Pertempuran Menegangkan di Medan Hunain
Oleh Ridho Sidoarjo Takmili
Setelah kejadian Fathu Makkah, manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, kecuali beberapa kabilah. Termasuk di antaranya, kabilah Hawazin. Pembesar kabilah tersebut, Malik bin Auf bangkit mengajak kaumnya untuk memerangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka keluarlah kabilah Tsaqif dari Thaif bersama dua kabilah yang lainnya. Mereka berangkat bersama anak-anak dan para istri untuk memompa semangat para lelaki dalam memerangi Nabi dan para sahabat, mereka berangkat bersama sampai menuju lembah Hunain.
Keberangkatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju Hunain
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui keadaan musuh, beliau keluar dari Makkah bersama 10.000 pasukan dari Madinah dan 2.000 pasukan dari Makkah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat sampai ke lembah Hunain pada tanggal 10 Syawal tahun ke delapan Hijriah.
Permulaan Perang
Kaum muslimin lebih dulu sampai ke lembah Hunain. Mereka berpencar di jalan-jalan bukit dan gunungnya. Kemudian bersiap-siap untuk berperang. Sebelum matahari terbit, kaum muslimin telah sampai di lembah. Peperangan dimulai dengan penyergapan dari kaum musyrikin, lalu kaum muslimin mundur ke belakang.
Keteguhan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ketika kaum muslimin mundur ke belakang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap teguh di tempatnya bersama beberapa orang dari sahabat. Di antaranya adalah Abu Bakr, Umar bin al-Khatthab, Ali bin Abi Thalib, dan al-Abbas radhiyallahu ‘anhum. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pamannya, al-Abbas untuk berseru: “Wahai kaum Anshar, wahai kaum Muhajirin.”
Maka para sahabat bekumpul semua, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam tanah dan melemparkannya ke musuh seraya berdoa: “Ya Allah, turunkanlah pertolonganmu.” Maka peperangan pun dimulai, kaum muslimin menyerang kaum musyrikin. Kaum musyrikin pun berlari mundur kocar-kacir meninggalkan ghanimah (harta rampasan perang), para wanita, dan anak-anak.
Pada peristiwa ini, Allah Taala menceritakan di dalam al-Quran:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
“Sungguh, Allah telah menolong kalian di berbagai tempat dan pada perang Hunain. Ketika kalian bangga atas jumlah kalian, tapi itu semua tidak berguna sedikit pun bagi kalian. Kalian lari mundur ke belakang. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman. Allah juga menurunkan bala tentara yang tidak bisa kalian lihat. Lalu Allah mengazab orang-orang kafir, dan itulah balasan bagi mereka.” (QS. At-Taubah: 25)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengumpulkan para tawanan dan ghanimah di Ji’ranah. Jumlah korban syahid pada peperangan ini adalah 4 sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Semoga Allah memberikan kami dan pembaca sekalian, ilmu yang bermanfaat.
Di antara hikmah kisah di atas adalah hendaknya kita tidak tertipu dengan jumlah yang banyak. Sungguh, kemenangan dan pertolongan hanya datang dari Allah semata. Wallahu a‘lam.