam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.